Mediatani – Kuda memang bukan hewan yang umum dipelihara di Indonesia. Harganya yang mahal, perawatan yang tidak mudah serta luasnya lahan yang dibutuhkan adalah alasan mengapa mamalia dari genus Equus ini jarang dipelihara di Tanah Air.
Namun, di Indonesia terdapat daerah yang memiliki populasi ternak kuda terbesar yang juga menyediakan kuda endemik atau hanya berkembang di daerah tersebut. Daerah itu adalah Pulau Sumba.
Untuk itu, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki, baru-baru ini menyepakati untuk segera dilakukannya piloting peningkatan kualitas kuda pacu lokal di Sumba NTT.
Kesepakatan itu terjalin saat Menteri Teten melakukan kunjungan ke petenakan kuda pacu Gebrong Stabel di Desa Titisan, Kecamatan Sukalarang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Kunjungan tersebut dilakukan untuk menjajaki kerja sama dengan peternakan kuda pacu lokal sebagai salah satu dalam upaya meningkatkan kesejahteraan peternak.
Pemilik Arogan Horse Racing & Equastrian Sport Eddi Saddak, menyambut baik rencana ini dan siap mendukung piloting tersebut dengan menyediakan pejantan Kuda G2 atau G3 berdarah juara nasional. Termasuk menyediakan pakan kuda dengan nutrisi lokal yang tengah dikembangkan di Aragon.
Sebagai tindak lanjutnya, Tim Kemenkop bersama Tim Aragon akan segera ke Sumba untuk mengadvokasi para peternak kuda terkait pentingnya bergabung dalam wadah Koperasi agar pengelolaan pakan, bibit obat-obatan dan pemeriksaan kesehatan kuda berbiaya lebih murah dan menjadi lebih efisien.
Jika pilot project Koperasi Peternak Kuda bisa terwujud, tentunya akan meningkatkan kesejahteraan peternak. Selain itu, kedepannya juga bisa direplikasi di daerah sentra kuda di berbagai wilayah Indonesia.
Sejahtera dengan Beternak Kuda Pacu Lokal
Peternakan kuda diyakini mampu meningkatkan kesejahteraan peternak, salah satunya dengan beternak kuda pacu lokal. Sejak tahun 1975, Persatuan Olah Raga Berkuda Indonesia (Pordasi) sudah berupaya dalam meningkatkan kualitas kuda pacu.
Salah satu upaya yang dilakukan peternak, yakni menyilangkan kuda antara pejantan kuda pacu lokal dengan kuda pacu impor Thoroughbred, yaitu jenis kuda pacu yang telah dikembangkan di negara-negara eropa.
Proses penyilangan kuda pacu tersebut membutuhkan waktu yang lama, yakni selama 46 tahun. Persilangan ini bertujuan meningkatkan kualitas kuda pacu di Indonesia.
Adapun hasilnya yaitu terdapat Kuda Pacu Indonesia (KPI) dan Kuda G. Jenis Kuda G (G1 sampai G4), yaitu anak kuda induk yang disilang dengan kuda Thoroughbred murni (pure THB) dan ada jenis KPI (Kuda Pacu Indonesia) yang merupakan hasil silangan antar Kuda G. Huruf G disini menunjukkan semakin besar angkanya misalnya G1, G2, atau G3, darah kuda impornya semakin besar.
Melihat perbandingan harga kuda pacu lokal dengan kuda pacu berdarah G atau KPI, maka harga kuda pacu lokal berkisar Rp 20 juta hingga Rp 40 juta, sedangkan kuda pacu berdarah G4 dan KPI berharga di kisaran Rp 100 juta hingga Rp 200 juta bahkan bisa lebih.
“Harga masing-masing jenis kuda itu tentu berbeda-beda. Harga kuda pacu yang berprestasi dalam pacuan dan keturunannya tentu yang paling mahal,” kata Agus melalui siaran pers, Jumat 13 Agustus 2021
Menurut Staf khusus Menteri Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Agus Santoso, kuda endemik yang hanya berkembang di daerah tertentu ini, antara lain Kuda Sumbar, Kuda Minahasa, kuda Sandel (Sumba), dan Kuda Priangan. Kuda-kuda ini diternakkan secara tradisional dan tumbuh bersama budaya setempat.