Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat Konsisten Kembangkan Populasi Sapi Lokal

  • Bagikan
ILUSTRASI. Ternak sapi/via kompas.com/IST

Mediatani – Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat hingga kini tetap konsisten dalam melakukan pengembangan sapi lokal, kendati pemerintah memasok daging sapi ke impor.

Seperti halnya di Pesisir Selatan, populasi sapi lokal di sana mencapai 86.000 ekor yang tersebar di sejumlah desa.

Daerah yang dijuluki Negeri Sejuta Pesona itu pula telah dikenal sebagai sentra sapi lokal di wilayah Sumatera Barat.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Pesisir Selatan, Efrianto, menjelaskan bahwa keberadaan sapi lokal yang dikenal dengan Sapi Pasisia itu akan terus dipertahankan.

Bahkan pihak Pemkab ditengarai terus-menerus berupaya agar populasi sapi terus bertambah dari waktu ke waktu.

“Alasan yang membuat kita tetap konsisten untuk melakukan pengembangan sapi lokal ini, dikarenakan sapi lokal pasisia tercatat sebagai salah satu dari lima jenis sapi asli Indonesia. Kami di Pemkab merasa hal ini perlu untuk lebih dibesarkan lagi,” kata dia yang dikutip Selasa (9/2/2021) dari situs berita Kumparan.com yang mengutip dari situs resmi Pemkab Pesisir Selatan, Minggu (7/2/2021).

Dirinya juga menyebutkan bahwa sapi lokal pasisia itu memiliki kekhasan dan keunggulan. Sehingga harus tetap terjaga kelestariannya, dengan begitu sapi lokal pasisia akan dapat terus bertambah populasinya.

Selama ini lanjut dia, sapi lokal pasisia banyak diminati oleh masyarakat untuk dikonsumsi. Itu berarti penjual daging sapi segar di Sumbar ini dipasok dari daerah Pesisir Selatan.

Terlebih pada momen hari raya Idul Adha, sapi lokal pasisia menjadi salah satu incaran banyak orang untuk dijadikan sebagai sapi kurban. Semua itu, sambung Efrianto, ada alasannya.

“Sapi lokal pasisia itu ialah sapi yang sehat. Penggemukan juga dilakukan secara alami, sehingga sapinya berkembang dan tumbuh sehat. Nah, kondisi sapi seperti ini membuat sapi lokal pasisia perlu untuk dikembangkan,” ujar dia.

Maka dari itu, Efrianto menyatakan sebagai daerah pemasok daging sapi di Sumbar, sapi lokal pasisia pula mempunyai ciri khasnya tersendiri, terutama pada jenis sapinya.

Sehingga, keberadaan sapi lokal yang ada di Pesisir Selatan tidak boleh punah.

Untuk mewujudkan agar harapan itu tercapai, upaya yang dilakukan saat ini ialah melalui pengembangan kawasan khusus plasmanuthfa sapi pasisia.

Melalui upaya itu, populasi sapi asli pasisia masih bisa bertahan sebesar 65 persen dari 86,000 ekor total jumlah sapi yang ada kini.

“Dengan adanya populasi sapi lokal yang cukup besar, kita pula memiliki satu unit pasar ternak, yakni berada di Nagari Lakitan Timur Kecamatan Lengayang. Keberadaan pasar ternak itu bakal menjadi jaminan untuk masyarakat di Pesisir Selatan untuk memasarkan ternaknya agar sesuai dengan harga pasar,” sebut dia.

Di berita yang lain, Gubernur Sulawesi Selatan, HM Nurdin  Abdullah bersama Direktur Utama PT Sulsel Citra Indonesia (Perseroda), Taufik Fachruddin bertemu dengan Owner PT Widodo Makmur Unggas, Tumiyono, di Jakarta.

Dalam pertemuan itu, Perseroda Sulsel dengan PT Widodo Makmur Unggas telah sepakat untuk melakukan pengembangan peternakan sapi, peternakan ayam, penanaman jagung dan olahan lainnya di Sulsel.

Dirut Perseroda Sulsel Taufik Fachruddin menuturkan bahwa adapun lokasi pengembangan kawasan peternakan itu akan dipusatkan di Seko, Luwu Utara.

“Jadi kerjasama ini nantinya akan berisifat terintegrasi peternakan sapi, peternakan ayam, penanaman jagung, dan produksi olahan,” kata Taufik Fachruddin, Sabtu (6/2) dikutip Senin (8/2/2021) dari situs berita Tribun-timur.com.

Untuk percepatan program, Pemprov Sulsel sendiri bakal menyelesaikan infrastruktur menuju lahan kawasan peternakan tersebut.

“Keinginan pak Gubernur untuk menjadikan Sulsel sebagai salah satu lumbung daging di Indonesia. Kami akan memulai tahun ini persiapan pembangunan Infrastruktur dan kesiapan awal lain,” kata dia.

Sementara itu, untuk pengelolaan peternakan sapi sendiri, PT. Perseroda Sulsel bersama Pemprov Sulsel menyediakan lahan dengan luas sekitar 5.000 hektar dan difokuskan di Seko.

“Terkhusus legal standing terkait 5.000 ha lahan, yang akan kami jadikan sebagai tempat dalam pengembangan (Peternakan sapi). Seko dipilih oleh bapak Gubernur sebagai tempat untuk pengembangan rencana itu,” katanya via rilis yang dikutip Senin (8/2/2021) dari situs yang sama.

Taufik membeberkan bahwa dalam pelaksaan industri ternak itu, tercatat ada sekitar 7 Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lingkup Pemprov Sulsel yang akan terlibat.

“Diperkirakan sekitar ada 7 atau 8 OPD lain yang akan terlibat langsung dalam pengembangan rencana menjadikan Sulsel sebagai salah satu lumbung daging Indonesia,” kata dia. (*)

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version