Di Banyuasin, Tengkulak Berani Beli Gabah Petani Lebih Mahal

  • Bagikan
ilustrasi: petani mengeringkan gabah
ilustrasi: petani mengeringkan gabah

PETANI padi di Banyuasin, Sumatera Selatan lebih senang menjual hasil gabah mereka ke tengkulak asal Lampung. Pasalnya, harga beli yang ditawarkan lebih tinggi dibandingkan harga beli oleh Bulog. Harga yang ditawarkan tengkulak lebih fantastis daripada harga pemerintah.

Hal ini diakui petani asal Jalur 8 Muara Telang Banyuasin, Santoso (40), biasanya hasil panen padi petani sudah lebih dahulu dijual ke tengkulak daripada ke pemerintah (bulog). Biasanya sebelum panen tengkulak sudah lebih dahulu memesan dibandingkan Bulog.

“Makanya petani lebih suka jual ke tengkulak. Prosesnya gak rumit. Bahkan mereka berani memberi uang DP dahulu sebelum panen dilakukan,” ujar Santoso seperti dikutip pada Tribun Sumsel , Minggu (14/1).

Harga jual gabah kering hasil panen dijual mulai Rp 5.500 perkilogram ke tengkulak asal Lampung dan Jambi. Dibandingkan dengan Bulog, gabah kering cuma dihargai pada kisaran Rp 3.000-3.500 perkilogram.

“Setiap panen petani surplus. Sehektar bisa menghasilkan gabah kering 7-8 ton padi. Makanya usai panen petani sumringah,” ungkapnya.

Sementara itu, Basim (50) petani asal Desa Sukatani Tanjung Lago, hasil gabah kering petani dijual ke tengkulak dijual ke tengkulak dengan harga murah. Tetapi saat sudah jadi beras harganya bisa beberapa kali lipat.

Dirinya berharap Pemkab Banyuasin membangun pabrik beras sehingga hasil gabah petani diproduksi sendiri oleh Banyuasin sehingga stok beras di Banyuasin tidak lari ke daerah lain

“Khusus petani yang memiliki sawah saya rasa tidak akan kekurangan beras karena tidak semua dijual ke tengkulak. Jadi untuk makan sehari-hari aman,” jelasnya.

Tetapi kasihan dengan masyarakat Banyuasin yang tidak memiliki sawah. Mereka terpaksa membeli beras sendiri dengan harga mahal. Saat ini harga beras di pasar dan warung dijual Rp 8.500 perkilogram. Dahulu cuma Rp 7.000 perkilogram.

“Mungkin harga belinya mahal, makanya pedagang toko jual beras ikut naik. Dahulu di daerah Jalur beras cuma Rp 7 ribuan sekarang sudah Rp 8.500 perkilogram,” ungkapnya.

Terkait masalah ini, Plt Kadis Pertanian dan Peternakan Banyuasin, Babul Ibrahim mengakui saat ini hasil gabah kering petani banyak dijual ke Tengkulak dari luar Sumsel dibandingkan ke Bulog. Petani lebih suka ke tengkulak karena harganya lebih tinggi dibandingkan pemerintah.

Sedangkan untuk program percepatan tanam panen setahun 3 kali hanya berlaku dibeberapa sawah petani pasang surut. Kebanyakan petani masih panen setahun 2 kali tergantung sawah pasang surut atau lebak.

“Program ini sudah ada di Banyuasin terkhusus sawah pasang surut. Ditargetkan tahun ini kita surplus beras baik panen 1 kali setahun, 2 kali bahkan yang sudah masuk 3 kali setahun,” pungkasnya.

  • Bagikan