Mediatani – Indonesia sudah dikenal sebagai negara dengan kekayaan laut yang luar biasa. Negara ini bahkan masuk ke dalam daftar negara penghasil ikan terbaik di dunia. Produk ikan segar baik yang berasal dari hasil tangkapan maupun budidaya telah menjadi salah satu sumber pendapatan yang besar bagi masyarakat yang terlibat.
Ikan Jeprox menjadi salah satu produk perikanan yang memiliki peluang pasar yang sangat potensial di Amerika Serikat. Produk ikan jeprox yang dikeringkan atau diasinkan memiliki permintaan yang tinggi di Negeri Paman Sam.
Selama ini, produk tersebut banyak dipasok dari beberapa negara produsen Asia, seperti Filipina, Thailand dan Indonesia. Di supermarket yang terdapat di beberapa negara bagian Amerika, harganya ikan ini mencapai 10 per dollar AS/ons.
“UMKM Indonesia harus naik kelas untuk bisa mengekspor produk ikan kering ini,” ungkap Jon A Masli, Ketua Komite NAFTA Kadin Indonesia dalam Webinar “Membantu UMKM Naik Kelas Export Ke Amerika Serikat Dengan Strategi Out Of The Box”, Rabu (30/6/2021).
Jon juga mengungkapkan, di masa pandemi ini, memang ada dua kendala berat untuk melakukan ekspor. Pertama, biaya pengiriman atau shipping yang tinggi.
Untuk pengiriman container berbobot 20 feet, saat ini mengalami kenaikan yang tinggi hingga 400 persen. Jika biaya sebelumnya hanya 2.000 dollar AS, tapi sekarang sudah mencapai 9.000 dollar AS untuk sekali kirim.
Selain itu, USDA dan FDA memberlakukan prosedur yang sangat ketat untuk bisa masuk pasar Amerika Serikat. Dua lembaga tersebut merupakan lembaga resmi yang mengawasi proses masuknya produk impor.
Namun, kendala tersebut dapat diatasi dengan menerpakan strategi terobosan one gate entry, yakni dengan menumpang jualan ke supermarket milik orang Filipina dan Vietnam. Pelaku usaha dari kedua negara Asia Tenggara itu banyak beroperasi di beberapa negara bagian AS.
“Namun kedepan kita harus mampu membangun super market sendiri yang menjual semua produk UMKM secara terpadu,” harap Jon.
Ikan kering Jeprox juga biasa disebut ikan jambrong. Olahan ikan ini berasal dari berbagai jenis ikan yang dikenal dengan nama Smelt. Ikan Smelt ini memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan ikan lain dan tidak setebal seperti bentuknya.
“Kami mengambil ikan Smelt dan mengirisnya menjadi dua, lalu diberi garam dan dikeringkan sebelum mengemasnya ke dalam segel kedap udara,” ujar Jon.
Salah satu daerah yang memproduksi ikan asin ini adalah Cirebon. Permintaan ekspor ikan asin dari Cirebon ini mengalami peningkatan sejak beberapa tahun terakhir.
Kepala Stasiun Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (SKIPM) Cirebon, Obing Hobir As’ari menjelaskan, geliat ekspor ikan asin dari Cirebon sudah dimulai sejak 2015. Namun, alur ekspor saat itu memang belum melalui SKIPM yang bertugas untuk menjamin mutu dan kualitas ikan.
“Dari 2016 itu kami baru mulai penjaminan mutu dan kualitasnya,” kata Obing Hobir As’ari saat ditemui di Kantor SKIPM Cirebon, Jl Brigjend Dharsono, Kota Cirebon, Jumat (26/7/2019).
Penjaminan mutu dan kualitas produk tersebut baru dimulai pada tahun 2016. Sejak saat itu, permintaan ekspor ikan asin terus mengalami peningkatan. Rata-rata ikan asin itu dikirim secara rutin ke Amerika, Australia, Kanada, Arab Saudi, dan Korea.
Menurut Obing, ada tiga jenis ikan asin yang sudah melanglang buana ke berbagai belahan dunia. Di antaranya, ikan asin jambrong, ikan asin bilis dan ikan asin kapasan.
“Dari tiga itu, ikan asin Jambrong menjadi komoditi yang paling diminati,” ujar Obing Hobir As’ari.
Ia mengungkapkan, bahan baku ikan asin itu sebagian besar didapatkan dari Cirebon, Indramayu, Subang, dan lainnya. Terutama untuk jenis ikan Bilis dan ikan Kipasan sedangkan ikan Jambrong lebih banyak didapatkan dari wilayah Sumatera.