Mediatani – Institut Pembangunan Jabar, Universitas Padjajaran (Injabar Unpad) bersama Badan Karantina Pertanian Kementan (Kementan) melakukan penelitian pada ribuan jenis lalat buah (bactrocera occipitalis) yang hinggap di buah mangga di seluruh Indonesia. Penelitian ini dipimpin oleh Dr Agus Susanto dari Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran (Unpad).
Hasilnya, Keri Lestari selaku Guru Besar Fakultas Farmasi Unpad mengatakan bahwa tidak ditemukan bactrocera di pulau Jawa. Karena itu, mangga yang diekspor ke luar negeri khususnya ke Jepang bisa dipastikan aman dari lalat buah.
Ia menjelaskan bahwa lalat buah hanya ditemukan di daerah pinggir hutan Kalimantan Utara, yang jauh dari pemukiman. Lalat buah yang ditemukan itupun adalah lalat pada buah belimbing dan jambu, bukan dari mangga.
Setelah melakukan penelitian, tim Injabar bersama Barantan Tarakan akan melakukan trapping dan menemukan sekitar 2800 lalat buah. Dari semua lalat tersebut, 14 lalat di antaranya mirip secara morfologis. Lebih lanjut, 4 lalat terindikasi sebagai Bactrocera Occipitalis setelah dilakukan PCR.
Penelitian yang dilakukan sekitar 15 tahun lamanya ini bertujuan untuk mengobservasi lalat buah yang ada di sentra mangga Sumedang Jawa Barat. Hasilnya, tidak ditemukan lalat buah Bactrocera Occipitalis.
Keri menyampaikan, pada tanggal 5 September 2022, report final hasil riset kolaborasi tim Injabar Unpad, Faperta Unpad, Barantan Kementan RI dan didukung PT Minaqu Indonesia telah dijabarkan pada tim Ministry Of Agriculture, Forestry And Fisheries (MAFF) Jepang yang difasilitasi Kedubes Jepang, Atase Pertanian, Atase Perekonomian dan Atase Perdagangan RI untuk Jepang. Dari paparan tersebut, MAFF mengapresiasi penelitan dan riset yang dilakukan, saat ini sedang disusun rekomendasi MAFF.
Keri menegaskan bahwa tidak perlu khawatir terhadap lalat buah yang ditemukan di Tarakan Kalimantan. Lalat buah memang ada tetapi jauh dari sentra mangga. Bahkan semua produk-produk buah dan sayur sudah melewati proses Karantina. Hal ini berarti ada aturan yang ketat untuk mengirim produk dari Kalimantan ke Pulau Jawa.
Keri berharap agar kegiatan ekspor mangga ke Jepang bisa segera berjalan dengan baik. Penelitian dan diplomasi ini dilakukan sebagai upaya mendukung terbukanya akses ekspor mangga Gedong Gincu ke Negeri Sakura.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, terus mendorong ekspor buah mangga Indonesia agar bisa dilakukan secara masif. Potensi mangga Indonesia, menurutnya, sangat besar bahkan bisa menjadi modal utama dalam meningkatkan kinerja ekspor buah.
Terlebih, Indonesia berada diposisi kelima sebagai produsen buah mangga dunia. Tahun 2018, produksi mangga di Indonesia bahkan menyentuh angka 2.184.399 ton. Prestasi inilah yang bisa menjadi peluang dalam meningkatkan ekspor buah di Indonesia.
“Peningkatan kinerja ekspor buah dapat dilakukan melalui penerapan teknologi dan sistem jaminan mutu di seluruh rantai produksi melalui penerapan standardisasi produk hasil pertanian dari hulu ke hilir,” pungkas Mentan Syahrul.