Mediatani – Berdirinya pabrik Nestle di Batang Industrial Park (BIP) di Desa Sigayung, Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang, dirasa bakal berdampak positif pada usaha peternakan sapi perah.
Hal ini lantaran, Pabrik yang akan beroperasi pada tahun 2023 itu diperkirakan setiap hari akan belanja susu ke peternak sapi perah dengan kisaran Rp4,5 miliar.
“Kami sudah menginstruksikan Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Dislutkanak) Batang untuk mengkoordinir calon-calon peternak sapi yang nanti diedukasi oleh pihak Nestle,” kata Bupati Batang Wihaji, melansir, Rabu (16/6/2021) dari laman ayosemarang.com.
Pihaknya memastikan, bahwa Nestle telah membentuk tim yang bakal terjun langsung ke tengah-tengah warga yang ingin menjadi peternak dengan membentuk koperasi.
Sementara itu, Kasi Perbibbitan dan Produksi Peternakan Dislutkanak, Syam Manohara menuturkan, timnya bersama tim dari Nestle sudah melakukan survei ke peternak sapi potong untuk beralih ke sapi perah.
Meski pengalihan ke sapi perah tak semudah yang dibayangkan, namun Dislutkanak dan Nestle berupaya memberikan edukasi dan pendampingan.
“Peternak sapi potong di Batang itu lazimnya hanya samben (sambilan), sehingga harus mengubah pola pikir untuk lebih serius lagi dalam merawat. Apalagi, sapi perah ada perlakukan ekstra untuk mendapatkan susu yang sesuai dengan kriteria dari Nestle,” ungkapnya.
Dari hasil survei, lanjut dia, sudah menentukan dua desa yang akan menjadi peternakan sapi perah sesuai dengan kriteria.
Peternak Desa Sumampir dan Pacet Kecamatan Reban jadi percontohan peternakan sapi perah.
Selain dengan lokasi yang letaknya pada ketinggian di atas 1.000 Mdpl, mereka juga mau mengubah pola pikir dan ketersediaan pakannya cukup banyak, jelasnya.
Syam Manohara juga mengungkapkan, sebanyak 50 Peternak di tahun 2022 akan dilatih untuk dijadikan percontohan.
“Kalau mereka berhasil akan lebih mudah masyarakat untuk menirunya dari pada melatih banyak di berbagai desa, tapi hasilnya kurang maksimal,” ujarnya.
Peran Penting Peternak Sapi Perah Wujudkan Konsumsi Susu dan Gizi Masyarakat
Salah satu zat gizi terbaik yang dibutuhkan manusia ialah protein hewani. Gizi ini dapat ditemui dari berbagai jenis sumber pangan hewani, salah satunya susu.
Dunia persusuan di Indonesia masih perlu banyak berbenah untuk berada pada posisi ideal, mulai dari mendongkrak produksi Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) hingga meningkatkan konsumsi susu perkapita di Indonesia.
Hal ini tentu terus diupayakan dalam upaya optimalisasi hulu ke hilir yakni, peternak sapi perah rakyat yang sejahtera hingga mencetak generasi Indonesia maju di masa mendatang.
Melansir dari laman Investor.id, data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020 mencatat, hingga kini kepemilikan sapi perah masih didominasi oleh peternak rakyat.
Namun, tingkat kepemilikan sapi belum ideal, dengan rerata 2-3 ekor per peternak, idealnya 7-10 sapi/peternak. Populasi sapi perah di Indonesia saat ini tercatat ada 584.582 ekor, dengan produksi SSDN pertahun sebesar 997.35 ribu ton/tahun.
Jumlah sebesar ini pun ditengarai baru mencukupi 22% dari total kebutuhan, yakni 3,8 juta ton/tahun yang sisanya tentu didapatkan dari impor.
Ditambah dengan rerata konsumsi susu di Indonesia hanya 16,27kg/kapita/tahun, di bawah negara ASEAN lainnya seperti Malaysia 36,2/kg/kapita/tahun, Myanmar 26,7kg/kapita/tahun & Thailand 22,2kg/kapita/tahun.
Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Dedi Setiadi menuturkan bahwa saat ini, ada beberapa hal yang harus dibenahi dalam upaya mendongkrak kualitas dan kuantitas produksi SSDN.
Beberapa di antaranya ialah ketersediaan pakan ternak karena keterbatasan lahan, bibit sapi, kepemilikan sapi, produktivitas hingga kualitas susu…baca selengkapnya dengan klik di sini. (*)