Mediatani – Seorang eks honorer di Kabupaten Kulonprogo berhasil membuktikan bahwa pilihannya untuk beralih menjadi seorang peternak merpati hias bukanlah hal yang keliru. Dari bisnisnya itu, ia bisa meraup keuntungan hingga mencapai Rp 50 juta/bulan.
Ambar Wahyudi (38) menanggalkan pekerjaan guru honorernya yang telah digeluti selama 9 tahun di SD Negeri Butuh, Bumirejo. Keputusan berat yang dipilih oleh Ambar rupanya tidak sia-sia. Kini warga Dusun Carikan, Kabupaten Kulonprogo ini menjadi peternak dengan pendapatan yang saat ini sudah meningkat berkali lipat.
Yudi (sapaan akrabnya) awalnya sudah mencoba beternak merpati hias selama menjadi guru honorer. Namun, Karena melihat prospek ternak merpati hias yang cukup menjanjikan, Yudi memutuskan untuk resign agar lebih fokus di ternak merpati hiasnya.
Yudi mengaku sudah memiliki banyak pelanggan ketika dirinya masih mengajar. Hal itu membuatnya kerap izin untuk pulang ke rumah, meksi sebenarnya ia merasa tidak enak dengan murid-murid yang diajarnya.
“Saya akhirnya memutuskan untuk fokus beternak merpati hias. Kalau saya harus meninggalkan usaha ini (beternak merpati hias) ya saya berat, kalau mengandalkan gaji honorer ya tidak cukup. Untuk beli susu anak saya saja susah,” jelas Yudi.
Yudi memulai ternak merpati hiasnya dengan mengoleksi merpati jenis lokal. Sepasang merpati yang dijualnya ditaksir dengan harga Rp 200 ribu. Dari hasil pejualannya itu, Yudi berhasil menjual belasan pasang dan memperoleh omzet jutaan rupiah dalam sebulan.
Setelah cukup sukses, Yudi mulai mengoleksi merpati hias Eropa yang dibelinya dengan harga yang sangat mahal. Saat itu, harga sepasang merpati hias jenis norwitch copper bisa mencapai hingga Rp 25 juta.
“Itu pun harus diimpor dari Jerman. Saya tidak putus asa dengan mencoba menghubungi kolega saya yang juga berada di Eropa. Karena keterbatasan modal, mampunya ambil ya cuma dua pasang Itu. Nah ternyata dari indukan ini bisa berkembang. Setiap bulannya bisa menghasilkan telur antara tiga hingga lima butir,” ungkap Yudi.
Kehadiran sepasang merpati hias asal Eropa di kandang ternak Yudi akhirnya membuat jenis merpati hias yang dimilikinya menjadi lebih beragam. Di antaranya, ada merpati lahore dan chenes owl dari China, fairly swallow dari Kroasia, river swing pouter dan saint dari Amerika. Harga yang dipatok yaitu kisaran Rp 3,5 – 5 juta per pasang.
Dalam sebulan, ada sekitar 20 pasang merpati hias yang berhasil dijualnya hingga membuatnya meraup omzet mencapai Rp50 juta. Bahkan, permintaan merpati hiasnya itu meningkat pada masa pandemi ini.
“Beberapa bulan terakhir ini aja saya bisa dapat Rp70 juta-Rp90 juta. Kalau rata-rata omzetnya hanya Rp40-50 juta. Ini sebelum pandemi Corona,” ujar Yudi.
Selain memiliki pelanggan dari dalam negeri seperti dari wilayah Jawa Timur dan Jawa Barat, merpati hias milik Yudi juga diminati di luar negeri. Bahkan, Yudi pernah mengekspor merpati hiasnya ke Malaysia.
“Sebenarnya di luar itu permintaan banyak banget apalagi dari Timur Tengah. Cuma karena stok terbatas, jadi belum bisa memenuhi semuanya,” jelas Yudi.
Tingginya permintaan merpati hias impor ini tak lepas dari banyaknya peminat merpati sejak beberapa tahun terakhir. Kebanyakan dari mereka adalah kolektor burung dan pembeli yang ingin ikut kontes merpati hias.
Yudi juga sering mengikutkan merpati hiasnya pada kontes merpati hias bahkan ada konsumen yang membeli merpati milik Yudi yang pernah juara. Dari situlah, merpati hiasnya banyak dilirik oleh penggemar merpati.
“Bahkan, dibeli sekalian sama pialanya,” pungkas Yudi.