Mediatani – Nanang Amruloh, 41, salah seorang warga Dusun Kabunan, Desa Kebontemu, Kecamatan Peterongan bersama dengan petani lainnya secara kreatif membuat inovasi Pupuk Organik Cair (POC) dengan memanfaatkan buah maja. Hal ini dilakukan lantaran terbatasnya pupuk subsidi yang diperoleh dari pemerintah.
Deretan drum besar pun tampak mengisi halaman rumah. Dengan hanya bermodal tongkat kayu, Nanang membuka penutup drum dan mulai mengaduk cairan di dalam drum searah jarum jam. Hal itu dilakukannya dengan hati-hati.
Selesai mengaduk, dia tak lupa memeriksa cairan keruh berwarna sedikit kehijauan itu. Setelah itu, drum tersebut kemudian ditutup rapat kembali.
Nanang mengungkapkan, pembuatan pupuk organik itu dilatar belakangi dari banyaknya keluhan petani terkait kurangnya pupuk subsidi yang mereka peroleh. Saat dibutuhkan, keberadaan pupuk tersebut selalu sulit dicari. Bahkan, tahun ini rata-rata petani hanya memperoleh jatah 10 kilogram untuk lahan per banon 100 atau 1.400 meter persegi.
“Jumlah 10 kg per banon 100 tentu tidak cukup. Karena normalnya butuh minimal 80 kilogram hingga 1 kuintal pupuk,’’ ungkap Nanang dikutip dari radarjombang.jawapos.com, Sabtu (8/14).
Dari permasalahan itu, dia bersama para petani lainnya mengadakan rembukan untuk mencari solusi penyelesaiannya. Hasilnya, mereka sepakat untuk memanggil ahli dari Institut Pertanian Bogor (IPB) pada awal tahun lalu untuk mengadakan pelatihan terkait cara membuat pupuk organik cair.
Pembuatan POC tersebut hampir sebagian besar memanfaatkan bahan dari alam. Mulai dari buah maja, daun kelor, rumput teki, lidah buaya, leri beras, gula merah dan berbagai macam bahan lainnya. Bahan-bahan tersebut kemudian digiling dan difermentasikan menggunakan cairan EM4 ke dalam drum besar. Setelah melalui proses fermentasi, pupuk cair itu pun siap digunakan di lahan petani.
“Proses fermentasi untuk pupuk cukup 21 hari. Kalau asam amino bisa 3 bulan,’’ jelas dia.
Nanang mengatakan, penggunaan pupuk cair itu mampu menekan pupuk subsidi hingga 70 persen. Sebagai gambaran, per banon 100 biasanya dibutuhkan sebanyak 80-100 kg pupuk. Namun, dengan adanya pupuk organik, petani cukup butuh 30 kg saja.
“Sisanya bisa menggunakan pupuk cair dengan kebutuhan 1 liter per banon 100,’’ tambahnya.
Nanang mengakui, hasil panen padinya cukup maksimal memproduksi POC selama setahun, terutama jenis varietas mentik susu yang ditanam. Selain dari kualitasnya yang sangat bagus, hasilnya juga memuaskan.
“Kualitas beras hasilnya premium dan Insya Allah kalau di lab pestisidanya nol,’’ terang Nanang.
Nanang mengatakan, untuk sementara dia belum berniat untuk menjual POC tersebut secara umum dan hanya membagikan ke petani di kalangan internal saja. Meski begitu, jika permintaan menjadi banyak, maka dia akan menjual dengan harga 20-30 ribu per liter.
”Kalau ke depan permintaan banyak, maka akan dijual dengan harga pasaran sekitar Rp 20-30 ribu per liter,’’ pungkasnya.