Sudjono, Pensiunan Pegawai Beternak Domba dan Hasilkan Ratusan Juta Perbulan

  • Bagikan
dok pribadi. ash-shiddiq farm/detik.com/ist

Mediatani – Berbisnis ternak domba mungkin saja jadi pilihan peluang usaha saat ini. Sudah cukup banyak peternak yang sukses dengan ketekunan dan keuletannya. Satu lagi, Sudjono mantan pegawai swasta itu kini menghabiskan waktu untuk beternak domba miliknya.

Bertempat tinggal di Desa Pasir Tengah, Bogor, Jawa Barat, disanalah dia menggeluti usahanya tersebut.

Dari sekian banyak bisnis yang sedang naik daun pria 65 tahun itu memilih bisnis fattening (penggemukan) domba yang diberi nama Ash-Shiddiq Farm.

Dimulai didirikan pada September 2018 lalu, awalnya hanya untuk mengisi kesibukannya yang mulai pensiun dari pegawai swasta.

“Itu karena saya di usia pension ini mau cari kegiatan begitu. Jadi kalau ternak domba kan tak terlalu rumit, istilahnya. Maka itu yang pingin saya tekuni supaya ada kegiatan di usia senja. Terus di situ kan ada unsur ibadahnya ya. Kan kalau kita lihat ternak domba itu, pertama kita berniat seperti penjualan akikah atau qurban,” kata dia kepada detikcom seperti ditulis Jumat (22/1/2021), dikutip dari detikcom, Minggu (24/1/2021).

Dengan memanfaatkan lahan 1 hektar milikinya, Sudjono menyulap lahan kosong itu untuk dijadikan lokasi peternakan yang jaraknya sekitar 3 kilometer (km) dari rumahnya.

Awalnya, dikisahkan, dirinya membeli sekitar 60 ekor bayi domba lokal setiap satu minggu. Hingga kemudian beranak-pinak sampai 1.000 ekor per bulannya.

“Saya punya orang-orang yang saya minta untuk mencari di pasar. Di petani daerah Sukabumi atau di Pasar Sukabumi biasanya, di sana banyak petaninya, atau Cianjur, kadang-kadang Garut, jadi mereka akan hunting dari petani-petani. Setelah itu dikumpulkan, katakanlah satu minggu sekitar 60 (ekor) mereka kirim ke kandang saya. Kalau satu minggu 60 (ekor), maka dalam per bulan itu bisa mencapai 1.000 ekor kan itu diputar setiap minggu mengeluarkan 60 (ekor), masuk 60 (ekor),” kisahnya.

Biasanya, Sudjono berhasil menjual 10 ekor domba per pekannya dengan rerata 200 ekor domba dalam satu bulan.

Di luar momen Lebaran Idul Adha dan untuk akikah, dirinya bahkan bisa memiliki pasar setia seperti tukang sate yang tersebar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

Apalagi kemudian, para pedagang itu pun datang langsung ke kandangnya untuk memilih domba yang akan dipotong di tempat pemotongan hewan resmi.

“Kita telah punya jaringan pembeli, biasanya yang beli itu warung-warung sate seperti sate PSK, warung-warung sate lainnya banyak sekitar Jakarta, Bogor, Puncak itu banyak. Jadi mereka sudah tahu kandang saya letaknya di sini, jadi selalu komunikasi,” ucapnya.

Alasan Sudjono memilih ternak domba karena hewan berbulu tebal itu dinilainya lebih tahan penyakit, apalagi harganya lebih murah ketimbang kambing.

Lagi pula permintaan warung sate justru lebih banyak domba betina dibanding kambing. Pakannya pun juga lebih mudah didapat karena bisa rumput-rumputan, ampas tahu dan konsentrat.

Sudjono memberikan beberapa tips bagi pemula yang ingin terjun berbisnis ternak domba seperti dirinya.

Jika mau untung besar, lanjut dia, agar disarankan domba yang diternak mencapai 1.000 ekor seperti apa yang dilakukannya.

Namun begitu, modal yang disiapkan ungkapnya pula harus besar. Berdasarkan pengalamannya, dirinya menghabiskan sekitar Rp 2 miliar untuk modal tanah, bikin kandang, beli domba, hingga pakanannya.

“Kalau mau bisnis yang besar harus dikelola secara benar, itu baru dapat berjalan dengan untung yang besar. Itu tidak bisa sendiri lah harus ada jaringan-jaringan yang luas. Jadi kembali lagi, sekarang berapa modal orang itu, kalau saya (modal) Rp 2 miliar,” beber dia.

Dia pun mengatakan, bagi yang tidak punya modal sebesar itu jangan khawatir. Karena bisa mulai terlebih dahulu dengan skala kecil untuk ternak domba yang jumlahnya hanya beberapa ekor saja.

Namun harus diakui bahwa keuntungan yang didapat juga akan lebih sedikit.

“Kalau orang itu hanya punya katakanlah beberapa ratus juta, mereka hanya bisa ternak ratusan ekor, untungnya akan tipis dari penjualan domba itu karena jumlah ternaknya juga sedikit. Jadi otomatis tidak menutupi cost harian,” ucapnya.

Meski pun tidak memiliki latar belakang dalam pendidikan peternakan, Sudjono mengaku ternak domba tidaklah sesulit yang dibayangkan. Asalkan, dia menekankan agar banyak membaca dan bertanya kepada yang lebih senior. Meski kendala yang sering dialami yakni sulitnya mencari pasok domba untuk digemukkan.

“Supply  dan demand-nya atau permintaan dan penawarannya tuh kadang tidak seimbang. Jadi demand-nya tinggi, supply-nya malah rendah. Artinya bibit-bibit domba itu tidak selancar apa yang diinginkan. Kadang dombanya sampai kosong di pasaran seperti pada saat lebaran haji,” beber Sudjono.

Maka dari itu, dia berharap agar pemerintah lebih memperhatikan para pebisnis ternak domba untuk membantu mendapatkan bibit-bibit ternak baru.

“Di situ lah kendalanya tidak ada campur tangan pemerintah jadi kadang-kadang bisnis yang sudah kita planning-kan begitu tapi nyatanya tidak seperti yang diharapkan. Jadi yang kita harapkan tuh unsur campur tangan pemerintah lah bagaimana bisa membuat peternak-peternak hidup,” harapnya. (*)

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version