Mediatani – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan memanfaatkan beberapa bendungan yang saat ini sementara dibangun untuk membuat integrasi budidaya sayuran organik dan ikan atau yang biasa disebut akuaponik.
Bendungan-bendungan yang dimaksud adalah Bendungan Ciawi dan Sukamahi yang lokasinya berada di sekitar Kota Bogor dan Jakarta. Selain mengendalikan banjir, kedua bendungan tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar, khususnya untuk ketahanan air dan pangan nasional.
Pembangunan Bendungan Sukamahi sendiri telah direncanakan sejak 1990an. Namun, pembangunannya baru mulai dilaksanakan pada 2017 lalu dan progres fisiknya saat ini sudah 71 persen. Bendungan kering atau yang dikenal dengan dry dam ini pertama kalinya dibangun di Indonesia.
Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung-Cisadane Kementerian PUPR mengatakan bahwa bendungan ini merupakan rencana induk untuk mengandalikan banjir Jakarta dan kawasan di sekitarnya.
Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Sosial Budaya dan Peran Masyarakat Sudirman mengatakan budidaya dengan sistem akuaponik akan dibangun pada sempadan kedua. Sempadan merupakan garis terluar pada sebuah bendungan.
“Hal ini merupakan arahan dari Bapak Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. Untuk itu, kami diminta untuk mempelajari teknologi akuaponik yang nantinya akan diterapkan di sempadan-sempadan bendungan,” jelas Sudirman, dikutip dari laman Kementerian PUPR, Selasa (06/04/2021).
Untuk mendukung rencana budidaya ini, setiap bendungan harus ditata dan memiliki kawasan sabuk hijau yang memadai melalui penanaman pohon yang disesuaikan dengan struktur tanah yang terdapat pada lokasi.
Untuk diketahui, akuaponik merupakan sistem budidaya ikan dan tanaman yang diintergrasikan dalam sebuah ekosistem untuk menjalin hubungan yang saling menguntungkan antara keduanya.
Dengan memanfaatkan kotoran ikan sebagai sumber nutrisi, yang mana kotoran tersebut menjadi racun bagi ikan itu sendiri, maka dengan adanya hubungan yang saling menguntungkan ini, produk yang akan dihasilkan adalah berupa ikan dan tanaman.
Bendungan Ciawi sendiri direncanakan dapat memiliki volume tampung sebesar 6,05 juta meter kubik dengan luas genangan seluas 39, 40 hektar. Proyek ini dikerjakan oleh kontraktor pelaksana PT Brantas Abipraya (Persero) dan PT Sacna.
Adapun besaran anggaran yang dialokasikan untuk melaksanakan pembangunan Bendungan Ciawi ini yaitu sebesar Rp 798,7 miliar dengan progres yang telah mencapai 85 persen.
Sedangkan untuk Bendungan Sukamahi, direncanakan memiliki daya tampung sebesar 1,68 juta meter kubik dan luas area genangan seluas 5,23 hektar. Kontraktor yang menjadi pelaksana pembangunan bendungan ini adalah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan PT Basuki.
Besaran alokasi anggara bendungan ini sebesar Rp 447,39 miliar dan progres pekerjaannya saat ini telah mencapai 71 persen. Pembangunan Bendungan Cimahi dan Ciawi ini ditargetkan akan rampung pada Juni Tahun 2022.
Desain kedua bendungan ini dirancang untuk mengurangi debit banjir yang masuk ke Jakarta dengan cara menahan aliran air yang berasal dari Gunung Gede dan Gunung Pangrango sebelum sampai ke Bendung Katulampa yang akhirnya mengalir ke Sungai Ciliwung.
Pembangunan Bendungan Ciawi yang nantinya rampung akan mereduksi banjir sebesar 111,75 meter kubik per detik. Dan diharapkan penerapan teknologi akuaponik pada area bendungan tersebut dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar selain menghasilkan buah maupun sayur yang tinggi nutrisi juga menghasilkan ternak ikan.
Sutisna salah satu warga di Desa Megamendung Ciawi Kabupaten Bogor mengaku senang dengan adanya rencana Kementerian PUPR untuk mengembangkan budidaya akuaponik di sempadan bendungan Ciawi dan Sukamahi.
“Ini akan memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar selain menghasilkan tanaman (buah dan sayur) yang tinggi nutrisi juga menghasilkan ternak ikan,” ujarnya.