Tanah dari Bulan Ini Bisa Dipakai Bertani di Bumi, Begini Penjelasannya

  • Bagikan
Sumber foto: kumparan.com

Mediatani – Belum lama ini, ilmuwan dari Amerika telah menemukan sesuatu yang baru dari sampel tanah yang berasal dari bulan. Tanah tersebut dinilai dapat digunakan untuk berkebun di bumi dengan dukungan nutrisi dan cahaya.

Dikutip dari laman Cnet pada Senin (17/2/22), para ilmuwan tersebut adalah Stephen Elardo yang berasal dari University of Florida, Anna Lisa-Paul dan Robert Ferl. Mereka kemudian menerbitkan karya ilmiah di jurnal Communications Biology yang membahas tentang tanah regolit yang berasal dari bulan.

Tanah regolit ini didatangkan ke bumi oleh tiga misi pesawat ulang alik Apollo yang berbeda, puluhan tahun yang lalu. Elardo dan kawan-kawan menggunakan sedikit sampel tanah tersebut sebagai media tanam Arabidopsis thaliana, sejenis sawi hijau.

Elardo mengatakan bahwa tanah yang berasal dari bulan tersebut tidak memiliki nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.

Setelah melakukan berbagai tahapan percobaan, ternyata benih sawi hijau tersebut bisa mengalami pertumbuhan meskipun tampak tidak begitu sehat. Menurut para ilmuwan, tanaman tersebut mengalami stres, tetapi, masih bisa tumbuh dengan relatif cepat. Lalu, mereka mencoba memberikan air, nutrisi dan cahaya.

“Setelah dua hari, sawi hijau mulai bertunas,” kata Anna-Lisa Paul, seorang profesor ilmu holtikultura di University of Florida.

Hingga hari keenam, tambah Paul, tanaman yang menggunakan sampel tanah regolit dari bulan juga yang berada dalam kontrol, terlihat sama saja.

Setelah beberapa hari, sawi hijau yang menggunakan media tanah regolit bulan menunjukkan tanda-tanda tanaman stres. Tanda-tandanya yaitu pertumbuhan menjadi lambat, daun dan akarnya pendek dan terlihat bercak-bercak merah.

“Pada akhirnya, kami ingin menggunakan data gen untuk membantu mengatasi bagaimana respons terhadap stres bisa diperbaiki supaya tanaman, terutama tanaman pangan, bisa tumbuh dengan tanah dari bulan dengan dampak yang kecil terhadap kesehatan,” ungkap Paul.

Sebagai informasi, tanah regolit yang berasal dari bulan ini memiliki butiran yang sangat halus, tetapi tajam. Karena itu, saat tidak sengaja terhirup, maka akan merusak paru-paru.

Robert Ferl, yang juga berasal dari University of Florida melihat bahwa kegiatan bercocok tanam di bulan menjadi kunci utama untuk tinggal lebih lama di bulan, selain air, makanan dan udara yang bersih.

Sementara itu, menurut Nelson, riset ini dinilai penting untuk menunjukkan bagaimana agar NASA terus berupaya untuk melakukan berbagai inovasi pertanian yang bisa membantu kita untuk memahami bagaimana tanaman mengatasi situasi atau kondisi sulit di Bumi, utamanya pada daerah-daerah yang sulit menemukan sumber pangan.

Selama periode tiga tahun, yang dimulai pada 1969, para astronaut NASA membawa pulang 382 kilogram sampel batu, kerikil, pasir dan debu dari permukaan Bulan. Hal ini merupakan tantangan bagi para saintis karena minimnya sampel tanah dari  bulan yang bisa dipakai untuk menumbuhkan tanaman di bumi.

Tim di Universitas Florida hanya diberi satu gram tanah Bulan per satu tanaman. Rencananya, pada tahun 2025, NASA akan mengirim manusia ke Bulan untuk pertama kalinya lagi sejak 1972.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version