Melantai di BEI, Perusahaan Peternakan Ini Tawarkan Saham Rp 142-200 per Lembar

  • Bagikan
Ilustrasi Peternakan Ayam/IST

Mediatani – Melihat peluang bisnis, perusahaan di bidang peternakan ayam, PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMU) akan melepas sahamnya ke lantai Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui Penawaran Umum Perdana atau Initial Public Offering (IPO).

Dilansir dari JawaPos.com, Rabu, (6/1/2021), Perseroan itu melepas sebanyak-banyaknya 5.923.076.900 saham baru ke publik atau setara dengan 35 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor setelah IPO.

“Widodo Makmur Unggas menawarkan harga IPO berkisar antara Rp 142 sampai Rp 200,” kata Direktur Utama Widodo Makmur Unggas, Ali Mas’adi dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (6/1/2021).

Bertepatan dengan Penawaran Umum Perdana itu, WMU juga akan melakukan penjatahan saham melalui program alokasi saham pegawai atau Employee Stock Allocation (ESA). Pada program ini, nantinya perseroan menjatahkan sebanyak 7,5 persen dari jumlah saham IPO. Ditambahkan, Perseroan juga memberikan opsi kepemilikan saham oleh manajemen (MSOP) sebanyak-banyaknya 1 persen dari portepel IPO.

Bahkan untuk melebarkan sayap, dia menuturkan, perseroan akan menggunakan dana IPO sebesar 74,3 persen untuk ekspansi dengan menambah serta memperluas sarana produksi, di antaranya pada pembangunan fasilitas Breeding PS Farm di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Jogjakarta (DIJ). Juga Pembangunan fasilitas Layer Commercial Farm di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Dan Pembangunan fasilitas Hatchery di Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa.

Lalu, pembangunan fasilitas Broiler Commerical Farm di Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa, pembangunan fasilitas Slaughterhouse di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat dan pendirian fasilitas Feedmill di Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur.

Sementara itu, untuk sisa dana IPO sebesar 25,7 persen, pihaknya bakal menggunakan untuk modal kerja Perseroan, terutama katanya, untuk pembelian bahan baku pada Feedmill dan pembelian Ayam Broiler Komersial untuk Slaughterhouse. Peningkatan kapasitas produksi sendiri akan berdampak terhadap penetrasi pasar yang lebih baik lagi ke depannya.

“Kami optimistis dapat meraih kesuksesan IPO di tengah pandemi Covid-19,” ujarnya.

Sesuai rencana dan jadwalnya, pernyataan pra-efektif dari Otoritas Jasa Keuangan terbit pada 30 Desember 2020. Penawaran umum perdana pada 7 Januari – 13 Januari 2021. Sementara pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) direncanakan pada 29 Januari 2021. Perseroan juga menunjuk CIMB Niaga Sekuritas, BRI Danareksa Sekuritas, dan Samuel Sekuritas sebagai Joint Lead Underwriters (JLU).

Ali Mas’adi optimis dengan prospek dan peluang bisnis perunggasan sendiri yang  masih besar.

“Kami masih melihat prospek bisnis perunggasan di Indonesia ini masih besar mengingat konsumsi per kapita kita masih lebih kecil dibanding negara di Asia lain sedangkan proyeksi peningkatan GDP akan sejalan dengan proyeksi peningkatan konsumsi unggas,” katanya seperti diberitakan Bisnis.com, Rabu, (6/1/2021).

PT Widodo Makmur Unggas Tbk. (WMU) sebutnya pun akan menargetkan peningkatan kapasitas produksi tahun ini capai 64,28 persen menjadi 21.000 ekor per jam dari kapasitas eksisting saat ini 13.500 ekor per jam.

Sejalan dengan itu, perseroan akan membidik penjualan hingga Rp4,3 triliun naik dari Rp1,1 triliun pada perolehan penjualan tahun lalu.

Berbagai target besar pun dijewantahkan dalam ekpansi dan target besar tahun ini.

Di antaranya membangun fasilitas breeding PS farm berlokasi di Yogyakarta, fasilitas layer commercial farm di Klaten, fasilitas hatchery di Sukabumi, fasilitas broiler commercial farm di Wonogiri, fasilitas slaughterhouse di Cianjur, dan fasilitas feedmill di Ngawi.

Apalagi, menurut dia pabrikannya saat ini memiliki pembeda dengan pabrik lainnya dalam bidang perunggasan, yang mana Widodo Makmur Unggas fokus pada industri rumah potong yang menghasilkan produk daging, dan carcass, serta turunannya.

Perusahaan peternakan ayam terintegrasi ini pun bakal menerapkan strategi bisnis guna menjaga efisiensi dan mitra bisnisnya. Seperti memperluas kapasitas rumah potong agar pemeliharaan ayam tidak terlalu lama, juga berencana membangun coldstorage livebird guna menjaga stabilitas harga di mitra penjualan perseroan.

Saat ini pabrikan mengambil bahan baku utama (60 persen) dari hasil perternakan sendiri, dan sisanya (40 persen) dari peternak mandiri.

“Untuk penetrasi pasar saat ini kami 50 persen masih di luar Jawa, tetapi dengan selalu menjaga produk yang berstandar internasional market,” kata dia. Hal ini dilakukan pihaknya untuk menjaga kualitas sehingga perseroan telah dapat melakukan ekspor maka produk sudah siap dan sesuai. (*)

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version