Udang Windu Masih Potensial, Simak Cara Budidayanya

  • Bagikan
Udang Windu

Mediatani – Pembudidaya udang menjadi salah satu profesi yang menjanjikan karena kebutuhan masyarakat dunia akan udang tak akan pernah berkurang. Hal itu membuat udang menjadi komoditas perikanan Indonesia yang paling unggul dan memiliki nilai ekspor terbesar.

Udang windu merupakan salah satu jenis udang yang banyak dibudidayakan karena nilai ekonomis sangat tinggi dibanding udang jenis lainnya. Karena itu, budidaya udang windu menjanjikan omset yang besar.

Hal ini karena tingginya permintaan konsumen terhadap udang windu, baik untuk bahan baku produk pabrik maupun usaha rumahan atau kuliner. Bagi Sobat Mediatani yang penasaran bagaimana cara membudidayakan udang windu, yuk simak ulasannya di bawah ini.

Mengenal Udang Windu

Tak kenal maka tak sayang, jadi lebih baik Sobat Mediatani kenalan dulu dengan udang windu sebelum memulai budidaya. Perlu diketahui bahwa udang menjadi salah satu komoditi ekspor perikanan utama dari Indonesia.

Udang vannamei dan udang windu merupakan jenis udang yang paling banyak diekspor karena digemari masyarakat Indonesia maupun dunia.

Bernama Latin Penaeus monodon, udang windu dikenal juga dengan nama black tiger shrimp yakni udang laut asli Indonesia yang beratnya bisa mencapai 260 gram dengan panjang tubuh 35 cm. Sayangnya, ukuran udang windu lebih kecil dan ringan jika dibudidayakan di tambak.

Ciri udang windu yang paling menonjol adalah kulit tubuhnya yang bergaris-garis hitam atau loreng besar dengan warna hijau kebiruan. Udang ini bisa ditemukan di tempat yang dalam di tengah laut saat usia dewasa dan di perairan dangkal ketika belum dewasa.

Tingginya permintaan udang windu selain karena rasanya yang enak adalah tingginya kadar gizi di dalamnya. Selain itu, daging udang windu juga lebih tebal dengan cita rasa gurih dan manis jika dimasak.

Memulai Usaha Budidaya Udang Windu

Membudidayakan udang windu tidak bisa dilakukan secara asal-asalan karena udang ini rawan terkena penyakit dan bisa menyebabkan kerugian besar. Oleh sebab  itu, proses budidaya harus dilakukan dengan benar, seperti:

1. Mempersiapkan Tambak

Udang windu merupakan jenis udang yang bisa tumbuh dengan baik jika berada di kondisi air payau. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk membudidayakannya di dekat pantai yang memiliki sumber daya air payau melimpah.

Selain itu, memilih lokasi budidaya di dekat pantai juga akan memudahkan pembudidaya saat hendak menyalurkan air ke tambak. Suhu ideal untuk pertumbuhan udang windu adalah 26 – 32 derajat celcius.

Selain suhunya, tanah yang digunakan untuk lokasi budidaya juga harus bertekstur liat berpasir dengan kandungan pasir tidak lebih besar dari 20% dan mampu menahan air.

Untuk airnya, udang windu bisa tumbuh optimal dengan air payau yang memiliki salinitas 15 – 35 ppt dengan pH 7,5 – 8,5 dan oksigen terlarut sekurang-kurangnya 3 ppm.

2. Mengolah Lahan

Selain pemilihan lokasi, pengolahan lahan budidaya udang windu juga perlu diperhatikan. Sisa lumpur yang mengandung sisa kotoran racun dapat membahayakan udang windu nantinya. Untuk itu, lumpur itu harus diangkat dengan cangkul atau penyedotan memakai pompa air.

Lahan juga perlu dibajak supaya gas beracun H2S dan amoniak dapat terangkat. Untuk menetralkan keasaman tanah, diperlukan juga pengapuran yang sekaligus membunuh bibit penyakit.

Setelah menghilangkan potensi penyakit dan kadar racun tanah, langkah selanjutnya adalah mengeringkannya untuk membunuh penyakit yang telah terangkat.

3. Mengalirkan Air

Alirkan air pertama setelah lahan dibiarkan selama 3 hari dengan ketinggian 10 – 25 cm. Agar plankton bisa tumbuh, kolam yang telah dialiri air harus dibiarkan beberapa hari. Setelah itu, aliri kembali sampai ketinggian sekurang-kurangnya 80 cm.

Untuk menyuburkan plankton di dalam kolam, kolam bisa diisi dengan air kapur dolomit atau zeolit dengan dosis 600 kg/ha.

4. Memilih Bibit Udang Windu

Bibit udang atau benur yang layak dipilih bukan hanya dari segi ukurannya saja, tapi juga yang memiliki daya tahan dan adaptasi perubahan lingkungan yang tinggi. Udang dengan ciri ini bisa dilihat dari fisiknya yang punya warna tegas dan tidak pucat, pergerakan aktif, sehat, dan tidak cacat.

Cara menguji ketahanan benur bisa dengan cara meletakkan sejumlah benur ke dalam wadah baskom atau bisa juga panci yang sudah diisi dengan air. Aduk air 1 – 3 menit dengan cukup kencang untuk bisa melihat apakah benur tetap aktif bergerak setelah putaran berhenti.

5. Menebar Benur

Sebelum menebar benur ke kolam, pastikan plankton sudah tumbuh atau belum dengan melihat kecerahan air yang kurang dari 30 – 40 cm. Agar benur tidak mudah stres di lingkungan baru, tebar benur dengan hati-hati karena masih lemah.

Benur juga perlu beradaptasi dengan suhu kolam, untuk itu perlu dilakukan penebaran di tambak pendederan. Benur akan dibesarkan sementara di tambak ini hingga ukurannya cukup untuk dipindahkan ke kolam atau tambak selanjutnya.

Lakukan penyesuaian suhu dengan merendam plastik berisi benur selama kurang lebih 30 menit. Kemudian, buka dan lipat bagian ujung plastik untuk dibiarkan terapung sehingga terjadi pertukaran udara.

6. Pemeliharaan Udang

Selama pemeliharaan, pastikan untuk mengganti air tambak dengan hati-hati. Selain itu, udang juga perlu diberi pakan teratur 4 – 6 kali sehari. Tak hanya itu, pembersihan hama dan penyakit juga perlu dilakukan agar udang tetap sehat dan berkualitas.

Pemberantasan hama juga perlu dilakukan secara hati-hati, misalnya hama burung, lumut, ikan, dan yang lainnya jika ada.

7. Waktu Panen

Setelah berusia kurang lebih 5 – 6 bulan, udang windu siap untuk dipanen. Waktu panen bisa lebih cepat, terutama jika udang terkena penyakit. Perhatikan fisik udang meliputi ukurannya yang besar, kulit keras, licin, bersih, bersinar, lengkap, dan tentunya masih hidup.

 **

Budidaya udang windu memang menjanjikan, tetapi juga besar risiko kegagalannya jika tidak dilakukan dengan prosedur yang benar. Oleh karena itu, Sobat Mediatani perlu mempelajari mengenai pertumbuhan dan perkembangan udang windu secara umum.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version