Mediatani – Sektor pertanian adalah sektor yang memperhatikan segala prosedurnya dari tahap budidaya sampai tahap pengolahan sampah hasil pertaniannya. Sebisa mungkin semua dimanfaatkan, diolah dan diubah agar berubah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Contohnya pemanfaatan eko enzim. Sekedar informasi, eko enzim adalah hasil fermentasi sampah dapur berupa sisa-sisa sayuran dan kulit buah. Eko enzim ini bisa digunakan sebagai cairan pembersih yaitu pembersih lantai atau cuci piring.
Pemanfaatan eko enzim ini sudah mulai dimanfaatkan di Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur. Eko enzim ini diharapkan bisa membantu memecahkan masalah pertanian juga membantu menghadapi virus Covid-19 yang sampai saat ini masih berlangsung.
Merespon hal tersebut, Syahrul Yasin Limpo selaku Menteri Pertanian RI memberikan apresiasi dan menghimbau kepada petani untuk tidak terlalu bergantung pada pupuk buatan. Karena pupuk buatan berpeluang mengikis biaya operasional dalam aktivitas bercocok tanam.
Selaras dengan itu, Dedi Nursyamsi selaku Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian mengatakan bahwa jangan ketergantungan dengan pupuk anorganik. Petani harus membiasakan diri untuk menggunakan pupuk organik dan membiasakan beralih dari pupuk subsidi. Meskipun pemerintah selalu menyediakan anggaran besar pupuk subsidi untuk petani.
Melihat peluang tersebut, Chairel Malelak selaku Kepala Bidang Penyuluhan dan Penggerak eko enzim dari Kabupaten Timor Tengah Utara sangat bersemangat menyampaikan materi dan pelatihan tentang eko enzim untuk penyuluh, petani, ibu rumah tangga dan seluruh kalangan masyarakat. Salah satu pelatihannya digelar pada Selasa (26/1) pada kelompok tani Ikun Tefan di Desa Nifunenas, Kecamatan Insana Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur.
Chairel Malelak yang biasa dipanggil Carles, melakukan pelatihan pembuatan POC (Pupuk Organik Cair) dengan dicampur Eko enzim. Bahan – bahan yang digunakan yang mudah dicari disekitar petani seperti daun gamal, bonggol pisang, kohe sapi mentah, kelapa muda, rumput gajah, rebung bambu, abu dapur, daun Chromolaena odorata/rumpur bunga putih, air, molase dan eko enzim yang sudah jadi.
“Masing – masing bahan tersebut ada yang kaya unsur P, ada yang kaya unsur K maupun unsur unsur lain yang dibutuhkan tanaman. Eko enzim merupakan larutan zat organik kompleks yang diproduksi dari proses fermentasi sisa sampah organik, gula, dan air,” katanya.
Cairan eko enzim ini memiliki ciri yaitu berwarna coklat gelap dan aromanya asam/segar yang kuat. Saat ini eko enzim banyak dibuat orang karena banyak manfaatnya. Kalau untuk dimanfaatkan pada sektor pertanian bisa digunakan sebagai pupuk cair dan untuk pembasmi hama penyakit. Sedangkan pemanfaatan pada sektor kesehatan bisa digunakan sebagai desinfektan, bahkan untuk banyak penyakit kulit atau lainnya. Kalau untuk sektor rumah tangga bisa untuk pencegahan covid 19 dengan kumur kumur atau disemprotkan di tempat yang kemungkinan ada virusnya.
Selain itu juga bisa digunakan untuk mandi, untuk pembersih serba guna lantai, siram tanaman dan sebagainya yang sifatnya melestarikan lingkungan.
Eko enzim mempunyai banyak fungsi sehingga membuatnya seolah menjadi “larutan ajaib” yang serba bisa. Dan fungsinya bagi lingkungan tentu juga sangat banyak. Karena sepanjang pemakaiannya yaitu sebagai pembersih, pupuk atau yang lain, terus terjadi pelepasan O3 ke udara. Bila makin banyak yang memakai eko enzim ini, tentu sangat baik untuk lingkungan, dan juga sampah dapur kita bisa bermanfaat. Sehingga sosialisasi eko enzim dan penerapannya sangat diharapkan bisa diaplikasikan oleh semua masyarakat.