Usaha Budidaya Kepiting Soka Ramai Peminat, Layak dicoba

  • Bagikan
Sumber foto: BLU LMPUKP

Mediatani – Kepiting soka menjadi salah satu komoditas yang dinilai ekonomis dan menarik untuk dibudidayakan. Ramainya peminat yang berasal dari dalam hingga luar negeri untuk membudidayakan kepiting soka ini karena mereka memiliki cangkang yang lunak dan sangat bermanfaat untuk kesehatan.

Kepiting soka (soft shell crab) adalah kepiting bakau yang sering dikonsumsi dalam keadaan pergantian kulit (moulting). Inilah yang menyebabkan seluruh bagian tubuh dari kepiting soka mudah untuk dimakan.

Dagingnya rendah lemak jenuh, tinggi protein, serta mengandung vitamin dan mineral. Ada juga kandungan selenium yang bisa mencegah kanker dan meningkatkan daya tahan tubuh dari inveksi virus dan bakteri.

Budidaya kepiting soka ini sudah menjadi unggulan di beberapa daerah termasuk di Tarakan Kalimantan Utara, tepatnya di Kelurahan Gunung Lingkas.

“Kepiting sokanya memang sudah lama jalan dan gak pernah putus, permintaannya terus ada,” ungkap Lisman Duhali Penyuluh Perikanan.

Mereka memanen kepiting soka setiap hari. Satu orang pembudidaya mampu memanen sekitar 15-30 kg, bahkan jumlahnya mungkin saja lebih banyak karena waktu moulting yang berbeda. Karenanya, setiap hari harus dilakukan pengecekan agar masa moulting tidak terlewat untuk menghindari mengerasnya cangkang kembali.

“Biasanya panen itu pagi hari, kalau ada yang terlewat dilepaskan ke tambak sebelahnya menjadi kepiting bakau atau dilepas ke laut untuk menjaga keseimbangan ketersediaan kepiting agar tidak punah,” ujar Lisman.

Seusai panen, kepiting soka lalu dijual ke pengepul kemudian dikirim kesejumlah kota seperti Balikpapan, Jakarta, Surabaya, Tarakan bahkan hingga ke Tawau Malaysia.

Untuk harganya pun beragam tergantung ukuran. Normalnya, berkisar antara 80-150 gr/ekor ditaksir dengan harga Rp 120.000/kg. Ini menandakan sekurang-kurangnya seorang pembudidaya mampu meraup omzet Rp 1,8 juta per harinya. Apalagi ketika ada momen-momen tertentu seperti hari besar keagamaan.

Dalam menjalankan usaha budidaya tentu tidak lepas dari kendala. Membudidayakan kepiting soka sering kali terkendala dengan cuaca di daerah tersebut yang sulit diprediksi, kadang tiba-tiba hujan.

Tentu saja hal ini berdampak pada proses budidaya yang seringkali mengakibatkan banyak air tawar masuk ke dalam tambak sehingga moulting menjadi agak lambat. Oleh karena itu, salinitas air tetap harus selalu dipantau agar stabil pada rentang 10-18. Ketika kurang dari angka tersebut, perlu ditambahkan air laut lagi.

Selain terkendala cuaca, budidaya kepiting soka juga membutuhkan daerah khusus yang bernaman crab box, berbeda dengan kepiting bakau biasa yang dilepaskan di habitatnya.

Untuk membeli crab box yang harganya Rp. 40-50 ribu/buah, seorang pembudidaya tentu harus mengeluarkan biaya tambahan. Begitu juga untuk pakan yang dibutuhkan kepiting soka berupa ikan rucah, yang dibeli dengan harga Rp 5-10 ribu/kg.

Biaya-biaya tersebut menjadi pertimbangan para pembudidaya sebelum memulai menjalankan usahanya. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pun memberikan peluang permodalannya melalui Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP), disamping pendampingan pengembangan usaha.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version