Mediatani – Gunung Sinabung yang terletak di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara pada Hari Selasa (02/03/2021) kembali mengalami peningkatan aktivitas yang sangat signifikan. Saat ini, gunung api yang paling tinggi di Provinsi Sumatera Utara ini kembali memuntahkan awan panas gugurannya. Saat dikonfirmasi, Armen Putra selaku Kepala Pos Pengamatan Gunung Sinabung mengungkapkan bahwa awan panas guguran Gunung Sinabung terjadi pada pukul 07.11 WIB.
“Iya betul, hingga saat ini Gunung Sinabung masih mengeluarkan awan panas guguran disertai juga dengan erupsinya,” ujar Armen saat dihubungi oleh pihak Kompas.com melalui sambungan telepon, pada Selasa (02/03/2021).
Armen juga menyampaikan bahwa kali ini pada aktivitas guguran dan erupsi telah terlihat secara visual dari puncak Gunung Sinabung. Meksipun sempat mengalami peningkatan aktivitas, namun status dari Gunung Sinabung masih saja tetap sama, yaitu berada pada level siaga.
“Untuk sebaran abunya yaitu menyesuaikan dengan arah angin saat ini yang menuju ke arah barat-baratdaya,” tutur Armen.
Erupsi Gunung Sinabung yang terletak di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) juga menyebabkan kerugian material. Dampak dari erupsi tersebut merembes ke sektor pertanian. Dilaporkan seluas tiga ribuan hektar lahan pertanian warga sekitar yang mengalami kerusakan parah akibat dari abu vulkanik dari Gunung Sinabung ini.
Merespon hal tersebut, Mahtesa Sitepu selaku Kepala Dinas Pertanian Karo menjelaskan bahwa sekitar tiga ribuan hektar lahan pertanian warga yang terletak di empat kecamatan yang mengalami kerusakan berat serta mengalami kerugian yang diprediksi mencapai Rp 29 miliar. Empat kecamatan itu terdiri dari Kutabuluh, Payung, Tiga Binanga, dan juga Tiganderket.
“Total yang terdampak itu ada sekitar 3.045,8 hektare, dengan kerugian yang dialami yaitu 2.9178.171.825 atau Rp 29 miliar lebih,” kata Mahtesa kepada wartawan, pada Hari Rabu (03/03/2021).
Lebih lanjut lagi, Mahtesa menjelaskan terkait lahan pertanian warga yang paling terdampak yaitu tanaman cabai, jagung, jeruk, kopi dan juga salak. Bisa jadi komoditas pertanian tersebut diprediksi akan mengalami gagal panen.
“Masalahnya kemarin (saat terjadi erupsi Gunung Sinabung) debunya yang sangat tebal. Sehingga datang gerimis semakin berat dan tak kuat menopang debu hingga merusak tanaman,” ucapnya.
Saat ini pemerintah daerah setempat telah mengupayakan penggunaan blower dalam pembersihan abu vulkanis yang saat ini telah menyelimuti tanaman.
“Kita berharap agar hujan segera turun sehingga proses pembersihan secara alami bisa lebih cepat dan juga warga tidak terlalu merugi. Jika hujannya nanti enggak deras, yaa bisa berpotensi terhadap gagal panen,” pungkas Mahtesa.
Sementara itu, Andiani selaku Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menyampaikan himbauannya untuk masyarakat dan juga wisatawan yang sedang berada di sekitar lokasi agar tidak memasuki zona merah. Masyarakat yang saat ini berada dan bermukim di daerah dekat sungai-sungai yang terletak di hulu Gunung Sinabung untuk tetap waspada terhadap bahaya lahar.
“Masyarakat dan pengunjung/wisatawan agar tidak melakukan aktivitas di beberapa desa yang telah direlokasi, serta lokasi di dalam radius radial 3 km dari puncak Gunung Sinabung, serta radius sektoral 5 km untuk sektor selatan-timur, dan 4 km untuk sektor timur-utara,” terang Andiani saat dihubungi Kompas.com, pada Selasa (2/3/2021).
Jika nantinya terjadi hujan abu, warga kemudian diimbau agar menggunakan masker jika ingin keluar rumah. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi dampak kesehatan yang disebabkan oleh abu vulkanik.
“Kita harus mengamankan sarana air bersih dan juga membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang lebat supaya tidak roboh,” pungkas Andiani.