Harga Singkong di Mesuji Anjlok Hingga Rp 800 Per Kilo

  • Bagikan
Ilustrasi: Kebun Singkong

Mediatani – Salah satu komoditas di Kabupaten Mesuji, singkong (ubi kayu) mengalami penurunan harga yang sangat drastis yaitu mencapai Rp 800,00 per kilogram. Anjloknya harga singkong tersebut membuat para petani risau karena terancam merugi di musim panen ini.

Rianto, seorang petani singkong warga Brabasan, Kecamatan Tanjungraya, Rianto, berharap agar pemerintah memberi perlindungan harga singkong hingga petani tidak merugi. Pasalnya, selama satu bulan terakhir, harga singkong terus mengalami penurunan.

Di sisi lain, pengelola lapak singkong setempat, Joko Suyitno mengaku harga singkong dilapaknya itu ditetapkan berdasarkan harga pasar.

“Alasan lapak-lapak ya karena harga di pabrik juga turun,” Ucap Joko, dilansir dari haluanlampung, Rabu, (21/10/2020).

“Kalau lagi naik, ya kita dapat harga bagus, permintaan banyak. Kalau lagi sekarang ini, ya memang lagi turun (harga), sedangkan pasokan singkong meningkat, jadi harga turun,” katanya.

Agar tidak dirugikan dengan kondisi tersebut, para petani memutuskan untuk menahan sementara penjualan singkongnya dengan membiarkan singkong mereka tidak dipanen.

“Saya tahan. Sampai sekarang belum cabut singkong. Tunggu harga kalau-kalau naik, satu dua bulan inilah sampai Desember. Mudah-mudahan naik harganya,” timpal Sunaryo, pemilik kebun singkong di Simpang pematang

Pemkab Mesuji, melalui kepala bagian ekonomi dan pembangunan sekretriat daerah kabupaten Mesuji Arif Arianto juga tergugah atas turunnya harga komoditas ubi kayu (singkong). Arif menegaskan bahwa pihaknya akan memanggil perusahaan dan pemilik lapak singkong yang ada di kabupaten Mesuji.

“Kita akan duduk bersama, kita mau tahu kondisi singkong kenapa sampai saat ini turun terus, ” jelasnya.

Arif melanjutkan, bahwa harga singkong yang anjlok juga membuat petani menjerit. Mereka mempertanyakan penyebab dan langkah yang harus diambil untuk memulihkan kembali harga seperti semula, yakni Rp1.400 sampai Rp1.500/kg.

“Paling tidak kita bisa menjawab pertanyaan petani, sekaligus mencari solusi bersama agar petani tidak terus menerus dirugikan dengan turunnya harga ini,” ujarnya.

Namun, Arif belum dapat memastikan kapan pihak perusahaan tapioka dan lapak singkong tersebut akan dipanggil. Ia hanya menjelaskan dalam waktu dekat ini.

“Bagaimana caranya kita minta perusahaan yang produksi tepung tapioka bisa memberi harga yang tidak terlalu rendah kepada petani dengan harga yang wajar, yang tidak merugiakan petani. Meski kita juga harus menyadari banyak faktor yang menyebabkan harga turun. Mulai dari supplay and demand yang juga menjadi pertimbangan,” tambahnya.

Dikatakan juga olehnya, bahwa pemda Mesuji, ingin mengedukasi petani agar kualitas singkong tetap terjaga dan bisa mendongkrak harga jual. Menurutnya, untuk jenis singkong tertentu, akan direkomendasi untuk tepung tapioka atau bukan.

“Juga perlakuan panen, yakni ubi kayu atau singkong harus bersih, tidak bercampur tanah dan batang atau bonggol dipotong bersih. Nah, kalau sudah bagus hasil panennya kita bisa komplain ke lapak atau pabrik yang menimbang singkong,” paparnya.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version