Mediatani.co – Presiden Jokowi mengeluarkan pernyataan yang menyindir lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) yang bekerja di luar bidang pertanian, Rabu (6/9) lalu. Hal tersebut menggemparkan kalangan civitas akademika perguruan tinggi tersebut. Namun ternyata, faktanya berdasarkan data Humas IPB 87 persen lulusan mereka menggeluti bidang teknologi pertanian.
Berdasarkan data dari Humas IPB pada tahun 2015, sebagaimana dilansir trubus.id (11/9), IPB meluluskan sebanyak 6.773 sarjana, 79,20 persen dari lulusan tersebut bekerja sesuai jurusan dan hanya 19,31 persen yang tidak bekerja sesuai jurusan.
Selain itu, sebanyak 87 persen alumni IPB bekerja di bidang teknologi pertanian dan hanya sembilan persen yang bekerja di bidang perbankan.
Sebagai contoh, alumni Fakultas Pertanian, IPB, Rizal Fahreza yang menjadi wakil Indonesia dalam ajang ASEAN Youth Social Entrepreuneur 2017 di Manila, Filipina. Rizal mengelola lahan seluas 2,2 hektare untuk memproduksi sayur dan buah.
Tidak hanya itu, Rizal juga bekerjasama dengan petani di Garut, Jawa Barat, untuk membantu pemasaran hasil buah dan sayur petani dengan luas tanah 14 hektare yang tersebar di empat kecamatan. Dirinya fokus pada jeruk Garut yang harapannya dapat menjadi solusi untuk mengurangi impor buah.
Selain Rizal, alumni Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB tahun 2012 Aang Permana pernah mendapat penghargaan Kick Andy Heroes 2017. Dirinya mengolah ikan petek yang banyak dibuang oleh nelayan di Waduk Cirata, Cianjur, Jawa Barat, menjadi makanan dengan nama dagang Crispy Ikan Sipetek.
Aang terus melakukan inovasi baik dari segi rasa maupun tampilan pada kemasan, saat ini Crispy Ikan Sipetek tidak hanya diterima dengan baik oleh masyarakat Cianjur namun juga mulai merambah konsumen dengan 500 agen di 70 kota di Indonesia, bahkan juga dibawa ke Malaysia dan Hongkong oleh para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk dijual kembali.
Sementara itu, Wakil Direktur II Bidang Sumberdaya, Kerja Sama Pengembangan, Program Diploma IPB, Dr. D. Iwan Riswandi, SE, M.Si. mengatakan, dirinya setuju apabila banyak lulusan IPB yang bekerja di bidang keuangan BUMN.
Menurutnya, petani di Indonesia masih jauh dari kata makmur. Kebanyakan dari petani menjual tanahnya karena sulit mendapat modal untuk bertani. Satu orang petani sekurang-kurangnya membutuhkan dana sebesar Rp 50 juta untuk menggarap sawahnya, sementara dana tabungan sendiri mungkin tidak akan tercukupi.
“Kalau para petani tidak mendapat suntikan pendanaan dari perbankan kemungkinan mereka bisa gulung tikar bahkan menjual tanahnya. Maka dari itu hanya orang dari lulusan pertanian yang paham sehingga mau menyediakan dana untuk petani tersebut,” kata Iwan saat ditemui di Kampus IPB Cilibende, Bogor, Senin (11/9/2017).
Sedangkan, Rektor IPB Herry Suhardiyanto mengatakan, saat ini banyak mahasiswa aktif yang ingin menjadi wirausahawan atau memiliki bisnis sendiri yang tentunya di bidang pertanian.