Constellar Gelar Roadshow di Jakarta, Bahas Industri Pangan Berbasis Pertanian

  • Bagikan
Ilustrasi: Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika (ketiga kiri), Event Director and Market Constellar Ian Lim (ketiga kanan), Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman dan seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman (kedua kiri), Managing Director PT Fruit-ING Indonesia Iwan Winardi (kedua kanan), Corporate Affairs Director Cocoa Mars Wrigley Indonesia Jeffrey Haribowo (kanan) dan Direktur Eksekutif PISAgro Insan Syafaat (kiri) berbincang disela roadshow Ag-Volution For The Future di Jakarta, Rabu 24 Agustus 2022.

Mediatani – Constellar selaku penyelenggara (Agri-Food Tech Expo Asia) AFTEA menggelar roadshow di Jakarta dengan mengusung tema “Ag-Volution For The Future”. AFTEA merupakan pameran industri pangan berbasis pertanian, yang rencananya akan digelar pada 26-28 Oktober 2022 di Singapura.

Roadshow tersebut bertujuan untuk menginspirasi perusahaan, investor, petani kecil, pengusaha, dan para lulusan muda di Asia agar dapat bergabung dalam gerakan mengubah industri pertanian daerah dengan teknologi dan inovasi.

AFTEA sendiri dapat terselenggara berkat kerjasama Constellar dengan mitra internasional seperti SIAW (Singapore International Agri-Food Week) dan DLG (Deutsche Landwirtschafts-Gesellschaft/ the German Agricultural Society).

Dengan semakin rentannya suatu negara terhadap persoalan ketahanan pangan, model pertanian yang ada saat ini tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan, baik dalam ketahanan pangan maupun persoalan pembangunan pertanian berkelanjutan pada masa mendatang.

Selain itu, terdapat kebutuhan kritis bagi wilayah-wilayah untuk mulai bersatu dan mempercepat langkah dalam mengeksplorasi dan mengadopsi teknologi dan inovasi dalam rangka meningkatkan kualitas, efisiensi, hasil proses dan produk pertanian.

Senior Vice President, Markets, Constellar, James Boey mengatakan, membangun suatu kesadaran menjadi sebuah langkah awal dalam memahami tatangan industri pertanian yang ada saat ini sebelum melangkah pada upaya pencarian solusi.

“Sebagai satu-satunya pameran dagang di sektor teknologi pangan berbasis pertanian, kami mempertemukan pakar-pakar industri dalam rangkaian roadshow regional untuk mengungkap masalah industri saat ini dan meningkatkan kesadaran peserta akan kebutuhan mendesak dalam memperkuat teknologi pangan berbasis pertanian, dan rantai pasok produksi makanan,” ungkap James.

Roadshow tersebut membahas terkait masa depan pangan yang berbasis pertanian, khususnya di Indonesia. Salah satunya adalah transformasi industri pangan berbasis pertanian yang sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk tahun 2020-2024.

Selain itu, acara ini juga diselenggarakan sebagai ajang untuk mendukung start-up yang bergerak di teknologi pangan berbasis pertanian dalam negeri dan memperkuat ekosistem bisnis guna mendukung inisiatif pangan berbasis pertanian yang berkelanjutan.

Adapun rangkaian roadshow regional ini dimulai dari Kuala Lumpur, kemudian Jakarta, diikuti Bangkok. Para pesertanya terdiri atas para pelaku industri, pakar industri, pemimpin bisnis, dan pemangku kepentingan khususnya di industri pangan berbasis pertanian. Mereka bertemu untuk mendapatkan wawasan tentang tantangan industri yang sedang dihadapi saat ini.

Wawasan ini  tentunya akan bermanfaat bagi peserta agar dapat membuat keputusan yang tepat saat mengeksplorasi solusi dan kolaborasi di AFTEA pada bulan Oktober nanti.

Adapaun jajaran pembicara yang hadir di roadshow AFTEA Jakarta antara lain, Bapak Putu Juli Ardika, Direktur Jenderal Industri Berbasis Agro, Kementerian Perindustrian; Insan Syafaat, Executive Director, PISAgro; Adhi S. Lukman, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI).

Selain itu, hadir juga sebagai pembicara di antaranya, Bonnie Susilo, Co-founder dan Chief Revenue Officer dari PT Ultima Rasa Akselerasi; Dr. Iwan Winardi, Managing Director, PT Fruit-ING Indonesia, dan pembicara lainnya.

Menurut Adhi S. Lukman, Indonesia harus menjadikan industri berbasis pertanian sebagai prioritas, sebab hasil pertanian di Indonesia sangat melimpah. Sektor pertanian juga memiliki peran yang sangat penting dalam upaya mendorong pemulihan ekonomi Indonesia, menciptakan lapangan kerja, dan memastikan ketersediaan pangan dengan harga yang stabil.

Selain itu, industri pangan olahan juga sangat bergantung pada sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan akan bahan baku produksinya, bahkan sebagian masih diperoleh melalui impor.

Industri pangan olahan saat ini masih mencatatkan pertumbuhan yang positif pada tahun 2021 yakni sebesar 2.54 persen.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga konstan (ADHK) sektor pangan olahan pada 2021 sebesar Rp 775,1 triliun, meningkat sebesar 2,54% dibanding dengan tahun sebelumnya (yoy).

Adhi S. Lukman mengatakan, penyelenggaraan pameran AFTEA dapat menjadi peluang bagi industri pangan Indonesia untuk melihat perkembangan teknologi pertanian, serta saling berdiskusi untuk mendukung pertumbuhan industri pangan olahan.

“Apalagi juga dikaitkan dengan penerapan teknologi IR 4.0 yang semakin dibutuhkan dalam mengintegrasikan dari hulu ke hilir, serta untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas serta konektivitas satu sama lain,” ujar Adhi S. Lukman.

Saat ini, industri pangan berbasis pertanian semakin berkembang pesat dan terus mengalami pertumbuhan, baik untuk memenuhi permintaan pasar lokal maupun ekspor. Apalagi di masa pandemi banyak terjadi disrupsi ketersediaan dan logistik pangan segar, sehingga pangan olahan menjadi andalan.

Hal ini dapat dilihat dari kontribusi industri pangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) non-migas terus meningkat, dari yang sebelumnya 34.3% tahun 2017 menjadi 38.1% tahun 2021.  Tercatat pertumbuhan industri pangan hingga semester-1 2022 mengalami peningkatan dibandingkan 2021, yaitu sebesar 3,68%.

Demikian juga pada pertumbuhan investasi industri pangan yang terus membaik. Tercatat pertumbuhan (Domestik Direct Investment) DDI pada semester 1-2022 mencapai 64.7%, sementara (Foreign Direct Investment) FDI sedikit menurun (17.6%).

Secara keseluruhan, realisasi investasi pada semester1-2022 mengalami peningkatan pesat, yakni mencapai 42 triliun rupiah dan berada dalam 5 besar investasi di Indonesia.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version