Mediatani – Myron Martin adalah seorang peternak sapi perah di negara bagian Maryland, Amerika Serikat. Lahan peternakan tersebut dibeli ayahnya saat Myron berusia 5 tahun.
Ia dan ayahnya mulai menjadi mitra kerja saat dirinya berusia 18 tahun. Saat itu juga, sang ayah memberinya lima ekor sapi untuk memulai usaha ternak.
Saat peralihan tahun 1966 ke 1967, keduanya memilih untuk pindah ke Negara Bagian Maryland AS pada musim dingin, dimana daerah tersebut merupakan daerah pedusunan.
Di lahan pertanian yang seluas 48 hektar itu, Myron bersama keluarganya berusaha untuk menggunakan segala sumber daya semaksimal mungkin.
Saat ini sudah ada sekitar 70 hingga 80 ekor sapi dewasa yang digembalakan di lahan pertanian miliknya. Mereka kemudian memerah sapi tersebut dan juga membesarkan anak sapi (pedet) hingga berusia lima bulan.
Terbesit di benak Myron untuk menerapkan peternakan organik. Myron percaya bahwa hubungan antara sapi peliharaanya dan lahan rumput merupakan hal yang telah diatur Tuhan, dimana rumput dan sapi memiliki hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.
Ketika Myron beternak sapi secara konvensional, makanan berupa gandum yang diberikan kepada seekor sapi bisa mencapai 9 kg. Pakan tersebut harus dihitung perbandingannya agar dapat memproduksi susu sebanyak yang diperlukan.
Namun, komposisi pakan yang sudah ditentukan itu ternyata merubah komponen pada susu yang mereka hasilkan. Saat ini, kadar lemak buruk Omega 6 sapi-sapi itu naik, dan dapat naik dari 1 ke 10. Berbeda jika dibiarkan dan diberi makan banyak gandum maka kenaikannya lemak buruk itu bisa naik dari 1 ke 20.
Menurut Myron, beternak dan bertani secara regeneratif lebih menguntungkan. Sama seperti bisnis lain, mereka harus memperhatikan pemasukan. Namun, karena beternak regeneratif tidak harus mengolah tanah lahan yang digunakan, kini ia tidak harus mengeluarkan uang lagi untuk perawatan lahan.
Myron tidak harus menyemprot hama, tidak harus mengeluarkan uang untuk obat-obatan, dan tidak harus memberinya pupuk.
Mereka dapat menjual sapi kapan saja, baik itu sapi perah maupun sapi potong untuk dimakan. Mereka menjual sapi-sapi ternak sekaligus memeliara dan membesarkan anak sapi yang menjadi penggantinya setiap tahun.
Myron berusaha untuk bisa memaksimalkan pendapatan dari lahan tanah yang dimiliki keluarganya dengan memasarkan hasil produksinya secara langsung. Meski hanya puluhan populasi saja, namun ia merasa bahwa usahanya tetap dapat menghasilkan keuntungan bagi keluarganya.
Dikutip dari VOAIndonesia, Senin (22/8), Myron mengatakan bahwa bertani dan beternak bukanlah suatu pekerjaan, melainkan sebuah gaya hidup untuk menemukan ketenangan hati melalui cara menggabungkan rasa cinta dan hormatnya terhadap Bumi dengan pemahamannya atas ilmu pengetahuan.
Saat ia mengulas balik hidupnya, Myron merasa senang dapat menjalin hubungan dengan mahluk ciptaan Tuhan. Beternak adalah proses mendekatkan dirinya dengan Tuhan Maha Pencipta.
Manfaat Peternakan Regeneratif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beternak secara regeneratif memiliki dampak yang baik bagi lingkungan. Ternak yang memakan rumput memiliki nilai gizi daging yang lebih tinggi daripada pemberian pakan secara konvensional.
Selain mendapat nilai gizi yang tinggi, sapi yang dibiarkan merumput dengan bebas akan membantu memperbaiki struktur tanah.
Studi menunjukan bahwa peternakan regeneratif membantu menurunkan emisi karbon dengan menarik lebih banyak karbon ke dalam tanah daripada metana yang dihasilkan ternak itu sendiri. Dengan kata lain, ternak yang dibudidayakan secara regeneratif membantu melawan pemanasan global.
Praktik regenerasi sebenarnya sudah menjadi hal yang biasa sebelum penjajahan. Ini adalah pelajaran sejarah yang diajarkan oleh rekan pendiri Healing Gardens, Abhi Arora, dan Rishi Kumar.
Praktik pertanian regeneratif adalah intrinsik dari praktik pertanian yang memprioritaskan hubungan dengan tanah hewan dan manusia. Praktik pertanian regeneratif adalah hal yang telah dilakukan orang di seluruh dunia selama ribuan tahun.
Bagi banyak peternak di Amerika, beternak secara regeneratif adalah cara yang harus dilakukan agar mereka tidak melangkah lebih jauh untuk mendapatkan label sertifikasi.