Mediatani – Umumnya, para petani mengatasi persoalan hama perusak, pengganggu, dan penyebab penyakit tanaman dengan menyemprotkan pestisida.
Di satu sisi, cara ini memang dapat dikatakan cukup efektif. Penyemprotkan pestisida mampu membunuh segala jenis hama yang mengancam hasil panen petani.
Namun, di sisi lainnya, pestisida juga menyebabkan masalah pencemaran yang terdapat di lingkungan sekitarnya. Residu dari pestisida yang disemprotkan ke tanaman tidak akan hilang begitu saja, bahkan hingga seminggu setelahnya.
Oleh karena itu, harus ada alternatif cara lain yang mesti diterapkan untuk membasmi hama agar penggunaan pestisida bisa ditekan. Anda dapat menerapkan cara Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang menggunakan pendekatan pengendalian hama dengan pertimbangan dari sisi ekologi dan efisiensi ekonomi.
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan suatu konsepsi atau cara berpikir mengenai metode pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dengan menggunakan pendekatan ekologi yang bersifat multidisiplin untuk mengelola populasi hama dan penyakit dengan memanfaatkan berbagai taktik pengendalian yang bersifat kompatibel dalam suatu kesatuan koordinasi pengelolaan.
Karena PHT sendiri merupakan suatu sistem pengendalian yang menggunakan pendekatan ekologi, oleh karena itu, pemahaman tentang biologi dan ekologi dari hama dan penyakit menjadi sangat penting.
Dikutip dari balitsa.litbang.pertanian.go.id, setidaknya terdapat empat prinsip dasar yang mendorong penerapan PHT secara nasional, terutama dalam rangka menunjang program pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
Beberapa prinsip yang mengharuskan PHT pada tanaman sayuran adalah seperti dinyatakan dalam uraian berikut ini.
1. Budidaya Tanaman Sehat
Budidaya tanaman yang sehat dan kuat menjadi salah satu bagian penting dalam program pengendalian hama dan penyakit. Tanaman yang sehat mampu bertahan dari serangan hama dan penyakit dan lebih cepat mengatasi kerusakan akibat serangan hama dan penyakit tersebut.
Oleh karena itu, setiap usaha dalam budidaya tanaman seperti pemilihan varietas, penyemaian, pemeliharaan tanaman sampai penanganan hasil panen perlu diperhatikan agar diperoleh suatu pertanaman yang sehat, kuat dan produktif, serta memberikan hasil panen yang tinggi.
2. Pemanfaatan Musuh Alami
Pengendalian hayati dengan memanfaatkan peran musuh alami yang potensial menjadi tulang punggung dalam PHT.
Dengan adanya musuh alami yang mampu untuk menekan populasi hama, diharapkan di dalam agroekosistem terjadi suatu keseimbangan populasi antara hama dengan musuh alaminya, sehingga populasi hama tidak akan melampaui ambang toleransi tanaman.
3. Pengamatan Rutin Atau Pemantauan
Agroekosistem bersifat sangat dinamis, oleh karena banyak faktor di dalamnya yang kemudian saling mempengaruhi satu sama lain.
Karena itu, agar dapat mengikuti perkembangan populasi hama dan musuh alaminya serta untuk mengetahui kondisi suat tanaman, mesti dilakukan suatu pengamatan secara rutin. Informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai dasar dari tindakan apa yang akan dilakukan.
4. Petani sebagai Ahli PHT
Terakhir, penerapan PHT harus disesuaikan dengan kondisi dari ekosistem setempat. Rekomendasi PHT hendaknya mesti dikembangkan oleh para petani sendiri. Agar petani dapat mampu menerapkan sistem PHT, maka diperlukan usaha pemasyarakatan PHT melalui pelatihan baik yang bersifat formal maupun informal.
***
Demikian 4 prinsip dari penerapan PHT. Semoga dapat bermanfaat dan diimplementasi dalam proses pengendalian hama di setiap tanaman.