300 Ha Sawah Di Bali Rusak Dihantam Abu Vulkanik

  • Bagikan
thejakartapost.com

Mediatani.co — Hujan abu vulkanik akibat erupsi magmatik Gunung Agung yang masih berlangsung hingga sekarang menyebabkan sekitar 300 hektar sawah milik petani di Bali rusak parah.

Akibat kondisi ini, sawah dipastikan tidak bisa berproduksi dengan baik, tujuh hektar di antaranya dipastikan gagal panen.

Berdasarkan penuturan dari Kepala Dinas Pertanian Karangasem, I Wayan Supandi, Rabu (13/12). Terdapat tiga kecamatan yang terkena dampak langsung dari abu vulkanik ini yakni kecamatan yakni Kecamatan Selat, Rendang dan Bebandem

Supandi menjelaskan, ada sekitar tujuh hektar tanaman padi yang terdampak dan dipastikan tidak bisa dipanen akibat diterjang banjir lahar dingin. Sementara itu,  kerusakan parah terjadi pada sawah-sawah yang berbatasan langsung dengan alur Sungai Yeh Sah yang berhulu di Gunung Agung.

Dengan situasi demikian, para petani pun terpaksa harus memanen lebih awal. Hal itu karena, tanaman padi yang rusak akibat abu vulkanik tersebut sebagian besar belum memasuki masa panen.

Sementara itu, petani juga harus mengalami kerugian yang cukup besar. Karena kondisi sawah yang rusak, otomatis kualitas gabah yang dihasilkan tentu di bawah standar. ‘’Di pasaran, gabah kering giling Rp 3.800 per kilogram. Kalau kualitasnya tidak standar tentunya harga akan di bawah itu,’’ ungkap Supandi.

Baca juga :  Hujan Abu Hingga ke Bangli, Intensitas Kecil

Dari kerusakan ini, Supandi belum bisa memastikan besaran total kerugian yang dialami oleh petani.  Menurutnya,  akibat eruspi gunung agung dan hujan abu vulkanik petani di ketiga kecamatan tersebut  harus menunda masa tanam.

Sebagian besar petani bahkan membiarkan lahannya kosong untuk sementara waktu. Akan tetapi seperti di Kecamatan Sidemen, para petani mengambil opsi untuk menamam jenis tanaman lain seperiti palawija.

I Made Karang (52) salah satu petani dari Subak Sidemen mengaku telah menunda menunda masa tanam. Sebagai alternatif, dia memilih beralih ke tanaman palawija. Dia bersama rekannya memilih tidak menanam padi karena saluran irigasi Di Subak sementara waktu sedang ditutup untuk menghindari banjir lahar abu vulkanik. Selain berpotensi merusak saluran irigasi, lumpur abu vulkanik dapat merusak kualitas tanah. ‘’Untung sebelum hujan abu sudah panen. Sekarang masih menunggu,’’ ujarnya.

  • Bagikan