Ayo Kembangkan Ikan Lokal, Ini Cara Budidaya untuk Ikan Jelawat

  • Bagikan
Ikan Jelawat

Mediatani – Ikan asli yang berada di perairan Indonesia belum banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan industri bahkan untuk dijual di pasar domestik. Padahal, ikan lokal juga tidak kalah lezat dan bergizinya untuk dikonsumsi.

Dilansir dari Mongabay, ikan asli Indonesia yang ada saat ini berjumlah 4.782 spesies, namun yang dimanfaatkan untuk perikanan budidaya baru enam jenis saja. Jumlah tersebut sudah masuk dalam data resmi statistik perikanan yang dikumpulkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Kurangnya masyarakat yang membudidayakan ikan lokal disebabkan karena pemerintah lebih menggencarkan budidaya ikan asing, seperti ikan nila dan lele dumbo. Namun, hal tersebut juga tidak sepenuhnya salah karena selain mudah dibudidayakan, ikan asing ini juga bernilai ekonomi tinggi.

Beberapa spesies ikan lokal yang saat ini banyak dibudidayakan oleh masyarakat, diantaranya yaitu ikan baung, ikan nilem, ikan betutu, ikan belida, ikan kancra, dan ikan tawes. Selain itu, sejak beberapa waktu lalu, Kotawaringin Timur juga sedang gencar membudidayakan ikan jelawat.

Sebelumnya, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Kotim Heriyanto menjelaskan bahwa ikan jelawat yang terdapat di Kotim adalah salah satu jenis ikan yang sangat digemari oleh masyarakat. Ikan ini bahkan telah populer dan sukses menjadi komoditas yang banyak dicari oleh masyarakat, baik dari dalam maupun luar Kotim.

“Bahkan sudah ada permintaan dari luar negeri seperti Thailand. Selain dinikmati dalam bentuk segar juga sudah berhasil diolah menjadi berbagai macam produk olahan,” ungkapnya.

Ikan Jelawat

Di Sumatera, ikan jealawat lebih dikenal dengan sebutan ikan kelemak, sedangkan di Kalimantan Tengah disebut ikan menjuhan. Ikan air tawar ini banyak ditemui di sungai, didaerah genangan air kawasan tengah hingga hilir, atau pada bagian muara sungai.

Untuk memulai bisnis ikan jelawat, Anda perlu memahami habitat asal ikan ini. Ikan jelawat ini biasanya berusaha untuk menuju ke hulu sungai pada setiap permulaan musim penghujan (Oktober -Februari) untuk berpijah di muara sungai.

Anakan dari ikan jelawat ini banyak ditemui di daerah genangan dari daerah aliran sungai (DAS). Saat air mulai surut, anakan ini secara bergerombol akan berusaha ke arah bagian hulu sungai.

Budidaya Ikan Jelawat

Dalam proses budidaya ikan jelawat, biasanya mengandalkan induk dari hasil penangkapan di perairan umum yang dilakukan pada musim penghujan. Sepeti yang sudah dijelaskan, ikan ini berkembang biak pada permulaan musim hujan, sehingga anak benih tersedia secara musiman.

Karena hanya mengandalkan hasil penangkapan di alam, kontinuitas usaha budidaya ikan jelawat ini terganggu. Dengan kondisi tersebut, maka perlu menerapkan metode yang mengandalkan teknologi.

Jika hal tersebut bisa dilakukan, usaha ini menjadi lebih berpeluang dan akan memberikan keuntungan yang besar. Beberapa tahap yang dilakukan pada budidaya ikan jelawat ini, yaitu pematangan gonad, pemijahan, penetasan, pemeliharaan larva, dan pendederan.

Pemeliharaan Induk

Di tahap ini, indukan ikan jelawat dipelihara pada kolam khusus yang berukuran 500 – 700 m2 dengan padat tebar 0,1 – 0,25 kg/m2. Pada pemeliharaannya, induk diberikan pakan berupa pellet dengan kandungan protein 25- 28 % sebanyak 2 -3 kali dalam sehari.

Selain pellet, pakan lain yang juga dapat diberikan untuk indukan, yaitu berupa daunan hijau seperti daun singkong secukupnya. Pemeliharaan induk biasanya dilakukan kurang lebih 8 bulan. Induk yang akan dipijahkan dapat diseleksi terlebih dahulu.

Ciri induk betina jelawat yang telah matang gonad, yakni perut terlihat membesar dan lembut bila diraba, apabila diurut menuju arah anus akan keluar cairan berwarna kekuningan serta sirip dada yang tampak halus dan licin

Sedangkan ciri indukan jantan yang siap berpijah, yakni memiliki perut yang terlihat langsing, apabila diurut ke arah anus akan keluar cairan putih (sperma) serta sirip dada yang terasa lebih kasar jika diraba.

