Mediatani – Seorang pebisnis, David Sugianto tak kehabisan ide saat pandemi Covid-19 memaksa toko pakaiannya menjadi sepi. Di atap tokonya yang berlokasi di Jalan Mastrip Blitar itu, David menanam sayur dengan sistem hidroponik.
Dari tanaman sayur hidroponiknya tersebut, David bisa mendapatkan omzet sekitar Rp 4 juta-Rp 5 juta per bulan. Pengahasilan itupun dapat menutupi pendapatan toko pakaiannya yang semakin menurun.
“Sejak terjadi pandemi Covid-19, toko pakaian saya sepi. Saya memutar otak agar bisa mendapat pemasukan tambahan. Akhirnya, saya mencoba menanam sayur hidroponik,” kata David dilansir dari SurabayaTribunnews, Jumat (23/10/2020).
Bapak tiga orang anak itu tampak sedang memanen sayuran hidroponik yang berada di atap toko pakaiannya. Dia mendapat orderan sayuran kangkung dan sawi pagoda dari pembeli.
“Atap toko ini sudah bertahun-tahun tidak ada fungsinya. Sekarang saya pakai menanam sayuran hidroponik,” ujar David.
Lelaki penghobi fotografi itu menanam sayuran hidroponik di atap lantai dua tokonya. Lahan yang dipakai untuk menanam sayur hidroponik ukuran 10 meter x 20 meter. Sekitar 60 persen instalasi hidroponik dikerjakan sendiri oleh David dan selebihnya dibantu tukang.
“Saya mulai menaman sayur hidroponik Maret 2020. Hasil panen pertama saya bagi-bagikan ke saudara, teman dan pekerja di toko pakaian saya. Panen berikutnya, saya baru menjual hasilnya,” ungkapnya.
David memanfaatkan dunia maya untuk belajar ilmu menanam sistem hidroponik ini. Ia mengaku sebelumnya tidak pernah menanam sayuran baik secara konvensional maupun sistem hidroponik. Menurutnya, aktivitas ini memang ribet di awal. Namun seterusnya tinggal mengontrol pengairan dan memberi nutrisi di tiap tanaman.
“Selama nutrisinya terpenuhi, tanaman bisa cepat panen,” katanya.
Dari lahan hidroponik seluas 200 meter persegi itu, David memiliki 1.600 lubang tanam. Dia menanam berbagai jenis sayuran mulai kangkung, sawi, selada, dan kailan. Untuk merakit instalasi hidroponik dan bibit tanaman, David mengeluarkan modal secara bertahap sampai mencapai Rp 50 juta.
“Modal yang saya keluarkan untuk membuat hidroponik sekitar Rp 40 juta-Rp 50 juta. Tapi, secara bertahap,” katanya.
Sayuran tersebut ditanamanya sejak bulan Maret. Hasil panen sayuran hidroponik milik David bisa mencapai 1 kuintal. Hasil panennya itu awalnya hanya dibagikan ke beberapa saudara dan tetangga.
“Lalu mulai ada pembeli di toko juga membeli sayuran panenan saya. Ya syukurlah hasil jual sayuran rata-rata Rp 5 juta per bulan bisa buat nutup operasional toko,” ungkap David.
Untuk penjualan, David mengandalkan pasar online. Dia memasarkan sayuran hidroponik melalui media sosial Facebook dan Instagram. Sekarang, pembelinya tidak hanya di Kota Blitar, tapi juga dari luar kota seperti Tulungagung dan Malang.