Mediatani – Komisaris PT Widodo Makmur Perkasa Setyo Wasito memandang perlu adanya pabrik pengolahan telur untuk menyeimbangkan supply-demand atau pasokan dan permintaan di Indonesia.
Saat ini produksi telur dinilai masih surplus sehingga dibutuhkan pengolahan guna mendokrak harga telur agar tidak jatuh. Namun, selama ini peluang kelebihan produksi telur di kalangan peternak belum dimanfaatkan secara maksimal.
Selain itu, kendala yang ada belum mampu dicarikan solusi yang komprehensif antara peternak, pedagang dan konsumen yang masih berdampak pada produksi telur.
Dilansir dari investor.id, Setyo Wasisto mengatakan, produksi telur yang surplus sangat membantu dengan adanya pabrik pengolahan telur.
Sebab, kehadiran pabrik pengolahan telur di Indonesia mempunyai nilai strategis serta bisa memperpanjang masa pakai telur itu sendiri sehingga dapat didistribusikan ke seluruh pelosok negeri secara merata.
Hal tersebut juga menjadi upaya untuk membantu pemenuhan gizi anak. Dimana, konsumsi per kapita telur di Indonesia meningkat dan angka stunting nasional menurun dengan harga telur di pasaran yang cenderung stabil.
Direktur Industri, Makanan, Hasil Laut dan Perikanan Kementerian Perindustrian, Supriyadi mengatakan, telur cair beku masih diimpor pada tahun 2020 sebanyak 441 ton dengan nilai mencapai US$ 671 ribu. Sedangkan pada 2021, telur terhitung mengalami surplus sekitar 200 ribu ton.
Menurut Supriyadi, seharusnya telur yang mengalami surplus ini bisa dimanfaatkan oleh industri pengolahan telur.
Koordinator Pengolahan, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Ditjen PKH Kementan, Boethdy Angkasa mengungkapkan, selama ini berbagai jumlah item olahan telur sudah tidak diimpor seperti sebelumnya.
Dengan begitu, pelaku usaha industri pengolahan telur siap bersinergi dengan peternak melalui kerjasama kemitraan. Industri pengolahan telur siap menyerap telur dalam negeri hingga sebesar 10% dari oversupply nasional.
“Paling tidak ada salah satu perusahaan yang siap menyerap telur sebesar 2 ton per hari dan perlu win win solution dimana industri butuh harga telur yang relatif terjangkau,” ujar Boethdy Angkasa, Minggu (14/11).
Ia juga berharap para peternak yang menyediakan telur bisa digunakan untuk cadangan kebutuhan industri olahan telur.
Ketua Umum Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka), Ali Usman mengatakan, untuk menciptakan stabilitas harga telur jangka panjang, industri pengolahan telur harus segera didorong.
Pelaku usaha dalam negeri siap memanfaatkan peluang telur yang surplus untuk dijadikan bahan olahan telur cair beku yang selama ini didatangkan dari India dan Amerika Serikat.
Pengolahan Telur Menjadi Tepung
Pengolahan telur menjadi tepung dinilai sangat tepat untuk mengoptimalkan produksi telur yang surplus. Tepung telur dengan karakteristik yang baik dan biaya produksi rendah sangat potensial untuk diterapkan pada skala industri kecil-menengah (UMKM).
Tepung telur ini merupakan salah satu produk olahan telur yang mudah dan tidak memerlukan teknologi yang rumit. Prinsipnya adalah mengeringkan telur sampai kadar airnya di bawah 10%.
Alat yang bisa digunakan sebagai pengering bisa berupa alat yang sederhana maupun canggih, seperti pengering dengan oven, pengering tipe rak, drum dryer, dan molen dryer.
Sementara itu, peneliti BB Pascapanen, Christina Winarti mengungkapkan, tepung telur banyak dimanfaatkan dalam industri rerotian sebagai substitusi dari telur segar karena kepraktisan dan kemudahan dalam pemanfaatannya selain karakteristiknya yang sama dengan telur segar.