Pemijahan

Ikan jelawat yang akan dipijahkan dapat dilakukan secara alami dan buatan. Untuk pemijahan buatan, induk disuntik (induced breeding) memakai hormon ovaprim.

Untuk induk betina, penyuntikan dilakukan sebanyak 3 kali dengan dosis 0,7 ml /kg induk. Jarak waktu antara penyuntikan pertama dan kedua yaitu 12 jam, sedangkan penyuntikan kedua dan ketiga 6 jam.

Sementara untuk induk jantan, penyuntikan dilakukan hanya satu kali penyuntikan dengan dosis 0,5 ml/ekor atau bersamaan dengan penyuntikan kedua induk betina. Penyuntikan tersebut dilakukan secara intramuscular di bagian punggung.

Kemudian indukan distripping (pengeluaran telur dan sperma dari induk) setelah 4 – 6 jam setelah penyuuntikan terakhir. Telur dan sperma dipindahkan ke wadah yang bersih dan kering. Lalu aduk perlahan dengan bulu ayam hingga keduanya tercampur merata.

Untuk mengaktifkan sperma, tambahkan air bersih. Setelah pembuahan terjadi, dilanjutkan dengan pencucian telur sebanyak 3 – 4 kali atau hingga telur bersih dari sisa sperma.

Penetasan

Pada tahap penetasan, gunakan wadah lain untuk menampung dan menetaskan telur. Wadah penetasan telur biasanya berbentuk corong dengan ukuran 60 cm tinggi 50 cm. Terbuat dari bahan halus atau kain pada bagian bawah diberi aerasi yang berguna untuk menggerakkan telur.

Kepadatan telur per corong yaitu sebanyak 10.000 hingga 20.000 butir, telur tersebut dipindahkan di dalam bak dalam keadaan air mengalir lancar. Telur akan menetas pada suhu normal 26 – 28 0c, dalam waktu 18 – 24 jam. Selanjutnya larva dari telur tersebut ditampung dalam bak perawatan.

Perawatan Larva

Selama perawatan, larva diberi pakan berupa nauplii artemia atau emulsi kuning telur yang sudah direbus terlebih dahulu. Larva yang telah berusia antara 7 – 10 hari akan ditebarkan di kolam pendederan yang sudah dipersiapkan.

Pemeliharaan larva ikan jelawat sendiri harus dilakukan dengan hati-hati. Larva yang dipelihara langsung di tempat penetasan telur, cangkang & telur yang tidak menetas dibersihkan secara penyiponan. Hari ke 3 larva berikan pakan berupa naupil artemia (yang baru menetas).

Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali sehari, yaitu pada pagi, siang , dan sore hari. Pada hari ke 7 setelah menetas, benih ikan siap untuk didederkan di kolam pendederan.

Pendederan

Benih ikan jelawat yang akan didederkan dimasukkan ke kolam yang telah dikeringkan selama 2 – 3 hari dan pematang telah diperbaiki. Saluran tengah (kamalir) juga telah dibuat dan telah dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang sebanyak 500-700 gr/m2.

Isi kolam dengan air setinggi 80-100 cm. Pada saluran pemasukan air dipasang saringan berupa hapa yang lembut untuk menghindari masuknya ikan liar. Tebar benih tiga hari setelah pengisian air kolam dengan padat penebaran 100-150 ekor/m2.

Benih ikan diberi pakan berupa tepung hancuran pelet dengan dosis 10-20 % per hari yang terkandung lebih kurang 25% protein. Lama pemeliharaan benih ini biasanya selama 2-3 minggu. Ketika benih yang dihasilkan telah berukuran 2-3 cm, ikan jelawat bisa dibudidayakan di kolam dan atau di karamba.

Pembesaran di kolam

Pembesaran yang dilakukan di kolam, benih ikan jelawat yang dibudidayakan berukuran 40 g dengan kepadatan tebar 10 ekor/m2. Selama pemeliharaan, ikan diberi pakan komersial atau pelet yang mengandung protein 28% . Disediakan 3% bobot biomasa per hari dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari. Pembesaran ini dilakukan selama lima bulan pemeliharaan hingga berat akhir sebesar 200 g/ekor.

Pembesaran di keramba

Untuk proses pemeliharaan ikan jelawat di keramba, gunakan karamba yang berukuran 1,2 m x 0,8 m x 1,1 m. Pada pembesaran, ikan seberat 200 g/ekor ditebar dengan kepadatan 75 ekor/karamba.

Ikan diberi pakan komersial atau pelet yang terkandung protein 28% yang diberikan  dengan jumlah 3% berat biomasa per hari. Frekuensi pemberian yaitu sebanyak 3 kali dalam sehari.

Pembesaran ikan jelawat ini dilakukan selama enam bulan masa pemeliharaan hingga mencapai ukuran konsumsi dengan berat rata-rata 1.000 g/ekor.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version