Mahasiswa UGM Gagas Kemasan Makanan Ramah Lingkungan

  • Bagikan
Kemasan Makanan Ramah Lingkungan dari Rumput Laut (Foto: Kompas)
Kemasan Makanan Ramah Lingkungan dari Rumput Laut (Foto: Kompas)

Mediatani – Murah, tidak gampang bocor, ringan, dan praktis penggunaannya. Berbagai kelebihan itulah yang membuat penjual makanan dan restoran banyak menggunakan kemasan makanan berbahan styrofoam.

Meski sudah populer di masyarakat, kemasan itu ternyata mengandung zat berbahaya bagi tubuh. Selain itu, kemasan styrofoam ini tidak ramah lingkungan, serta mengandung senyawa benzena dan styrene. Kedua zat ini memiliki efek samping yang berdampak buruk bagi kesehatan.

Hal inilah yang melatarbelakangi sekelompok mahasiswa UGM untuk mengembangkan kemasan makanan dari rumput laut. Kemasan dari rumput laut yang dibuat empat orang mahasiswa ini tergolong ramah lingkungan dan tidak membahayakan kesehatan.

Keempat mahasiswa tersebut adalah Ilham Firdausi mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian UGM bersama dengan teman satu fakultasnya yakni Arif Ramadhan dan I Nyoman Anggie Pratishta, serta Dimas Wahyu Prasetyo dari Fakultas Biologi. Pembuatan kemasan makanan dari rumput laut ini dibimbing oleh Andika Wicaksono Putro.

Pengembangan plastik atau polimer (bioplastik) ini mereka lakukan karena rumput laut mengandung senyawa karagenan atau salah satu fikokoloid yang memiliki kemampuan pembentukan film yang sangat baik. Plastik atau polimer ini secara alamiah dapat dengan mudah terdegradasi baik melalui pemanfaatan mikroorganisme dan cuaca.

Selain itu, rumput laut di Indonesia cukup melimpah, sehingga sangat berpotensi untuk digunakan sebagai bahan kemasan di masa depan yang aman dan ramah lingkungan.

Cara Pembuatan Kemasan Makanan dari Rumput Laut

Senyawa karagenan yang terkandung dalam rumput laut dicampur dengan air dan gliserol untuk dipanaskan lalu diberikan tambahan beeswax. Setelah dibiarkan larut, lalu disaring dan dicetak menjadi kemasan makanan. Terakhir, dilakukan proses pengeringan sebelum siap digunakan.

Arif Ramadhan mengatakan, sampah plastik termasuk styrofoam menjadi persoalan utama pencemaran laut. Sehingga, kemasan makanan dari rumput laut ini menawarkan solusi alternatif untuk mengatasi hal tersebut.

“Selain itu, kemasan makanan dari rumput laut aman bagi makanan dan lingkungan. Proses degradasi di alam dengan mudah dan bisa menjadi pupuk organik bagi tanaman,” ucap Arif, dikutip dari laman ugm.ac.id,  Sabtu 7 Agustus 2021.

Sementara Styrofoam tidak memiliki nilai ekonomis setelah dipakai dan hanya menjadi limbah yang mencemari lingkungan karena waktu penguraiannya yang sangat lama. Sebab, styrofoam termasuk sebagai salah satu jenis plastik atau polimer.

Oleh karena itu, kemasan makanan berbahan rumput laut dianggap langkah yang tepat karena bisa digunakan secara berulang.

Kenali Kandungan yang Terdapat pada Styrofoam dan Bahayanya

Penggunaan styrofoam untuk mewadahi makanan dapat membahayakan kesehatan tubuh. Bila ditinjau dari susunan kimianya, styrofoam termasuk ke dalam jenis plastik atau polimer. Styrofoam juga memiliki kandungan monomer, antara lain stirena, benzena dan formalin yang memberi sejumlah dampak negatif bagi kesehatan tubuh.

Kandungan stirena menjadi penyebab fungsi saraf seseorang bisa terganggu sebab senyawa ini dapat mengurangi produksi sel darah merah. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan, gelisah, dan susah tidur. Selain itu, bisa mempengaruhi kondisi janin melalui plasenta ibu dan berpotensi mencemari Air Susu Ibu (ASI).

Kandungan benzene pun jika masuk ke dalam tubuh akan tersimpan dalam jaringan darah. Sebab kandungan ini tidak dapat larut dalam air, sehingga tidak bisa dikeluarkan melalui urin maupun feses, dan akan menumpuk pada lemak di dalam tubuh. Hal inilah yang menjadi penyebab timbulnya penyakit kanker.

Namun, WHO menyatakan bahwa apabila kandungan stirena kadarnya tidak melebihi 5000 ppm yang masuk ke dalam tubuh, maka tidak akan menimbulkan bahaya pada kesehatan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga menyatakan styrofoam masih aman digunakan untuk makanan.

Oleh karena itu, hindari penggunaan styrofoam secara berulang kali. Setelah satu kali pakai, segera hancurkan dan buang. Penggunaan styrofoam juga tidak dianjurkan untuk menyimpan makanan berlemak, berminyak, dan menggunakan alkohol.

Usahakan agar makanan tidak langsung bersentuhan dengan styrofoam dengan memberi kertas nasi sebagai alas. Hindari menuang makanan yang masih panas ke dalam wadah berbahan tersebut.

Hal yang paling penting dilakukan sebenanrnya adalah meminimalisir penggunaan styrofoam ketika membeli makanan. Sebab, selain membahayakan kesehatan, styrofoam baru bisa terurai dalam jangka waktu 500 tahun, sehingga menjadi salah satu faktor terjadinya global warming.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version