Mediatani ̶ Potensi lahan dan pasar, kemajuan teknologi budidaya, serta besarnya sumber daya manusia adalah modal utama untuk mewujudkan mimpi menjadikan Indonesia sebagai pengekspor udang terbesar di dunia.
Karena itu, udang menjadi salah satu komoditas unggul yang sedang ditingkatkan produksinya. Pada tahun 2021, nilai ekspor udang tercatat mencapai USD 2,2 Miliar dengan produksi udang sebanyak 857 ribu ton. Jumlah tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara lima besar pengekspor udang di dunia.
Melihat besarnya peluang dan potensi lahan dan pasar udang di pasar global tersebut, Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia berencana untuk melakukan strategi modelling pembangunan kawasan budidaya udang modern yang terintegrasi di beberapa wilayah dan revitalisasi tambak udang tradisional.
Modelling pembangunan sebagai percontohan kawasan budidaya udang terintegrasi ini dilakukan di tiga wilayah. Lokasi pembangunan yang pertama terletak di Kabupaten Sumbawa, NTB dengan luas 528 ha. Kedua, berada di kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara seluas 500 ha. Ketiga, berada di kabupaten Aceh Timur , Aceh seluas 500 ha.
Pembangunan tambak udang terintegrasi di beberapa lokasi tersebut menjadi bagian dari implementasi akselerasi program terobosan KKP yaitu pengembangan perikanan budidaya berorientasi komoditas unggulan ekspor, salah satunya komoditas udang.
Dalam implementasinya, modernisasi tambak udang terintegrasi dilakukan dengan menggunakan sistem penerapan strategi modeling dan revitalisasi tambak.
- Pembangunan percontohan kawasan budidaya udang terintegrasi di beberapa lokasi di Indonesia
- Revitalisasi tambak udang tradisional menjadi semi insentif atau insentif sebagai upaya peningkatan hasil panen
- Menggunakan teknologi insentif yang ramah lingkungan, seperti tendon dan IPAL
- Pembangunan sarana prasarana pendukung, seperti laboratorium, Mess Karyawan, Nursery Pond, serta akses jalan yang memadai
Apa saja dampak modernisasi tambak udang ini?
Dengan adanya modernisasi tersebut, selain pemilik lahan, masyarakat setempat juga dapat berpartisipasi sebagai pekerja selama proses pembangunan berlangsung, sehingga dapat memberikan dampak nyata, seperti menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pembudidaya.
Adanya pembangunan percontohan kawasan budidaya udang tersebut dapat memicu munculnya distribusi ekonomi usaha turunan seperti; produk kemasan, unit pengelolaan ikan, pabrik es, dan usaha turunan lainnya. Dengan demikian, lapangan kerja bagi warga setempat akan semakin terbuka.
Hal ini juga sesuai dengan instruksi dari Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan lapangan kerja baru bagi warga lokal agar pertumbuhan ekonomi dapat tersebar secara merata dan tidak hanya berpusat di Pulau Jawa.
Dengan dilakukannya modernisasi tambak udang modern terintegrasi ini, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas udang sehingga memenuhi target 2 juta ton di tahun 2024 nantinya.
Pelaksanaan pembangunan kawasan percontohan kawasan budidaya udang terintegrasi ini memakan biaya sekitar 7,2 triliun rupiah. Dengan dana sebasar itu, KKP akan sangat serius untuk menyusun perencanan dan implementasi pembangunan tambak udang terintegrasi tersebut.
Salah satu pihak dari KKP juga memastikan bahwa pembangunan konstruksi tambak tidak akan merusak hutan mangrove yang sudah ada saat ini.
**
Modernisasi tambak udang di Indonesia tentunya membutuhkan dukungan berupa pengawalan dan pengawasan optimal dari semua pihak, mulai dari masyarakat pembudidaya, pelaku usaha, pemerintah, hingga kementrian atau lembaga lainnya agar pelaksanaannya berjalan sesuai jalur yang benar.