Mediatani – Pernah tidak Kamu mendengar istilah bagai makan buah simalakama atau mabuk kepayang? Yap, kedua pepatah ini mungkin kerap terdengar di telinga Kita. Tetapi, apakah Anda pernah mencoba rasa dari buah tersebut? atau bahkan Kamu belum pernah melihat penampakan dari buah simalakama atau buah kepayang?
Sebenarnya seperti apa wujud dari beberapa buah bernama asing yang ada dalam pepatah? Yuk, mari Kita cari tahu bersama bagaimana bentuk dan ciri dari buah yang namanya sering disebut dalam peribahasa Indonesia. Dilansir dari merdeka.com, Berikut ini sedikit penjelasan singkatnya.
1. Buah Kepayang
Ada istilah yang biasa kita dengar “Mabuk kepayang merujuk pada orang yang jatuh cinta hingga berlaku seperti orang mabuk”. Rupanya istilah ini berasal dari buah kepahiang, yaitu sebutan lain dari keluak yang sering digunakan untuk campuran bumbu rawon.
Isi keluak ini memiliki kandungan asam sianida yang cukup tinggi. Bahkan di zaman dulu sering digunakan untuk mengolesi mata panah supaya menjadi beracun. Tetapi meskipun begitu, isi buah kepayang alias keluak juga bisa memberikan rasa yang lezat dan khas pada masakan.
Agar aman untuk dikonsumsi, terlebih dahulu keluak ini harus direndam air hangat. Sebab pada zaman dulu banyak orang yang mengalami mabuk atau pusing karena buah ini, sehingga muncullah istilah mabuk kepahiang.
2. Buah Simalakama
Bagai makan buah simalakama. Dimakan ibu mati, tak dimakan ayah yang mati. Pepatah ini menggambarkan tentang keadaan seseorang yang tengah berada di antara dua pilihan yang sulit. Sementara buah simalakama itu sendiri sebenarnya adalah mahkota dewa atau dalam bahasa latinnya Phaleria macrocarpa.
Mahkota dewa adalah buah yang cukup terkenal untuk pengobatan herbal. Diyakini buah ini sebagai antikanker, antiradang, antialergi, hingga mampu melunturkan racun di dalam tubuh.
Meskipun memiliki banyak khasiat, buah mahkota dewa inipun memiliki racun. Racun yang terkandung pada biji simalakama bisa menyebabkan mabuk. sariawan, hingga kejang ketika dikonsumsi. Mungkin dari sinilah asal mula lahirnya pepatah bagai makan buah simalakama berasal. Yang ketika dimakan bisa keracunan, tetapi disaat tidak disantap maka melayanglah khasiatnya.
3. Buah Pinang
Umur baru setahun jagung, darah baru setampuk pinang. Bagai pinang pulang ke tampuknya. Bermalam di bawah nyiur pinang orang, kata orang diturut. Lalu masih ada yang paling populer, bagai pinang dibelah dua. Memang benar, pinang ini memang termasuk dalam buah yang paling sering digunakan dalam peribahasa Indonesia. Lalu, kira-kira seperti apa bentuknya?
Pinang merupakan buah yang dihasilkan dari pohon Areca catechu, yang masih satu keluarga dengan palem-paleman. Buah ini mempunyai bentuk lonjong dan berwarna kekuningan. Sementara rasanya agak sepat. Pinang seringkali diguanakan sebagai bahan pelengkap untuk menyirih.
4. Buah Cempedak
Seorang makan cempedak, semua kena getahnya. Cempedak berbuah nangka. Kedua peribahasa ini memiliki kaitan dengan buah cempedak. Ini adalah tanaman buah yang berasal dari famili Moraceae.
Bentuk dan rasa buahnya memang mirip dengan buah nangka, tetapi tentu saja pada bagian dalamnya tampak berbeda. Ketika dibelah, buah cempedak ini tampak seperti durian yang berukuran kecil-kecil. Sementara buah nangka memiliki ukuran buah lebih besar dan dipisahkan oleh serabut-serabut putih yang bernama dami.
Tekstur daging dari buah cempedak ini juga lebih lembut daripada buah nangka. Tetapi untuk masalah aromanya, buah cempedak ini memiliki aroma yang jauh lebih tajam.