Peternak Milenial di Lamongan Berhasil Ternak Kambing Etawa, Begini Kisahnya

  • Bagikan
Ilustrasi. Kambing/IST

Mediatani – Muda dan berdaya ialah pantas disematkan pada seorang milenial di Lamongan yang memulai usaha peternakan kambing etawa dengan bekal 4 kambing.

Peternak muda Lamongan ini ialah Kafa Thontowi.  Berasal dari Desa Sumurgayam, Kecamatan Paciran. Ia mulai usahanya pada 2017, lalu.

Kini peternakan kambing miliknya mulai berkembang. Kafa tidak hanya beternak kambing, tapi juga Sapi. Kambingnya ia pasarkan melalui media sosial.

“Dulu modal awal saya 4 ekor kambing pada 2017 lalu, Mas,” kata Kafa mengawali perbincangan dengan wartawan, Selasa (25/5/2021), melansir laman Detik.com.

Dibantu oleh ayahnya, sewaktu itu Kafa mencoba beternak kambing etawa bukan dengan pola makan tradisional. Tapi, Kafa memberi makan kambing ternaknya dengan pakan fermentasi.

Dari 4 ekor kambing etawa itu, peternakan Kafa pun berkembang menjadi puluhan ekor kambing dan juga sapi.

“Berbekal pemberian pakan dengan pola fermentasi inilah akhirnya bisa seperti saat ini,” ujar dia.

Milenial identik dengan internet. Begitu pula yang dilakukan oleh Kafa untuk memasarkan kambing etawanya.

Kafa memanfaatkan teknologi sebagai ajang atau alat untuk memperkenalkan kambing-kambing hasil ternaknya ke pembeli.

Hasilnya, peternakannya ini pun ia pasarkan melalui media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter dan media-media daring lainnya.

“Untuk penjualan saya menerapkan pola penjualan dengan sistem digital melalui media sosial. Seperti Facebook, Instagram dan grup-grup jual beli ternak lainnya,” terang dia.

Di media sosial, Kafa mengunggah foto-foto hewan ternaknya lengkap beserta harganya. Melalui foto yang sudah diunggah tersebut, pembeli yang tertarik bisa langsung menghubungi Kafa untuk melanjutkan transaksi jual beli.

Harga kambing etawa milik Kafa juga terbilang terjangkau untuk semua kalangan, yakni antara Rp1,5 juta hingga Rp2 juta untuk kambing anakan dan Rp 4,5 juta hingga Rp5 juta untuk usia dewasa.

Namun, harga-harga itu juga bergantung berat dari kambing yang ia jual. “Penjualan melalui media sosial ini lebih dikenal dan lebih mudah untuk berlanjut ke transaksi,” imbuhnya.

Kini, Kafa telah bisa meraup cuan dari modal awalnya yang hanya 4 ekor kambing.

Pembeli hewan ternaknya juga tidak hanya dari Lamongan saja. Kafa bahkan sudah mengirimkan kambing etawa ke tempat-tempat lain. Seperti Jawa Tengah dan Jawa Barat.

“Melalui media sosial, pembeli yang tertarik dengan unggahan saya di media sosial kemudian bisa datang untuk melihat langsung hewan ternaknya bertransaksi,” pungkas Kafa.

Peluang Bisnis Kambing dan Domba di Tengah Pandemi

Kesan sebagian orang terhadap domba dan kambing adalah hewan yang memiliki tingkat kebauan tinggi atau aroma limbah ternak ini yang khas. Maka tidak heran kalau sebagian dari mereka menghindari bau domba dan kambing.

Tapi, di sisi lain, selain memiliki bau dari segi fisik, domba dan kambing ternyata sangat ‘harum’ dari segi bisnis. Harum dalam arti memiliki potensi bisnis yang besar.

Hal ini diakui seorang peternak domba dan kambing muda asal Bogor, Mahir Alwi.

Mengutip dari situs Bisnis.com, Alwi mengatakan, bisnis domba dan kambing membuatnya menjadi seorang pengusaha sukses dan dikenal sebagai juragan kambing di Indonesia.

Padahal, awal ia terjun di bisnis domba dan kambing ini hanya bermodalkan Rp200 ribu.

Saat masih duduk di bangku sekolah SMP di Pasuruan, Jawa Timur, pria kelahiran 1980-an ini mulai berjualan daging dari rumah ke rumah.

Alwi berbelanja kambing di pasar dan memotongnya untuk dijual eceran. Perlahan, ia mengajak seorang temannya, Abdullah yang hampir putus sekolah karena tidak ada biaya…baca selengkapnya dengan klik di sini. (*)

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version