Mediatani – Tanaman sereh wangi adalah salah satu jenis tanaman yang menghasilkan atsiri cukup penting di Indonesia. Teknik budidayanya menjadi salah satu faktor penentu terhadap keberhasilan usaha tani. Selain itu, faktor lingkungan juga ikut menjadi penentu keberlanjutan usaha budidayanya. Tanaman sereh wangi ini sudah sejak lama dibudidayakan di Indonesia.
Tanaman sereh wangi ini mempunyai bentuk daun yang lebih lebar dibanding bentuk sereh biasa. Daun sereh wangi membentuk rumpun yang sedikit lebih besar dengan jumlah batangnya lebih banyak. Memiliki warna daun hijau tua, sedangkan pada serai biasa memiliki daun hijau muda sedikit kelabu.
Tanaman sereh wangi memiliki akar serabut yang berjumlah cukup banyak. Akarnya mampu menyerap unsur hara di dalam tanah dengan cukup baik sehingga pertumbuhannya lebih cepat. Berdaun pipih memanjang menyerupai alang – alang. Panjang daun mencapai 1 meter melengkung. Jika pertumbuhannya normal, lebar daun antara 1 – 2 cm. Jika daun diremas akan tercium aroma khas sereh wangi yang tajam. Batangnya berwarna hijau dan juga merah keunguan.
Kesuburan tanah ini mempengaruhi pertumbuhan tanaman sereh wangi. Selain itu, iklim dan tinggi tempat diatas permukaan laut juga menjadi faktor. Tanaman ini mampu tumbuh di berbagai tipe tanah baik di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai dengan ketinggian 1.200 mdpl, dengan ketinggian tempat optimum 250 m dpl.
Untuk pertumbuhan daunnya yang baik diperlukan iklim lembab, sehingga jika masuk musim kemarau pertumbuhannya menjadi sedikit lambat. Secara umum sereh wangi akan tumbuh dengan baik pada tanah yang gembur sampai liat dengan memiliki pH 5,5 – 7,0. Curah hujan rata – rata 1.000 – 1.500 mm/tahun dengan bulan kering 4 – 6 bulan.
Bila lahannya seperti semak belukar maka dibabat, dibakar dan langsung saja dibajak. Setelah pembukaan lahan, selanjutnya dilakukan pengajiran pada lubang tanam. Jarak tanam ditanah yang subur seratus x seratus cm. Ukuran lubang tanaman yaitu 30 x 30 x 30 cm. Penanaman serai wangi dapat juga dilakukan dengan sistem parit, ukuran lebar dan dalam parit sama seperti sistem lubang. Jika memiliki topografi yang lereng, sebaiknya barisan lubang atau paritnya ditanam searah kontur. Tanaman serai wangi menyukai kemiringan lahan 25 – 30º dengan curah hujan 3.500 mm/th, sebaiknya menggunakan terasering dan pertanaman secara pagar.
Setelah melakukan penyemprotan herbisida, sereh wangi sudah siap tanam. Penanaman bagusnya dilakukan pada awal atau akhir musim penghujan ini agar meminimalisir penyiraman. Bibit yang ditanam pada musim hujan akan tumbuh dengan cepat. Bibit sereh wangi ditanam satu atau dua batang per lubang tanam. Bila ukuran batang bibit cukup besar, cukup ditanam satu saja batang per lubang.
Penyiangan pertama dilakukan satu bulan setelah tanam selanjutnya tiga bulan sekali atau empat kali dalam setahun tergantung pertumbuhan gulma. Sedangkan penyulaman dilakukan bila ada bibit yang belum tumbuh atau mati dalam kurun waktu satu bulan Setelah tanam. Penyulaman ini sangat penting untuk mempertahankan jumlah populasi dan produksi. Bibit yang digunakan untuk penyulaman dapat berasal dari anakan yang sudah ditanam dan hidup disampingnya atau dari rumpun induk yang sejenis.
Untuk menjaga kesuburan tanah dan kestabilan produksi, tanaman serai wangi perlu dipupuk. Pupuk berpengaruh pada produksi daun dan banyaknya minyak atsiri yang dihasilkan per hektar. Setelah berumur satu bulan, beri pupuk Urea sebanyak 25 gram dan diberikan dengan cara melingkari rumpun sejarak 25 cm atau satu jengkal. Pemupukan dilakukan bersamaan dengan pengemburan. Dosis pupuk yang dipakai tergantung dari kondisi tanah baik sifat fisik maupun kesuburannya. pupuk NPK (37 ; 65 ; 65) dengan takaran dosis 150 – 200 kg/ha, lima puluh kg KCl/ha. Pupuk kandang dua kg per rumpun yang di berikan enam bulan sekali.