Warga Binaan Lapas di Sleman Beternak Ayam Bahagia dengan Konsep Free Range

  • Bagikan
Mahasiswa Fakultas Peternakan UGM berfoto bersama warga binaan serta Kepala Lapas Kelas IIB Sleman. (Foto: Istimewa/Humas UGM)
Mahasiswa Fakultas Peternakan UGM berfoto bersama warga binaan serta Kepala Lapas Kelas IIB Sleman. (Foto: Istimewa/Humas UGM)

Mediatani – Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat, Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada mengajak warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Kabupaten Sleman untuk membudidayakan ayam bahagia.

Ayam bahagia sendiri merupakan konsep budidaya ayam petelur yang mengedepankan kesejahteraan hewan (animal welfare). Konsep ini diinisiasi sejak Juni 2021, yang merupakan buah dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Pengabdian Masyarakat tahun 2021.

Sebelumnya, Lapas Kelas IIB Kabupaten Sleman telah memiliki program peningkatan keterampilan dan pelatihan kemandirian. Program pelatihan tersebut untuk membantu warga binaan dalam mengatasi permasalahan diskriminasi setelah masa pidananya usai.

Lapas memberikan pelatihan kemandirian dan peningkatan keterampilan di lahan terbuka milik lapas atau yang dinamakan Kampung Asimilasi. Beberapa program pelatihan yang diberikan antara lain; bidang jasa, pertanian, manufaktur, dan peternakan.

Meski beberapa program telah berkembang pesat di Lapas tersebut, akan tetapi untuk bidang peternakan mereka masih seringkali mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan masih kurangnya pemahaman terkait manajemen beternak yang baik dan benar.

Hal tersebut mengakibatkan kandang yang berada di Kampung Asimilasi menjadi terbengkalai dan transfer ilmu pengetahuan di bidang peternakan kepada warga binaan menjadi terhambat. Karena itu, kerjasama yang dibangun dengan Fakultas Peternakan UGM diharapkan akan menjadi lebih baik kedepan.

Kepala Lapas Kelas IIB Kabupaten Sleman Kusnan mengapresiasi program yang dijalankan mahasiswa Fakultas Peternakan UGM tersebut.

“Mahasiswa UGM diharapkan dapat menularkan pengetahuan akan budidaya ayam bahagia yang baik kepada pembimbing maupun warga binaan serta ke depan diharapkan mahasiswa dapat membuat terobosan baru lagi,” jelasnya dikutip dari semarang.bisnis.com, Minggu (14/11).

Sementara itu, Dio Fico Felsidan Diatmono, salah seorang mahasiswa yang menginisiasi program tersebut berharap agar program beternak ayam bahagia dapat menghapus stigma negatif masyarakat akan warga binaan Lapas.

Dio menjelaskan, warga Lapas diajak untuk beternak ayam bahagia dengan konsep free range atau umbaran di kampung Asimilasi tersebut. Cara beternak dengan konsep umbaran bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas dan menurunkan stres pada ayam.

Ayam bahagia juga termasuk jenis ayam petelur dengan strain Lohman Brown. Ayam bahagia dipilih karena memiliki ketahanan dan kemampuan adaptasi yang baik serta menghasilkan telur dengan protein hewani untuk masyarakat dengan harga terjangkau.

Budidaya ayam bahagia ini juga didukung dengan teknologi pakan sesuai kebutuhan ternak. Dalam proses beternaknya, ayam dipelihara sejak umur 18 minggu hingga bisa bertelur pada minggu ke-20.

“Dengan kegiatan ini, diharapkan tidak ada lagi stigma bahwa mantan warga binaan memiliki kecenderungan untuk menjadi residivis yang menjadikan mereka mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan setelah masa pidananya selesai, bahkan tak jarang mereka ter-blacklist dalam beberapa sektor pekerjaan formal,” jelas Dio.

Dalam kondisi pandemi Covid-19, program tetap dapat dijalankan dengan baik melalui metode bauran antara daring dan luring dengan tetap mematuhi protokol kesehatan secara ketat.

Kegiatan yang dilaksanakan antara lain penyuluhan pengenalan program beternak ayam bahagia, penyuluhan prospek keberlanjutan program, penyuluhan manajemen kandang.

Selain itu, dilakukan pelatihan dan praktik pembuatan formulasi ransum pakan, serta pelatihan dan praktik pembuatan kandang serta penerapan konsep beternak.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version