Mediatani – Cuaca ekstrem yang terjadi di beberapa wilayah Amerika Serikat menyebabkan dampak buruk bagi negara yang dijuluki Negeri Paman Sam tersebut. Selain menyebabkan krisis energi, dampak dari cuaca ekstrem ini juga telah merembes di sektor pertanian Amerika Serikat. Distribusi komoditas seperti pada kedelai dan jagung lalu terganggu, sementara itu pabrik daging juga terpaksa tutup dan produksi etanol menjadi terbatas.
Para pedagang setempat mengeluhkan tentang semakin sulitnya untuk melakukan pengiriman biji-bijian menuju ke pelabuhan di Pacific Northwest dan juga cuaca yang cukup beku membuat navigasi terbatas di Sungai Illinois.
Dilansir Bloomberg, pada Rabu (17/2/2021), menurut para pedagang yang tidak ingin namanya disebutkan, biaya energi melonjak, mendorong beberapa pabrik pengolahan etanol dan kedelai melambat.
Cargill Inc. membatasi penggunaan energi sementara Archer-Daniels-Midland Co. memperlambat produksi di beberapa lokasi karena kekurangan gas. Tyson Foods Inc. merupakan salah satu produsen penghasil daging yang dengan terpaksa harus menutup pabriknya yang terletak di Texas.
Udara beku yang menghujani pada bagian tengah Amerika Serikat ini datang tepat saat China juga sedang mengimpor komoditas pangan dari Amerika Serikat. Negara pengimpor komoditas terbesar di dunia itu sudah membeli jagung dalam jumlah yang tidak sedikit, sementara itu lalu lintas kapal yang mengangkut komoditas kedelai mengalami percepatan tertinggi selama tiga dekade.
Adapun pengiriman gabungan kedelai dan jagung Amerika Serikat naik ke puncak baru pada kuartal keempat, yang didorong oleh China.
Mike Steenhoek selaku Direktur Eksekutif kelompok lobi Koalisi Transportasi Kedelai di Lowa mengungkapkan bahwa dirinya tidak pernah mendengar isu tentang adanya penundaan pengiriman terhadap komoditas kedelai dan biji-bijian yang disebabkan oleh cuaca musim dingin yang ekstrem.
Lebih lanjut, dari berbagai testimoni yang menunjukkan kondisi perjalanan menuju ke Pacific Northwest memang menjadi tantangan terbesar saat ini. Sebagian besar biji-bijian yang dikirim ke pelabuhan Pacific Northwest memang harus dihadapkan dengan tumpukan es yang membendung rel kereta.
Cuaca dingin yang ekstrem ini juga berdampak pada efisiensi sistem pengereman kereta, yang pada akhirnya mengurangi kapasitas sehingga membutuhkan lebih banyak lokomotif. Tidak hanya itu, Beberapa pabrik pengolahan kedelai dan etanol juga memperlambat produksi karena melonjaknya biaya energi.
“Kami juga telah mendengar dari banyak produsen di sini bahwa dalam beberapa hari terakhir ini banyak dari mereka harus turun hingga lima puluh persen sampai enam puluh persen dari tarif normalnya karena mereka berusaha untuk mencoba hemat terhadap gas alam,” kata Geoff Cooper selaku kepala eksekutif Asosiasi Bahan Bakar Terbarukan.
Cargill, salah satu pedagang komoditas pertanian yang terbesar di dunia, mencoba mengurangi penggunaan energinya dan bekerja sama dengan pemasok serta pelanggan untuk mengurangi resiko gangguan.
“Kami dengan sukarela mengerjakan bagian kami dalam upaya mengurangi penggunaan kami agar membantu negara-negara bagian untuk melewati cuaca dingin ini,” kata Cargill
Archer-Daniels-Midland Co (ADM) mengatakan, pihaknya memperlambat produksi di beberapa lokasi karena pasokan gas berkurang.
Perusahaan yang berbasis di Chicago itu juga menghentikan sementara beberapa elevator biji-bijiannya, lalu kemudian menyesuaikan beberapa rute transportasi dan memilih tindakan pencegahan ekstra kepada karyawan yang mungkin terkena dampak cuaca selama hari kerja.
Disisi lain, para peternak sapi perah juga ikut merasakan dampaknya, dalam beberapa kasus, terpaksa mereka harus membuang susu yang tidak laku.
Pam Selz-Pralle, pemilik Selz-Pralle Dairy di Clark County, Wisconsin, yang memiliki 470 sapi perah, mengatakan hasil olahannya tidak bisa mendistribusikan karena salju tertutup menutupi jalanan.