Mediatani – Pupuk yang mengandung Nitrogen (N), Fosfor (P) dan Kalium (K) atau yang sering disebut dengan Pupuk NPK merupakan salah satu jenis pupuk yang sering digunakan untuk menyuburkan tanaman.
Banyak orang yang mengaplikasikan pupuk ini dengan cara ditabur, ditanam, bahkan dicairkan. Namun cara manakah yang benar-benar efektif untuk tanaman?
Perlu diketahui bahwa bentuk pupuk yang satu ini berupa zat padat, dan saat dilarutkan dengan air akan mempermudah proses penyerapan akar tanaman. Karena itu, cara yang tepat untuk mengaplikasikan pupuk NPK adalah dengan dicairkan atau dikocor.
Dengan penyerapan optimal, tanaman dapat tumbuh lebih baik sebab pupuk bisa lebih cepat diserap oleh akar tanaman. Terlebih, pemupukan dengan cara dikocor dapat dilakukan kapan saja alias tidak perlu menunggu musim tertentu.
Selain itu, pemberian pupuk dengan cara dikocor lebih mudah dan bisa lebih fokus ke tanaman yang diberikan pupuk, berbeda dengan cara ditabur yang akan menyebar ke mana-mana.
Kelebihan lainnya, penggunaan dengan cara dikocor lebih hemat dan optimal, sehingga dapat membuat semua akar tanaman menerima pupuk dengan merata.
Itulah alasan mengapa pengaplikasian pupuk dengan cara dikocor ini lebih efektif dibandingkan pengaplikasian dengan cara ditabur.
Label Pupuk
Selain memperhatikan cara pengaplikasian pupuk NPK, penting juga untuk membaca label pupuk. Biasanya terdapat tiga angka pada label pupuk, misalnya 15-30-15. Angka-angka ini menunjukkan jumlah relatif nitrogen, fosfor dan kalium.
Tipsnya, pilihlah pupuk berdasarkan perbandingan unsur haranya. Contohnya, pupuk dengan angka 15-30-15 memiliki rasio 1: 2: 1 N-P-K dengan satu bagian nitrogen, dua bagian fosfor, dan satu bagian kalium.
Biasanya tanaman berbunga tumbuh subur dengan rasio 15-30-15, sedangkan pupuk rumput umumnya dapat menggunakan rasio 10-1-1, tergantung pada kondisi tanah. Namun, pupuk dengan rasio 1-1-1 dianggap serbaguna.
Seperti yang diketahui, pupuk NPK mengandung unsur hara yang masing-masing dibutuhkan oleh tanaman. Nitrogen merupakan nutrisi penting untuk mendukung fungsi tanaman dan menjadi salah satu unsur klorofil. Nitrogen ini dapat memicu pertumbuhan vegetatif, terutama pada daun, batang dan cabang.
Jika daun tanaman menguning atau tampak kerdil karena pertumbuhan yang buruk, maka mungkin saja tanah tersebut kekurangan nitrogen.
Sementara itu, fosfor berperan sebagai stimulan untuk pertumbuhan akar, benih dan pembentukan bunga dan paling banyak tersedia untuk tanaman saat pH tanah antara 5,5 dan 7. Sayuran umbi-umbian, seperti wortel, menggunakan fosfor dalam jumlah besar, apalagi selama pertumbuhan awal.
Sementara itu, Kalium berperan dalam meningkatkan pertumbuhan akar dan kuncup serta pematangan buah. Kalium juga dapat meningkatkan ketahanan penyakit serta toleransi terhadap kekeringan, panas dan pembekuan. Sehingga keberadaanya penting agar semua tanaman dapat tumbuh subur, terutama dalam kondisi cuaca yang berubah-ubah.
Sama halnya dengan nitrogen, fosfor dan kalium, pupuk ini juga mengandung nutrisi tambahan dalam jumlah yang jauh lebih kecil. Misalnya, Kalsium (Ca) yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan dinding sel tanaman, zat besi (Fe) yang berperan aktif untuk pembentukan klorofil dan fotosintesis.
Selain itu, ada juga Magnesium (Mg) yang membantu dalam pembuatan komponen klorofil dan dalam proses pertumbuhan dan perbaikan tanaman, serta Sulfur (S) yang membantu membangun protein penting dalam pertumbuhan tanaman dan pematangan buah dan biji.