Pemkab Sintang dan Peternak Madu Sinergi Kembangkan Madu Kelulut

  • Bagikan
Pemkab Sintang berama Ketua Kelompok Tani Cakra Mandiri Abdul Ganimenjelaskan proses peternakan Kelulut/Via Antaranews.com/IST

Mediatani – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sintang, Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) melalui Kelompok Tani Cakra Mandiri Desa Baning Panjang, Kecamatan Kelam Permai saat ini sedang mengembangkan komoditas madu yakni Madu Kelulut.

Peternakan madu kelulut ini pun telah berlangsung selama dua tahun dan sudah beberapa kali melakukan panen. Bahkan pemasarannya kini pun sampai daerah Pulau Jawa dan Sumatera Barat.

“Kami biasa menjual madu kelulut itu ke Jawa Tengah dengan harga Rp800 ribu per liternya, sekali panen biasanya bisa mencapai 50 liter madu,” kata Ketua Kelompok Tani Cakra Mandiri Desa Baning Panjang, Kecamatan Kelam Permai Sintang Abdul Gani, saat dikunjungi Sekda Sintang, Sabtu (20/03/2021), mengutip dari laman akurat.co, Senin (22/3/2021).

Gani menuturkan bahwa harga madu kelulut itu cukup menjanjikan, pasalnya untuk harga di Kecamatan Kelam Permai hanya dibanderol Rp400 ribu per liternya, sementara kalau keluar kecamatan Rp500 ribu per liter

Sedangkan, jika ke Medan, Sumatera Utara harganya dipatok Rp700 ribu per liter dan ke Jawa Tengah seharga Rp800 ribu per liternya.

Menurut dia, dalam proses pengembangan peternakan madu kelulut ini, sebut dia, nyatanya tidaklah terlalu sulit. Dengan rumah untuk ternak kelulut itu dari bahan kayu jenis tengkawang serta ditanami sejumlah jenis bunga, salah satunya yaitu bunga air mata pengantin.

“Rasa madu kelulut itu ada rasa manis, asam dan pahit, tergantung dari jenis bunga makanan kelulut, namun kami jamin madu kelulut ini asli dan berkualitas,” ujar Gani, menegaskan.

Gani menambahkan bahwa beternak kelulut ini awalnya dengan membeli induk kelulut rata-rata Rp300 ribu per pohon yang diambil dari tengah hutan di Desa Ransi Panjang, Ensaid Panjang, Sungai Maram, dan Baning Panjang.

“Hutan semakin habis, kalau tidak kami kembangkan, maka kelulut akan habis dan punah. Maka kami inisiatif untuk membeli induk kelulut dan kami satukan di sini untuk dikembangkan,” ujar dia.

Dalam proses panennya, dia mengatakan, memanen madu kelulut itu menggunakan sedotan, sehingga cukup steril, bahkan sarang yang tertutup dibuka pakai lidi, baru dimasukkan sedotannya.

Dalam satu sarang bisa menghasilkan setengah liter madu kelulut. Soal waktu panen, memang tergantung bunga yang ada.

“Setelah madunya diambil, 15 hari kemudian sarang sudah terisi lagi dengan madu yang baru, jadi prosesnya tidak terlalu lama,” tutur Gani.

Dia menilai, madu kelulut memiliki khasiat untuk mengobati kulit, seperti gatal-gatal. “Banyak yang terkena penyakit gatal yang susah sembuh, diolesi madu kelulut tiga kali saja, langsung sembuh,” kata dia pula.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sintang Kartiyus saat mendampingi Sekda Sintang di lokasi peternakan kelulut, mengungkapkan bahwa usaha ternak kelulut sebagai penerapan dari konsep ekonomi lestari yang selalu digaungkan oleh Bupati Sintang.

“Konsep dan penerapan ekonomi lestari yang dimaksudkan oleh Bupati Sintang itu, ya seperti ini sebenarnya,” ujar Kartiyus, setelah mendengarkan penjelasan Abdul Gani selaku peternak kelulut.

Ia juga berharap agar ternak madu kelulut tersebut terus berkembang, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Selain Abdul Gani, Pelaku Usaha Menengah Kecil Menengah (UMKM) Rumah Madu Hutan Jambi menjadi pelaku (UMKM) Jambi yang kini mampu mengekspor komoditas itu ke luar negeri sejak awal tahun 2021 ini.

Pemilik Rumah Madu Hutan Jambi, Candralela memaparkan usaha madu yang digelutinya sejak tahun 2008 ini resmi mengekspor madu produksinya ke Singapura sejak awal 2021 ini. Tidak tanggung-tanggung, permintaan madu untuk ekspor keluar negeri pun menembus angka 60 ton per tahun.

“Sebanyak 5 ton per bulan untuk pengiriman ke luar negeri,” terang Candralela, melansir, Sabtu (20/3/2021) dari situs koran-jakarta.com.

Rumah Madu Hutan Jambi ini juga merupakan UMKM binaan PLN dan Bank Indonesia. Melalui pembinaan itulah Rumah Madu Hutan Jambi, ungkap Candralela bisa berkembang sampai sekarang.

Sebelum melakukan produksi sendiri, awalnya Candralela mengepul madu hutan dari hasil pemanjat madu sialang di Jambi. Saat itu harga madu dari pemanjat masih pada kisaran Rp7.500 perkilogram. Baca selengkapnya dengan klik di sini. (*)

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version