Mediatani – Maraknya kecelakaan lalu lintas karena ulah ternak sapi yang berkeliaraan di jalanan di daerah Aceh Jaya dan Aceh Barat, membuat Anggota DPR Aceh Tarmizi SP meminta kepada pemerintah daerah agar tegas terhadap pemilik ternak. Para pemilik ternak dinilainya lalai karena melepaskan ternaknya di tempat umum sehingga mengundang kecelakaan dan korban jiwa.
Dia menuturkan, saking banyaknya, jumlah kecelakaan dan korban jiwa, sudah tidak bisa dhitung lagi berapa banyaknya.
“Kecelakaan hingga terjadi korban jiwa karena ternak yang sengaja dilepaskan di tempat umum atau jalanan lalu berkeliaran di jalan raya sudah tidak terhitung lagi saat ini. Maka dari itu kita meminta pemerintah daerah tegas dalam penertiban terhadap pemiliknya,” kata Anggota DPR Aceh Tarmizi SP kepada Serambinews.com, Jumat (15/1/2021), yang dikutip Sabtu, (16/1/2021).
Kejadian-kejadian kecelakaan sudah sangat meresahkan. Angka kecelakaan di dua Kabupaten itu pun sudah terlalu banyak. Korban pun berjatuhan setelah menabrak sapi-sapi yang berkeliaran di jalan raya lintas Meulaboh-Banda Aceh.
Dia juga memberikan contoh, seperti peristiwa naas yang terjadi di jalan Nasional lintas Meulaboh-Calang di Desa Suak Geudeubang, Kecamatan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat. Kecelakaan tragis di situ menyebabkan seorang pemuda dari Arongan Lambalek meninggal dunia seketika menabrak lembu pada Jumat (15/1/2021). Hal yang sebetulnya bisa dicegah namun begitu disayangkan bisa terjadi.
“Lebih berharga nyawa manusia daripada sapi, mengapa jalan raya jadi lapangan penggembalaan. Jika pemerintah tegas, maka pemilik ternak tidak akan berani melepaskan ternak di jalan raya,” ucapnya mempertanyakan.
Selain mengundang laka lantas, banyaknya sapi dan ternak yang berkeliaran di jalan raya, tentu juga membuat malu pemerintah daerah terhadap tamu yang datang. Para wisatawan dan tamu daerah lain tentu tidak nyaman dengan kondisi itu.
Lebih lanjut dia menyebut seakan-akan kecelakaan hingga merenggut nyawa orang sudah menjadi hal biasa.
Lebih dari itu, pihaknya berharap agar keselamatan dan nyawa manusia tentunya yang lebih berharga dari sapi-sapi itu.
Tidak samapi di situ, dia menambahkan, melepaskan hewan ternak ke tempat umum tidak jarang memicu terjadinya perkelahian dan pembacokan antara pemilik ternak dan pemilik kebun.
Pemilik kebun geram karena melihat tanamannya dimakan ternak. Hal itu membuat pemilik bisa melukai ternak dengan senjata tajam, sehingga hal itu membuat pemilik ternak tidak terima. Lalu terjadilah perkelahian hingga dari satu menelan korban jiwa.
“Saya berharap pemerintah daerah benar-benar tegas, ada sanksi yang jelas bagi pemilik ternak yang melanggar.
Dirinya sangat berharap agar kejadian-kejadian tidak terulang. Jangan sampai merenggut korban jiwa lagi kedepannya.
“Maka 2021 mari fokus melindungi rakyat, hidup nyaman dan aman dari binatang dan penyakit,” harap Tarmizi.
Sementara itu, peristiwa lain, yakni Harimau Sumatera yang memangsa ternak warga juga terjadidi Toba Samosir. Sebagaimana dilansir dari Kompas.com, Jumat (15/1/2021), kemarin, tidak hanya perisitiwa lembu yang menjadi mangsa Harimau Sumatera di Langkat Sumatera Utara, kali ini Harimau dengan nama latin (Panthera tigris sumatrae) menyerang ternak babi dan memangsa ternak kambing warga Dusun Sigalapang, Desa Meranti Timur, Kecamatan Pintu Pohan Meranti, Toba Samosir pada Rabu, (13/1/2021) malam.
Kepala Dusun Sigalapang Sinaga, dari sumber yang sama, mengutarakan awalnya, dia mendengar keributan dan adanya suara ribut di kandang babinya.
Ketika melihat ke belakang, sontak dirinya terkejut karena melihat ada hewan lain dengan kulit loreng hitam dan coklat kekuningan di dalam kandang babi.
“Namanya kandang di belakang rumah kan, gelap. Jadi dengan senter HP itu lah saya lihat harimau itu di kandang. Kemudian dari jarak 3 meter saya bentak dia tiga kali, baru harimau itu melompat keluar dari kandang. Saya waktu itu tidak ada rasa takut, jadi saya bentak dia lah waktu itu,” katanya.
Hal mengejutkan kedua kalinya, yakni saat keesokan harinya, Kamis, (14/1/2021), Sinaga tak mengira karena melihat kambing milik adik iparnya mati dengan keadaan bagian belakang tubuhnya habis.
Memang, dijelaskannya, pada Rabu malam itu kambing itu tak dikandangkan seperti halnya kambing-kambing lainnya.
“Itu kambing kan masih baru. Jadi masih agak liar. Biasanya dia kaluar dan masuk kandang sendiri. Nah, malam itu kan ujan deras, jadi tidak terkontrol. Kami kira sudah masuk ke dalam kandang,” katanya. (*)