Fungsi ‘Cold Storage’ Terhadap Hasil Produksi Pertanian

  • Bagikan
Sumber foto: republika.co.id

Mediatani – Seringkali cuaca buruk yang tidak bisa diprediksi bisa mempengaruhi hasil produksi pertanian. Jika hasil produksi pertanian terganggu maka akan berimbas pula terhadap permintaan masyarakat yang juga dinilai sebagai pemicu meningkatnya harga jual.

Salah satu contohnya pada komoditas cabai di Denpasar, Bali yang saat ini mengalami peningkatan drastis sehingga menjadi penyumbang laju inflasi. Terkait hal tersebut, Rizki Ernadi Wimanda selaku Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali menyampaikan bahwa saat ini di Bali atau di setiap Kabupaten/Kota nantinya harus menyediakan tempat penyimpanan (cold storage).

Dengan hadirnya cold storage, kita bisa menyimpan hasil produksi pertanian agar bisa bertahan lama. Jika hasil produksi pertanian bisa bertahan lama maka para petani tidak akan lagi merugi bahkan hal ini menguntungkan para petani. Mengingat saat memasuki panen raya, para petani sudah mengetahui tempat penyimpanan untuk hasil produksi pertaniannya agar tidak cepat rusak dan bisa bertahan lama.

Tidak bisa dipungkiri bahwa hasil produksi pertanian para petani terkadang melimpah sehingga banyak produk yang terbuang sebab tak masuk ke pasar ataupun tak terbeli ke konsumen. Sementara pada musim tertentu, produk menjadi terbatas sehingga berdampak pada harga yang nantinya melonjak.

Menurutnya, hingga saat ini untuk mengawetkan hasil produksi pertanian sudah ada mesin penyimpanan yang berada di Badung yaitu mesin Controlled Atmosphere Storage (CAS). Sehingga saat harga suatu komoditi mengalami kenaikan, maka kita bisa mengeluarkan cadangannya sehingga harga tidak lagi bergejolak.

“Di Kudus juga ada. Petani datang ke penyimpanan ketika produksinya lebih. Pemerintah daerah bisa melakukan hal ini,” jelasnya.

Sebelumnya, Trisno Nugroho selaku Kepala KPw BI Bali yang juga sebagai Wakil Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bali, menghimbau kepada Tim Pengendalian Inflasi Daerah baik yang berada pada tingkat Provinsi termasuk juga tingkat Kabupaten/Kota agar melakukan kerja sama antar daerah, khususnya pada daerah yang terkenal sebagai penghasil komoditas cabai rawit.

Hal itu disebabkan karena terjadinya peningkatkan inflasi pada bulan Januari yang disebabkan karena adanya peningkatan harga pada kelompok volatile food dan administered prices.

“Hal tersebut bisa dilihat dari adanya peningkatan harga pada bahan makanan contohnya seperti cabai rawit dan juga daging ayam ras,” ungkap Trisno.

Trisno beserta pihaknya akan menekankan, terkait perlunya upaya pengoptimalan terhadap pemanfaatan mesin Controlled Atmosphere Storage (CAS). BI pun mengimbau agar petani tetap menanam sesuai dengan siklusnya agar pasokan tetap mencukupi. Tidak hanya itu, BI terus mendorong pemanfaatan teknologi dalam pemasaran produk-produk pertanian (e-commerce) dan digital farming.

Sementara untuk Tim Pengendalian Inflasi Daerah kabupaten/kota dan provinsi, Trisno mengatakan, pihaknya terus berupaya untuk menjaga kestabilan pasokan dan harga di masyarakat, di antaranya memastikan distribusi yang terjaga antarwilayah dan antarpulau.

Tidak hanya itu, Tim Pengendalian Inflasi Daerah juga akan melakukan gerakan Lumbung Pangan untuk memastikan distribusi kepada seluruh lapisan masyarakat di Bali dan mendorong digitalisasi pada Usaha Mikro, Kecil, Menengah atau UMKM dari pertanian.

Sebagai informasi tambahan, Cold storage adalah sebuah ruangan yang sudah dirancang khusus dalam kondisi suhu tertentu dan akan digunakan untuk menyimpan berbagai macam produk dengan tujuan untuk mempertahankan kesegarannya.

Biasanya penyimpanan bahan ini tujuannya untuk meningkatkan suhu pendinginan bahan baku fresh sebelum proses memasak. Selain itu cold storage berfungsi untuk menghindari kontaminasi dari bakteri, mempertahankan cita rasa.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version