Sederet Fakta Unik Blobfish, Ikan Terjelek yang Mirip Seperti Jelly

  • Bagikan
Blobfish

Mediatani – Belakangan ini, Blobfish mulai ramai dibicarakan di internet setelah mulai banyak ilmuwan yang menelitinya secara resmi, meski masih banyak yang belum diketahui tentang hewan ini. Seperti apa habitatnya dan upaya konservasi ikan ini.

Ramainya khalayak yang membicarakan bahkan menjadikan blobfish sebagai mainan dan meme ini tidak lepas dari penampilannya yang tampak seperti bengkak, lebar dan malas.

Penamaan blobfish sendiri sebenarnya diberikan untuk menggambarkan beberapa spesies dalam spesies ikan Psychrolutidae. Namun, sebagian orang menganggap blobfish adalah spesies khusus (Psychrolutes microporos), dengan spesimen pertama ditemukan oleh peneliti di pantai Selandia Baru pada 1983.

Meskipun ikan ini sudah diidentifikasi oleh peneliti secara resmi dengan menggunakan sampel yang ditemukan dalam jaring ikan, tetapi tetap saja masih banyak yang belum diketahui tentang makhluk laut ini.

Ikan yang terlihat menggempal dan licin seperti jeli disebut sebagai hewan terjelek di dunia dalam jajak pendapat yang diadakan Ugly Animal Preservation Society, yaitu kelompok pelestari hewan yang menyebut ikan ini perlu dilindungi.

Ikan keluarga spesies, Psychrolutidae ini juga sering disebut kepala gendut karena bentuknya yang berlemak. Namun bentuk yang banyak tersebar di internet ini, sebenarnya tidak sama persis seperti aslinya.

Ditemukan di kedalaman laut antara 600 sampai 1.200 meter

Ikan ini bisa beradaptasi di kedalaman laut seperti ini, dimana tekanan air bisa lebih dari 100 kali dari permukaan. Tubuh ikan ini sangat licin dengan tulang lunak dan sangat sedikit otot.

Blobfish yang terjaring dan diangkat ke permukaan, perubahan tekanan dapat membuat ikan ini melebar dan kulitnya melentur. Hal itu terjadi karena jaringan gelatin ikan ini tak mampu menopang tubuh sehingga menjadi tampak tak berbentuk lagi.

“Gambar yang banyak diketahui orang cukup mengerikan karena merupakan foto ikan yang mati,” ungkap Simon Watt, pakar biologi yang membentuk Ugly Animal Preservation Society.

Menurutnya, meskipun ikan ini tidak begitu indah saat di lautan, namun tidak seburuk bentuk yang tampak di foto-foto juga. Di dasar laut, blobfish juga terlihat seperti ikan biasa, dengan bentuk kepala bulat, mata hitam dan insang berbulu.

Tubuhnya bewarna merah muda keabuan, serta bentuk ekor yang lancip seperti kecebong. Selain itu, blobfish memiliki ukuran panjang biasanya kurang dari 30 cm dengan berat di bawah 2 kilogram.

Cara Blobfish berenang

Seperti kebanyakan ikan di dasar laut lainnya, blobfish tidak memiliki swim bladder atau gelembung renang yang digunakan untuk mendekati permukaan dengan kemampuan mengapung. Saat blobfish mencoba ke permukaan, perubahan tekanan kuat akan menghancurkannya.

Fungsi tubuh berlemak blobflish

“Bila Anda bayangkan bagaimana minyak mengapung di air, perbandingannya seperti itu. Dengan tubuh tinggi lemak, ikan ini justru lebih ringan,” ujar Watt.

Saat berada di dasar laut, biasanya ikan blob cenderung diam dan tidak menggunakan banyak energi. Menurut Watt, lemak tersebut sengaja dibuatnya untuk menjadi malas karena hal itu adalah strategi untuk bertahan.

Makanan blobfish

Dengan minimnya gerakan ikan blobfish ini, diperkirakan ia hanya memangsa apapun yang lewat. Ikan ini hanya memangsa apapun yang terbawa arus air, termasuk keong laut, krustasea atau makanan apapun yang bisa ditemukannya.

Upaya konservasi Blobfish

Belum dapat dipastikan apakah blobfish termasuk kategori hewan yang terancam atau tidak, karena hewan ini hidup pada di dasar perairan, sehingga masih sangat sedikit yang menelitinya lebih lanjut.

Oleh karena itu, masih belum jelas ada berapa ekor blobfish dan apakah ada hewan laut yang memangsa jenis ikan ini. Juga tidak diketahui apakah ikan ini terganggu dengan perubahan keasaman laut dan mampu bertahan hidup berapa lama.

“Tidak diketahui apakah ikan ini terancam, namun faktanya hampir semua ikan terancam punah,” kata Watt.

“Sangat sulit untuk memastikan teritori satu jenis ikan. Tapi kita tahu, ada risiko kapal pukat yang beroperasi di laut dalam,” tambahnya.

Jika keluarga Psychrolutes microporos hanya dapat ditemukan di wilayah Australia dan Selandia Baru, maka jumlah ikan ini memang hanya sedikit.

Di wilayah tersebut juga hanya sedikit nelayan yang menggunakan kapal pukat. Menurut Watt juga, seberapa buruk dampak populasi ikan ini bila pun sulit diketahui jika hanya ada satu ikan yang tersangkut di jaring ikan.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version