Minyak Goreng Inovasi BRIN Ini Gunakan Kelapa dan Ragi Tempe

  • Bagikan
Minyak kelapa

Mediatani – Minyak goreng yang sering digunakan masyarakat untuk memasak adalah minyak yang berasal dari kelapa sawit. Namun selain kelapa sawit, ada minyak nabati lain yang juga biasa digunakan, seperti minyak kelapa.

Kelapa merupakan buah tropis yang dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Meskipun satu family dengan kelapa sawit, namun kelapa adalah species (jenis) yang berbeda. Kandungan protein minyak kelapa memiliki rantai pendek dan sedang, sedangkan minyak dari kelapa sawit mengandung protein rantai panjang.

Plt. Deputi Fasilitasi Riset dan Inovasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Agus Haryono menjelaskan bahwa ada banyak kegiatan penelitian yang dilakukan BRIN terkait alternatif minyak kelapa.

Dikatakannya, sejak zaman dahulu minyak kelapa sudah digunakan sebagai sumber utama minyak goreng. Proses pembuatannya juga lebih mudah, BRIN membuat virgin coconut oil (VCO) dengan menambahkan ragi tempe, sehingga proses fermentasinya terjadi secara alami.

“Selain VCO, proses tersebut juga menghasilkan minyak goreng,” tambah Agus.

Peneliti Pusat Riset Kimia Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Teuku Beuna Bardant mengatakan bahwa pihaknya membuat minyak kelapa dengan bantuan ragi tempe di Puspiptek, Kamis (3/2).

Metode yang diterapkannya itu menghasilkan minyak goreng dan VCO yang baik untuk dikonsumsi dan menyehatkan, dimana dapat meningkatkan metabolisme dan daya tahan tubuh.

Beuna menjelaskan prinsip pemnuatan minyak kelapa dengan ragi tempe ini adalah dengan cara basah, yaitu terlebih dahulu melalui proses santan. Dimulai dengan memarut daging buah kelapa, diolah menjadi santan, kemdian ditambahkan ragi tempe.

Di dalam santan yang dihasilkan terdapat minyak dengan air. Meski pada dasarnya kedua bahan tersebut tidak bisa bercampur, namun karena protein yang terkandung di dalam santan membuat keduanya bisa bercampur. Jika proteinnya dirusak, maka minyak dan air tersebut bisa terpisah dengan sendirinya.

“Penambahan ragi tempe pada santan akan membuat protein kelapa dimakan oleh ragi. Saat jumlah proteinnya berkurang, fungsinya untuk menjaga kestabilan campuran minyak dan air menurun, maka tidak ada lagi yang memegang molekul minyak dan air. Sehingga keduanya akan terpisah dengan sendirinya,” jelasnya.

Selanjutnya, tambah Agus, minyak dipanaskan pada suhu 700C agar ragi dan sporanya yang ikut terbawa dalam minyak dapat dimatikan. Proses pemanasan dilakukan dua sampai tiga kali atau biasa disebut proses pasteurisasi.

“Itu yang kami lakukan selama proses fermentasi dengan ragi tempe,” tambahnya.

Karena mengandung protein dengan rantai pendek dan rantai sedang, minyak ini menjadi lebih mudah dicerna oleh tubuh. Ketika masuk ke dalam tubuh, minyak ini cenderung untuk digunakan daripada disimpan di bawah jaringan kulit manusia.

Beuna juga mengatakan, dampak mengkonsumsi minyak kelapa bisa membuat tubuh menjadi tidak lebih cepat gemuk, dibandingkan jika mengkonsumsi minyak sawit.

Dirinya berharap minyak kelapa bisa digunakan sebagai pangan, sedangkan minyak kelapa sawit digunakan untuk bahan baku energi.

“Jadi masyarakat tidak terlalu bergantung dengan minyak sawit, sehingga minyak kelapa juga bisa digunakan sebagai minyak goreng,” tandasnya.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version