Ketua Gerbang Tani Kalbar: Harga Jual Ayam Turun, Harga Pakan Naik Jadinya Rugi

  • Bagikan
Ilustrasi. Seorang peternak memberi makan ternaknya/IST/Via

Mediatani – Kenaikan harga pakan ternak yang dikeluhkan peternak beberapa kali belakangan ini semakin meresahkan para peternak. Hal itu juga mengingat karena harga jual daging ayam maupun ikan budidaya cenderung stagnan di tengah pandemi covid yang menurunkan daya beli masyarakat.

“Pakan ini komponen utama dalam peternakan dan menyerap biaya yang besar, kenaikan harga tentu akan sangat meresahkan,” kata Heri Mustari, Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Gerakan Kebangkitan Petani dan Nelayan Indonesia (Gerbang Tani) Kalimantan Barat, Rabu 24 Maret 2021, yang dilansir meditani.co, Jumat (26/3/2021) dari laman pontianak.tribunnews.com.

Menurut Heri, dalam dua bulan terakhir ini ada informasi kenaikan pakan yang cukup signifikan, padahal di sisi lain pandemi juga sangat berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat.

“Permintaan menurun, harga jual turun, eh harga pakannya naik, yang ada malah rugi,” ujar dia.

Along, begitu dia biasa disapa, juga menuturkan bahan baku untuk pengolahan pakan ini sebagian besar adalah impor. “Bisa sampai 75 persen komponen penyusun pakan itu impor,” tuturnya, lagi.

Padahal kata dia, Indonesia negeri yang kaya, tapi belum nampak riset dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pakan dari dari dalam negeri. Dirinya pun mendorong pemerintah mengupayakan subtitusi pakan ternak.

“Pemerintah ayo dong, masa sih kita tak punya barang substitusi bungkil kedelai atau tepung tulang yang selama ini impor. Kita harus yakin mampu memenuhi kebutuhan bahan pakan itu dari dalam negeri,” ucapnya, seraya mengajak.

Menurutnya, banyak bahan-bahan alami untuk pakan ternak yang bisa diperoleh dari dalam negeri, tinggal riset dan cara pengolahannya. Selain bermanfaat untuk jangka panjang, pakan ternak juga tidak perlu lagi tergantung impor.

“Kita punya potensi sampah untuk ternak ulat BSF, bungkil sawit, bungkil kelapa dan bahan kaya protein lainnya, bahkan dengan luas laut yg ada, kita bisa produksi tepung ikan,” ucapnya.

Masih dilansir dari sumber yang sama, hal senada pula disampaikan Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Gerbang Tani, Idham Arsyad di Jakarta.

Menurut dia kenaikan tersebut menyebabkan banyak peternak frustasi, dan bahkan ada yang nekad membuang telur-telur tersebut karena harga jual yang lebih rendah disbanding harga produksi.

“Kenaikan harga pakan tersebut sangat didominasi oleh kenaikan bahan baku pakan yang 75% nya adalah impor,” ujar dia.

Sementara itu, lanjutnya, perusahaan pengimpor bahan baku impor tersebut hanyalah beberapa saja. “Tercatat ada empat besar pengimpor bahan baku yang menguasi pasokan bahan baku pakan impor,” ucapnya.

Menurut dia, keputusan sepihak pabrik pakan menaikkan harga pakan ternak sangat disayangkan. Hal itu pun menyebabkan kerugian ganda.

“Kerugian bagi peternak dan juga kerugian bagi upaya pemenuhan gizi yang baik untuk menghilangkan stunting.” Jelas Idham.

Keputusan menaikkan harga pakan ini, kata dia, juga bertentangan dengan keputusan Kemendag dan Kemenkeu. Peraturan Menteri Keuangan RI NOMOR 142jPMK.010/2017 tentang perubahan kedua atas peraturan menteri keuangan nomor 267/PMK.010/2015 Tentang Kriteria Dan/Atau Rincian Ternak, Bahan Pakan Untuk Pembuatan Pakan Ternak Dan Pakan Ikan Yang Atas Impor Dan/Atau Penyerahannya Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.

“Telah jelas mengecualikan bahan bahan tertentu dari pajak. Selain itu, juga telah ada Edaran dari Dirjen Perdagangan Dalam Negeri yang memerintahkan pelarangan menaikkan pakan, papar Idham melalui rilisnya.

Jika kemudian muncul dugaan kartel, Idham meminta KPPU untuk menyelidiki potensi kartel dalam industri pakan peternakan. “Dan kami sepenuhnya menolak keputusan para pabrik menaikkan harga pakan ternak karena menyebabkan kerugian para peternak,” pungkasnya. (*)

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version