Mediatani – Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi susu di Indonesia hanya tercatat 16,27 kg/kapita/tahun, di bawah negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia 36,2 kg/kapita/tahun, Myanmar 26,7 kg/kapita/tahun dan Thailand 22,2 kg/kapita/tahun.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dasmen) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Jumeri mengatakan bahwa angka konsumsi susu anak-anak di Indonesia masih terbatas.
Hal ini menyebabkan tak semua anak Indonesia memiliki kesempatan untuk minum susu. Padahal, dibutuhkan gizi yang cukup dalam rangka membangun generasi bangsa yang sehat dan kuat di masa mendatang.
Hal ini bisa diwujudkan melalui kecukupan gizi sesuai pedoman gizi seimbang, yang mana di dalamnya mencakupi protein, salah satunya bisa diperoleh dari susu.
“Konsumsi susu bagi anak Indonesia masih terbatas. Hanya keluarga mampu dan memiliki kesadaran tinggi akan gizi. Program peningkatan gizi ada di jenjang PAUD dengan program PAUD Holistik Integratif (PAUD HI) untuk mengatasi stunting. Angka stunting kita masih tinggi. Program PAUD HI bekerja sama dengan Kemenkes, Kemensos dan Kemendes. Juga bekerja sama dengan BKKBN, intinya lintas kementerian dan lembaga,” kata Jumeri dilansir, Selasa (8/6/2021) dari laman Cnbcindonesia.com.
PAUD HI merupakan penanganan anak usia dini secara menyeluruh yang meliputi beberapa pelayanan, termasuk mencakup layanan gizi dan kesehatan, salah satunya dengan memastikan kebutuhan gizi para peserta didik.
Di samping itu, Ahli gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Saptawati Bardosono menyarankan pemerintah agar mengambil langkah konkret dalam upaya mendorong konsumsi susu di Indonesia.
Menurut dia, tingkat konsumsi susu berkualitas masyarakat Indonesia saat ini masih tergolong rendah.
Dia menilai saat ini harga susu berkualitas baik masih tergolong mahal dan menganjurkan pemerintah untuk melakukan subsidi pada penyediaan susu berkualitas untuk masyarakat Indonesia.
“Karena harga susu yang berkualitas baik masih terbilang mahal, sehingga perlu subsidi pemerintah harusnya,” ujar Saptawati.
Sementara itu, Deputi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Perekonomian Musdhalifah Machmud menekankan perihal pentingnya konsumsi susu bagi seluruh lapisan masyarakat.
Hal itu lantaran mengonsumsi susu merupakan bentuk kontribusi untuk mendorong kemajuan peternakan susu di Indonesia.
Data BPS pun menyebutkan, saat ini kepemilikan sapi perah masih didominasi oleh peternak rakyat. Namun, tingkat kepemilikan sapi belum ideal, dengan rerata 2-3 ekor per peternak, idealnya 7-10 sapi/peternak.
Populasi sapi perah di Indonesia saat ini tercatat ada 584.582 ekor, dengan produksi SSDN per tahun sebesar 997.35 ribu ton/tahun. Jumlah sebesar itu baru mencukupi 22% dari total kebutuhan, yaitu 3,8 juta ton/tahun yang sisanya tentu didapatkan dari impor.
“Konsumsi susu penting bagi masyarakat kita, termasuk untuk mengungkit kembali salah satu sumber ekonomi rakyat dan lapangan kerja. Demand harus ditingkatkan, dan ini bisa menjadi sumber ekonomi di daerah maupun nasional agar kesejahteraan peternak dan kesehatan masyarakat dapat kita wujudkan bersamaan,” ujar dia pada sesi webinar perayaan Hari Susu Nusantara.
Menurut Musdhalifah, masyarakat Indonesia pada dasarnya memiliki jiwa agribisnis, salah satu di antaranya ialah dengan beternak. Dia menilai kebangkitan persusuan nasional juga masih menjadi salah satu sumber ekonomi yang banyak diminati rakyat.
“Sebenarnya peternakan susu itu bukan peternakan yang dibangun, tetapi memang karakter masyarakat kita yang suka memelihara sapi dan memanfaatkan susu untuk kesejahteraan dan kesehatannya. Ini yang harusnya kita kembangkan dari budaya masyarakat kita yang memang menyukai beternak sapi,” ujarnya.
Selain itu, Musdhalifah juga menekankan agar kampanye minum susu segar terus digalakkan. Pasalnya, pada perayaan Hari Susu Nusantara tahun ini mendapat dukungan dari tiga Kementerian, yaitu Kementerian Pertanian, Kementerian Koordinator Perekonomian dan Kementerian Perdagangan.
“Kampanye minum susu ini untuk membangun semangat energi masa depan bangsa, dan terbukti didukung oleh tiga kementerian, yaitu Bapak Menteri Pertanian, Bapak Menko Perekonomian dan Bapak Menteri Perdagangan memberikan kampanye semangat minum susu sapi segar. Semoga ini bisa disebarkan ke masyarakat luas,” paparnya. (*)