Mediatani – Hampir seluruh masyarakat di penjuru Tanah Air sangat merasakan dampak pandemi Covid-19. Seperti banyak masyarakat di Kota Tangerang, Banten yang mengalami penurunan pendapatan hingga kehilangan pekerjaan.
Namun, Iwan Sanjaya, warga Kelurahan Gebang Raya, Kecamatan Periuk, mencoba bangkit dari kondisi tersebut dengan menjalankan usaha yang mampu bertahan di tengah pandemi, seperti berbudidaya ikan.
Iwan saat ini telah berhasil mengembangkan budidaya ikan yang dilakukan dengan metode keramba jaring apung. Adapun lokasi keramba apung miliknya itu terletak di danau yang berada di kawasan perumahan Garden City, di RT 02 RW 22.
Iwan yang juga merupakan Ketua Paguyuban Kelompok Kampung Wisata Keramba (KWK) 22 ini memilih untuk menerapkan konsep keramba jaring apung karena kawasan tersebut merupakan salah satu daerah langganan banjir di kota Tangerang.
“Awal pandemi itu kita semua merasakan dampaknya termasuk bekerja di rumah atau Work From Home (WFH), lalu kita berpikir untuk membuat sesuatu agar berdampak pada lingkungan,” ungkap Iwan, dikutip dari Redaksi24.com, Minggu (22/8/2021).
Awalnya, lanjut Iwan, ia melakukan budidaya pembesaran ikan bersama beberapa warga lainnya di empat keramba. Tak disangka, budidaya ikan yang masih percobaan itu berhasil dan mendapat hasil panen yang lumayan.
Sejak saat itu, banyak warga lainnya yang ikut dan saling bekerja sama mengembangkannya. Seiring berjalannya waktu, saat ini sudah terdapat 184 keramba apung yang sudah dibuat untuk membudidaya ikan.
Adapun empat jenis ikan air tawar yang dibudidaya dalam keramba apung itu, yakni ikan lele, ikan gurame, ikan nila dan ikan patin.
Iwan mengatakan usaha yang telah berjalan selama setahun itu sudah berhasil melakukan 3 sampai 5 kali panen. Total hasil panen yang mereka peroleh mencapai 5 ton dengan berbagai jenis ikan.
“Ikan yang sudah dipanen itu kami jual ke tengkulak, dan keuntungannya kami berikan ke warga yang berpartisipasi. Dari keuntungan itu warga dapat mempertahankan perekonomian keluarganya di tengah pandemi COVID-19 ini,” kata Iwan.
Menurutnya, ada banyak resiko dalam menjalankan budidaya ikan tersebut, selain karena ancaman hewan pemangsa, juga karena banjir yang kerap datang setiap tahunnya.
Meski sebagian besar keramba apung dapat bertahan, namun beberapa lainnya bisa mengalami kerusakan dan mengakibatkan kerugian. Dengan resiko tersebut, ribuan ikan yang dipelihara tidak bisa dipastikan dapat bertahan hingga panen mendatang.
Iwan juga mengungkapkan, dana yang dihabiskan untuk pembangunan keramba apung tersebut yaitu sebesar Rp564 juta, bersumber dari swadaya masyarakat.
Meski demikian, dana itu tidak sekaligus langsung didapatkan, namun bertahap sesuai dengan bertambahnya keramba apung yang dibangun hingga berjumlah 184.
Semua warga yang membudidaya ikan berharap, lanjut Iwan, kawasan yang sudah dikenal sebagai langganan banjir ini secara perlahan juga bisa menjadi kawasan wisata.
“Rencana kedepan kami akan membangun wisata air, kami juga berharap pemerintah melirik kami untuk mendukung dan mungkin memberikan dana bantuan untuk pengembangan lebih lanjut,” ujarnya.
Warga lainnya, Andri (40) mengaku kondisi ekonominya cukup terbantu berkat adanya budidaya ikan tersebut, terlebih di tengah pandemi yang melanda seperti ini.
“Keuntungan kita sekitar Rp8 ribu per kilo dan sekali panen 3 sampai 4 kuintal, memang tidak setiap bulan panen tapi cukup lumayan,” pungkasnya.