Mediatani – Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Merauke wilayah kerja di Boven Digoel saat ini berhasil mendorong ekspor kembali produk olahan kelapa sawit tujuan India.
Tercatat ada sebanyak 7.352.860 MT produk olahan yang berasal dari sub sektor perkebunan tersebut diberangkatkan dengan menggunakan kapal MT Hai Yan V 2015 dari Asikie, Boven Digoel, Rabu (19/5/2021).
Produk olahan yang diberangkatkan tesebut berupa Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit mentah.
Kepala Karantina Pertanian Merauke, Sudirman mengatakan bahwa komoditas dengan nilai ekonomi mencapai Rp 98,45 miliar tersebut, telah melalui serangkaian pemeriksaan dan pengawasan dari pihak Karantina Pertanian Merauke.
“Sebelum diberangkatkan, komoditas yang diekspor telah kami lakukan pemeriksaan dan pengawasan sesuai dengan ketentuan persyaratan ekspor negara tujuan,” tutur Sudirman.
Di sisi lain, Manajer PT BIO, Andy Siyar Irawan mengungkapkan bahwa sebelum pihaknya menerima sertifikat kesehatan karantina tumbuhan atau Phytosanitary Certificate (PC), pejabat Karantina Pertanian lebih dulu memeriksa kelengkapan administrative serta kesesuaian dokumen persyaratan dan pendukung.
Kegiatan ekspor kali ini merupakan kali kedua Bogen Vigoel melakukan ekspor kelapa sawit. Sebab ekspor pertama di tahun ini telah dilakukan pada bulan Januari 2021 dengan komoditas pertanian yang sama.
Andy mengaku jika selama ini kegiatan ekspor dapat dilakukan dengan lebih mudah, hal ini disebabkan proses permohonannya yang sudah bisa dilakukan melalui aplikasi Permohonan Pemeriksaan Karantina (PPK) secara online.
Tentunya proses yang sudah digital ini dapat dilakukan dari area perusahaan di Boven Digoel dengan cepat dan transparan. Jika sudah dipastikan sesuai, maka pihak Karantina Pertanian akan melanjutkan dengan pemeriksaan fisik dengan memberlakukan sistem baru pemeriksaan lapangan (Officer).
Tentunya kegiatan ekspor yang kedua kalinya ini mendapatkan apresiasi dari Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil. Ia mengapresiasi capaian kinerja ekspor dari Merauke yang telah melakukan dua kali pengiriman CPO di tahun 2021.
Ia menyebutkan bahwa berdasarkan data sertifikasi, ekspor secara nasional pada tahun 2020 menunjukkan ekspor CPO sebesar 297,8 ribu ton atau setara dengan nilai Rp6 triliun.
Sedangkan pada tahun 2021 walaupun belum memasuki semester pertama, volume ekspor CPO sudah mencapai 115,9 ribu ton atau setara dengan nilai ekonomi Rp3,3 triliun.
“Alhamdulillah, peningkatan ekspor ini merupakan capaian kinerja kita bersama dari berbagai pihak, baik pusat maupun daerah, Insya Allah akan terus meningkat tidak hanya pada penambahan volume, namun juga peningkatan pada ragam komoditas, negara tujuan, frekuensi pengiriman hingga jumlah eksportir,” ungkap Jamil.
Pencapaian ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) terkait target pencapaian pembangunan pertanian 2020 – 2024, salah satunya yaitu mengembangkan komoditas yang memiliki nilai ekonomi dan meningkatkan devisa melalui akselerasi ekspor.
Hal ini sesuai dengan program yang telah dicanangkan Kementan yaitu Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor Komoditas Pertanian (Gratieks).
Jamil berharap bahwa dengan tanah Indonesia yang kaya dan subur, potensi ekspor komoditas pertanian dapat digali dengan maksimal.
“Tanah kita sangat kaya dan subur, gali terus potensi ekspor komoditas pertanian Indonesia agar lebih banyak lagi produk pertanian kita menembus pasar ekspor dan lebih luas lagi jangkauannya di pasar internasional,” pungkas Jamil