Mediatani – Banyak yang masih heran, bagaimana bisa hasil panen padi bisa mencapai 11,6 ton per hektare?
Ya, pencapaian ini bukan lagi hal yang mustahil bagi Gapoktan di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang. Hal ini juga sudah menjadi sorotan banyak kalangan.
Yang membuatnya makin luar biasa adalah karena benih yang digunakan merupakan produk lokal dan kejadian ini masih merupakan fenomena langka.
Mohammad Asmui, Ketua Gapoktan Sugihwaras menjelaskan tips yang digunakannya dalam bertani kepada ratusan petani dari berbagai daerah.
“Sebelumnya banyak benih yang pernah kami tanam, tapi terakhir pilihan jatuh ke jenis KKJ01. Seperti umumnya penyiapan benih, kami mencari benih yang bernas dengan menggunakan garam, air, telur, dan pupuk Jitu17,” kata Asmui dalam paparannya.
Hal ini disampaikan Asmui melalui acara yang bertajuk Ngopi Bareng Petani; Cerita Sukses Budidaya Padi Varietas KKJ01 yang digelar secara virtual pada Hari Jumat, 13 Agustus 2021.
Asmui mengatakan, saat benih bernas sudah didapatkan, maka selanjutnya adalah langsung dilakukan proses tebar benih.
“Pada waktu tanam, umur benih adalah 12 hari,” ungkap Asmui.
Namun, sebelum proses tanam dilakukan, lahan terlebih dahulu disemprot menggunakan pupuk Jitu17. Bukan hanya itu, cairan di tangki semprot juga dicampur susu kental manis sebanyak dua sendok.
“Untuk pupuk kimia, 50 persen per hektare dari jumlah umumnya. Misal jika biasanya 300 kilo, untuk tanam ini kami gunakan separohnya,” tambah Asmui.
Dosis yang digunakan diantaranya adalah NPK 30-6-8 Kujang sebanyak 150 kilo per hektare, Urea/Nitrea Kujang 50 kilo per hektare, KCL Kujang, dan Pupuk Hayati Jitu17 sebanyak 6 kilo per hektare.
Sedangkan untuk penyemprotan pada tanaman padi yang telah tumbuh, pihaknya memakai pupuk Jitu17 sekali setiap pekan.
“Penyemprotan ini sampai umur 40 hari. Kebutuhan air untuk tanaman juga harus cukup,” jelasnya.
Inovasi yang dilakukan oleh Gapoktan Sugihwaras ini kemudian membuahkan hasil ketika masa panen tiba. Berdasar hasil ubinan, hasil gabah kering panen yang didapatkan per hektarenya mencapai 11,6 ton.
“Ubinan dilakukan menggunakan titik sampel dengan cara diukur 2,5 x 2,5 meter persegi. Dari ubinan didapat gabah rata-rata 7,26 kilo. Luas lahannya tiga hektare dengan pola tanam tegel 25×25,” jelas Asmui.
Penjelasan Ketua Gapoktan Sugihwaras terkait tips yang digunakannya dalam bertani ini tidak hanya didengarkan oleh petani dari berbagai daerah di Indonesia saja.
Pemaparan tersebut juga didengarkan oleh Direktur Pembiyaan Kementerian Pertanian RI Indah Megahwati, dan Direktur PT Suakabumi Indonesia (Pupuk Jitu17) Hendrik Suarli.
Selain itu, ada pula Agrosolution PT Pupuk Indonesia Mohamad Gani, penemu KKJ01 Abdul Wahab, dan juga pengembang KKJ01 Khusaini.
Kisah sukses yang dilakukan oleh Gapoktan Sugihwaras ini semoga dapat menjadi inspirasi bagi petani lainnya agar semakin banyak lagi petani yang mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil panennya.