Petani Oekopa Kritik Pendampingan Pembuatan Ekoenzim

ilustrasi: larutan ecoenzyme
ilustrasi: larutan ecoenzyme

Mediatani | Petani di Kelompok Sinar Neofsusu, Desa Oekopa, Kecamatan Biboki Tanpah, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengeluhkan bimbingan pembuatan Ekoenzim yang diberikan oleh Dinas Pertanian TTU kurang optimal.

Ekoenzim dianggap hanya sebagai teori oleh Dinas Pertanian TTU, karena pendampingan hanya dilakukan sekali di Kelompok Tani Sinar Neofsusu, Desa Oekopa, setelah itu menghilang tanpa jejak.

Karena tidak adanya pendampingan dalam pembuatan ekoenzim yang optimal dari Dinas Pertanian Kabupaten TTU, yang semakin memburuk akibat keterbatasan pasokan air karena curah hujan yang tidak stabil, para petani di Desa Oekopa menghadapi risiko tidak mendapatkan hasil panen maksimal pada musim tanam ke 2 (MT 2) tahun 2025.

“Pendampingan yang diberikan oleh Dinas Pertanian hanya sekali. Mereka hanya datang untuk melakukan pemantauan dan dokumentasi pada masa tanam awal, lalu menghilang hingga saat ini,” kata Frans Ngongo, Sekretaris Kelompok Tani Neofsusu, saat diwawancarai oleh wartawan di lokasi persawahan miliknya di Desa Oekopa, Senin 4 Agustus 2025.

Frans mengakui, para petani terpaksa berjuang sendiri dengan sumber daya yang terbatas agar dapat melindungi tanaman padi mereka yang saat ini sudah mulai berisi dan sebagian telah mulai menunjukkan tanda-tanda bunga.

Menurutnya, hambatan utama yang dialami oleh para petani di Desa Oekopa pada MT 2 saat ini adalah ketersediaan pupuk yang tidak cukup dan debit air yang semakin menurun.

Ini, lanjut Frans, tidak pernah diawasi oleh Dinas Pertanian TTU yang sebelumnya telah berjanji memberikan ekoenzim kepada para petani.

“Kami memang menyesal dengan Dinas Pertanian yang disebut sedang giat mengembangkan ekoenzim untuk menghasilkan padi organik, tetapi hingga kini belum ada pendampingan dalam pembuatan ekoenzim tersebut. Kami terpaksa membeli pupuk cair agar padi kami bisa bertahan, sehingga saat ini masih bisa tumbuh,” ujar Frans.

Diketahui, situasi di lahan seluas 82 are yang dimiliki para petani di Desa Oekopa berpotensi mengalami kegagalan panen.

Tumbuhan padi di lahan tersebut sebagian besar sudah berisi, beberapa bahkan mulai menghasilkan bulir namun terkena serangan hama.

Petani mengakui hasil panen MT 2 pasti tidak sebaik MT 1 dan keadaan ini dapat menyebabkan kerugian bagi mereka.

Salurkan Donasi

Exit mobile version