Mediatani – Tercatat sebanyak kurang lebih 81 ribu ekor bibit ikan nila telah dilepas di sawah yang luasnya empat puluh are. Kegiatan yang berlangsung pada Rabu (7/7/2021) ini dilakukan oleh Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Mina Purna Karya, Desa Subuk, Kecamatan Busungbiu, Buleleng.
Dilansir dari nusabali.com, Bibit ikan nila yang dilepas disawah ini nantinya akan dibudidayakan. Budidaya ikan nila di lahan sawah ini kita kenal sebagai sistem mina padi. Program ini dilakukan untuk memberikan nilai tambah kepada para petani dari hasil budidaya ikan air tawarnya.
Terkait hal ini, Gede Putra Aryana selaku Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Buleleng saat dihubungi pada Rabu (7/7) menjelaskan bahwa program mina padi sebenarnya telah dikembangkan di sejumlah subak di Buleleng. Bahkan sudah ada yang sedang berjalan dan tengah menunggu masa panen. Lebih tepatnya adalah subak di daerah Desa Panji, Kecamatan Sukasada Buleleng.
Sekadar informasi tambahan, Dikutip dari Pertanian.go.id, Mina Padi adalah usaha budidaya ikan di sawah yang dilakukan secara bersamaan dengan tanaman padi pada suatu areal yang sama. Seperti halnya peribahasa “sambil menyelam minum air”, dimana usaha padi lancar, pun budidaya ikan juga lancar. Sehingga berdampak pada pendapatan yang diperoleh pun bisa berlipat ganda.
Dalam program mina padi ini, diyakini proses panen ikan bisa dilakukan dengan cepat sebelum masuk masa panen padi.
“Sistem mina padi ini akan terus kami kembangkan di sejumlah subak, hal ini tentu saja untuk memberikan nilai tambah dalam pengelolaan lahan pertanian di Buleleng supaya lebih optimal. Kita harap dalam sekali panen, para petani tidak hanya menghasilkan beras tetapi bisa juga panen ikan nila,” jelas Aryana.
Lebih lanjut, menurut Aryana, subak-subak yang sementara ini dituju untuk program mina padi adalah subak yang mempunyai suplai air irigasi yang melimpah. Salah satunya seperti Desa Subuk yang dikenal sebagai desa penghasil beras organik. Hal inilah yang dinilai sangat potensial untuk mengembangkan sistem mina padi.
Menurut Aryana, Mina padi secara alami dapat membantu para petani dalam pemeliharaan tanaman padinya. Ikan yang dibudidayakan secara alami akan memakan organisme yang dinilai sebagai hama, contohnya seperti keong. Sehingga hal ini dinilai lebih efektif dan efesien dari segi pemeliharaan tanaman.
Kotoran ikan yang telah melekat alami di lahan sawah para petani yang menerapkan sistem mina padi juga bisa dijadikan sebagai pupuk organik untuk tanaman padi.
“Selain untuk menambah penghasilan para petani, proyeksi jangka panjangnya, sistem mina padi ini juga akan kita kemas menjadi salah satu agrowisata. Sehingga nanti bisa dikembangkan kelompok dengan penataan kawasan seperti membangun warung makan di pinggir sawah, yang bahan baku makanannya langsung dari lahan pertanian mereka,” harapnya.
Namun dalam menerapkan sistem mina padi ini, para petani diminta lebih waspada. Pasalnya, ternyata banyak sistem mina padi yang gagal karena ikan yang ada di sawah tersebut dicuri oleh orang lain. Selain itu ada pula masalah yang ditimbulkan dari serangan hama. Hama-hama yang muncul di antara lain burung pemangsa dan musang air yang biasanya menyerang ikan, maupun tikus untuk padi.
Dalam mengatasi hal tersebut, para petani harus lebih kompak dalam menjaga sawah mina padi mereka. Untuk mengatasi hama, biasanya bisa dengan memanfaatkan jaring keliling yang dipasang mengitari sawah mina padi. Sementara itu, untuk melindungi ikan dari burung, para petani bisa menggunakan jaring atas.