Mediatani – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung bakal terus mengembangkan budidaya sapi Krui menjadi salah satu jenis rumpun sapi unggulan sektor peternakan. Sapi krui (jawi peghia) sendiri merupakan sapi lokal yang berkembang di kawasan Krui, Kabupaten Pesisir Barat.
Masyarakat Kabupaten Pesisir Barat memanfaatkan sapi-sapi krui ini sebagai penghasil daging dan menjadi pilihan utama penduduk dalam menyajikan hidangan pesta.
Sapi krui juga masih banyak dipelihara penduduk dan terjaga kemurniannya. Kondisi itu merupakan faktor pendukung pelestarian sapi krui.
Sesuai Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 48/Permentan/OT.140/9/2011 tentang Pewilayahan Sumber Bibit Ternak menetapkan bahwa wilayah sumber bibit ditentukan berdasarkan pada adanya plasma nutfah sapi lokal yang secara genetik potensial untuk dikembangkan dan dibudidayakan.
“Kita akan terus mensupport dan mempertahankan sapi krui. Tahun 2021 ini kita bakal memberikan bantuan 90 ribu stek hijauan pakan ternak, rumput odot, dan rumput legium untuk perbaikan pakan yang berkualitas agar pertumbuhannya bisa baik, gemuk dan sehat,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, Lili Mawarti, Minggu, 28 Februari 2021 yang dikutip dari situs lampost.co, Selasa (2/3/2021).
Ia mengatakan bahwa hingga saat ini, ada sekitar 400 ekor sapi krui yang belum dikembangkan secara serius dan sehari-hari diberi pakan secara tradisional oleh masyarakat di Pesisir Barat.
Olehnya itu, jajarannya berupaya untuk membudidayakan sapi krui secara maksimal bersama peneliti dari Universitas Lampung (Unila). Pihaknya melakukan penelitian, pendataan dan pemeriksaan Deoxyribose Nucleic Acid (DNA).
“Sapi krui sudah lama berkembang di Kabupaten Pesisir Barat secara genetik potensial untuk dikembangkan. Saat ini kita sedang menunggu SK dari Kementerian Pertanian yang menetapakan dan menyatakan bahwa sapi krui sebagai rumpun sapi galur asli yang terdapat di Provinsi Lampung,” ungkap Lili.
Adapun ciri-ciri Sapi Krui ialah pola warna kepala dan bulu tubuh sapi krui jantan dan betina bervariasi dari pola warna tunggal sampai empat warna.
Sebagian besar sapi krui jantan yang diamati memiliki kepala berwarna coklat belang krem, sebagian besar tidak berpunuk, sebagian besar bergelambir, bentuk muka sebagian besar ramping, bentuk tanduk melengkung keluar dan warna ekor sapi sebagian besar mengikuti warna dasar dari sapi.
“Keunggulan sapi krui ini memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat dan tak mudah terserang penyakit meskipun postur tubuhnya kecil. Dengan pemeliharaan seadanya saja tetap berkembang biak dan kualitas daging baik,” ungkapnya.
Sementara itu d Kabupaten Pringsewu, asuransi perlindungan hewan ternak semakin diminati. Hal ini terbukti dengan banyaknya pendaftar yang melampaui target pemerintah daerah setempat di Kabupaten Pringsewu, misalnya.
Di Kabupaten Pringsewu, Lampung adalah salah satu contoh. Bahwa sekitar 1.020 ekor sapi dan kerbau yang di terdaftar dalam Asuransi Usaha Ternak Sapi/Kerbau (AUTS/K) di Kabupaten Pringsewu, Lampung, sebagaimana dikutip mediatani.co dari situ medcom.id, Minggu (28/2/2021).
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menjelaskan bahwa program asuransi bertujuan untuk melindungi peternak dari kerugian akibat kematian ternak.
Program AUTS/K juga bertujuan mengamankan indukan yang selama ini banyak dipotong. Apalagi, pemerintah sudah membuat peraturan pelarangan pemotongan ternak betina produktif.
“Jadi, yang kita targetkan adalah komoditas yang mudah terkena risiko, yaitu sapi betina agar tetap dipertahankan untuk berkembang biak,” ujar Mentan Syahrul dikutip dari situs yang sama.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan, Sarwo Edhy pula meminta Pemda agar mendorong peternak sapi untuk mengasuransikan ternaknya. Bila perlu, peternak mendapat bantuan asuransi ternak melalui dana APBD.
Baca selengkapnya di sini. (*)