Mediatani |, TRENGGALEK –Lahan pertanian petani Trenggalek seluas 161,4 hektar secara bersamaan terkena serangan hama wereng.
Serangan hama wereng terjadi secara merata di hampir seluruh kecamatan, kecuali Kecamatan Suruh, Kecamatan Dongko, dan Kecamatan Kampak.
Sementara kecamatan yang paling berat terkena serangan wereng adalah Kecamatan Trenggalek, Kecamatan Pogalan, dan Kecamatan Durenan.
Akibat serangan hama, tanaman padi di beberapa lokasi tampak layu, mulai mengering sehingga warnanya berubah menjadi coklat kekemerahan.
“Jika dibandingkan, tanaman padi mengalami kekurangan cairan. Hama wereng menyerap cairan dari tanaman hingga membuatnya kering dan mati. Keadaan ini terjadi karena cuaca kemarau basah yang menciptakan lingkungan yang cocok untuk perkembangan hama,” ujar Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Trenggalek, Imam Nurhadi, Senin (4/8/2025).
Menurut Imam, serangan wereng tidak hanya terjadi di Trenggalek tetapi juga secara bersamaan di berbagai daerah di Jawa Timur.
Cuaca lembap dengan suhu tinggi mempercepat proses perkembangan hama, meningkatkan kemungkinan perpindahan mereka, serta membuat sulit bagi petani dalam mengatasi serangan hama secara mandiri.
Namun, di balik tantangan tersebut, musim kemarau yang basah juga membawa dampak positif, salah satunya yaitu meningkatnya luas lahan pertanian karena air masih tersedia dalam jumlah yang cukup.
Pihak Dispertapan Trenggalek telah mengaktifkan seluruh petugas lapangan guna menghadapi potensi peningkatan serangan wereng di berbagai lokasi.
Petugas pertanian terus mengawasi pertumbuhan tanaman dan memperingatkan petani agar waspada terhadap tanda-tanda awal serangan hama.
Di sisi lain, Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Trenggalek, Khairul Anam, menyampaikan bahwa wereng menyerang 161,4 hektare lahan persawahan di Trenggalek.
“Hama wereng mulai muncul sejak bulan Juni dan terus menyebar. Hingga bulan Juli ini, telah ada 32,3 hektar sawah yang mengalami gagal panen,” ujar Anam.
Berdasarkan pendapat Anam, apabila luas areal persawahan atau hasil panen petani turun hingga 80 persen, maka lahan tersebut dapat dikatakan mengalami gagal panen atau puso.
“Banyak petani di Kecamatan Trenggalek tidak mengalami panen sama sekali, sementara di wilayah lain banyak yang harus memanen lebih cepat, guna melindungi bulir padi yang mulai tumbuh meskipun belum sempurna,” kata Anam.
Selain kejadian musim kemarau basah, penanaman padi yang tidak bersamaan menyebabkan hama wereng semakin menyebar.
Faktor lainnya adalah penggunaan pupuk nitrogen yang berlebihan, sehingga membuat tanaman lebih rentan terhadap serangan hama.
“Salah satu tindakannya adalah kita mengajak untuk mengganti varietas untuk musim tanam berikutnya,” kata Anam.
Dengan mengganti jenis varietas beras, hama wereng memerlukan waktu yang lebih lama untuk beradaptasi.
Selain itu, Anam juga mengajak para petani untuk membatasi penggunaan unsur N karena pada kenyataannya unsur N sudah tersedia secara alami.
“Selain itu, pupuk-pupuk tersebut sebenarnya telah mengandung unsur N, sehingga tidak perlu menambahkan unsur N kembali,” tambahnya.