Mediatani – Tanaman lamtoro dikenal sebagi tanaman yang dapat mencegah terjadinya erosi. Selain itu, tanaman ini juga biasa ditanam di pinggir jalan, dijadikan kayu bakar dan bahan baku pembuatan kertas. Namun, tak banyak yang tahu jika tanaman ini juga bisa dijadikan hijauan untuk pakan ternak.
Dahlanuddin, dosen dari Universitas Negeri Mataram mengatakan, penanaman pakan berbasis lamtoro di lahan kering sangat potensial untuk dilakukan. Sebab, tanaman ini dapat meningkatkan pertambahan berat badan sapi dengan kualitas daging yang empuk.
Tanaman lamtoro ini dinilai sangat cocok untuk dijadikan pakan sapi potong. Sebab, tanaman lamtoro ini dapat ditanam di lahan kering, memiliki kandungan protein tinggi dan dapat menghasilkan daging dengan kualitas yang tidak kalah dengan daging impor.
“Tanaman lamtoro adaptif dengan kekeringan sehingga sangat potensial sebagai penyedia pakan sapi potong dilahan kering,” ujarnya pada kuliah umum yang diselenggarakan oleh Politani Pangkep, Senin 18 Oktober 2021.
Kuliah umum tersebut membahas mengenai strategi penyediaan pakan sapi di lahan kering yang dilaksanakan di Gedung Ipteks Prof. Achmar Mallawa DEA.
Diketahui, ketersediaan lahan pada kondisi iklim kering ada seluas 13,3 juta hektar di Indonesia. Khusus di Sulawesi Selatan, lahan kering yang dapat dimanfaatkan ada seluas 2,5 juta hektar dan sangat potensial untuk memproduksi pakan ternak.
Lamtoro cocok untuk penggemukan sapi
Tanaman lamtoro yang dalam bahasa latin disebut leucocephala atau petai cina ini memiliki kandungan nutrisi yang luar biasa, Terutama pada bagian pucuknya sangat disukai oleh ternak sapi.
Pada musim kemarau, tanaman yang berasal dari Amerika tengah ini akan tetap hijau. Kandungan proteinnya yang sangat tinggi itu sangat baik untuk pertumbuhan ternak khususnya untuk penggemukan sapi potong.
Untuk sapi penggemukan, pakan yang diberikan dengan kandungan 70-100% lamtoro dapat menggemukkan sapi selama 4 sampai 12 bulan, dengan kenaikan berat badan berkisar 0,4-0,6 kg/hari.
Kandungan nutrisi
Daun, buah atau polong lamtoro memiliki kandungan protein kasar sebesar 34.4% dan 31%. Semantara kadar mimosinnya sebesar 7.19% dan 12.13% dari total kandungan protein kasar. Selain itu, serat kasar yang dikandung sebesar 18% dan lemak kasar 5,8%.
Protein kasar yang dimiliki tanaman lamtoro dapat membantu ternak untuk bertumbuh dengan sangat cepat. Selain kualitasnya yang baik, tanaman lamtoro juga mudah untuk didapatkan. Tanaman ini banyak ditemukan di pinggir jalan atau tempat-tempat tertentu bahkan bisa ditanam dan dirawat sendiri di kebun.
Hal yang menjadi faktor pembatas, pada daun lamtoro ini terdapat kandungan anti nutrisi yang dapat menyebabkan pembengkakan tiroid pada ternak.
Lamtoro juga mengandung tanin yang dapat menurunkan paratablitas atau mengurangi nafsu makan hewan. Namun, kandungan tanin yang berada dalam lamtoro, mampu mencegah terjadinya kembung pada rumen sapi dan melindungi degradasi protein yang berlebihan.
Selain itu, tanaman ini juga mengandung mimosin dan sianida yang dapat menyebabkan keracuan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko keracunan itu yakni dengan melakukan proses pengeringan atau pelayuan sebelum diberikan pada ternak.
Tanaman lamtoro sangat tidak baik jika diberikan secara berlebihan kepada ternak. Oleh karena itu, dalam pemberiannya sebaiknya dicampurkan juga dengan rumput dan jerami.
Namun, pada awal pemberian pakan lamtoro pada ternak kerap membuat sapi mencret dan juga bisa menimbulkan keracunan bahkan kematian. Karena itu, pemberian daun lamtoro untuk pakan sapi sebaiknya dilakukan dalam sehari atau dua hari sekali, dengan jumlah 5 sampai 10 kg untuk campuran pakan sapi tersebut.
Untuk mensiasatinya, kita juga bisa melakukan proses penepungan dengan cara dikeringkan dulu lalu digiling dengan mesin. Pakan ini dicampur dengan dedak untuk menambah nutrisi dan bisa juga dengan melakukan fermentasi.