Mediatani – Komunitas Gubuak Kopi Solok bersama Galeri Nasional Indonesia, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek RI, menghelat pameran bertajuk ”Circumstance” di Rumah Tamera, Kelurahan Kampungjawa, Kota Solok.
Dilansir dari laman jawapos.com, kegiatan yang berlangsung pada hari Selasa (2/11/2021) ini bertujuan untuk memotret ulang persilangan budaya masyarakat pertanian di masa lampau untuk dijadikan pembelajaran dalam memahami pertanian yang terjadi pada masa kini dan masa depan.
Pameran ini berlangsung ramai oleh pengunjung, bahkan beberapa pejabat publik dari Pemerintah Kota Solok pun terlihat hadir dan memberi apresiasinya.
Saat masuk ke dalam ruangan, para pengunjung akan disuguhkan dengan berbagai karya yang dipajang di setiap sudut ruang depan. Karya tersebut diantaranya adalah foto, teks dan juga beberapa lukisan sederhana. Selain itu terlihat pula artefak representatif yang nampak di tengah-tengah ruangan.
Lebih dalam menuju halaman tengah rumah, para pengunjung akan mendapati pameran instalasi teknologi, hasil riset yang dibantu dengan adanya penjelasan kurator terkait info dari setiap karya yang dipamerkan.
Para kurator yang juga berperan sebagai pegiat Komunitas Gubuak Kopi, Albert Rahman Putra menjelaskan bahwa pameran Circumstance ini menyoroti tentang bagaimana inisiatif dari masyarakat pertanian Solok, terkhusus Kelurahan Kampungjawa ketika merespons persoalan, dan menghadapinya dengan cara spiritual.
”Melalui ini, saya mengajak keterlibatan seniman untuk memahami proses transisi, serta memetakan dan mengartikulasikan isu-isu tersebut dengan menyoroti narasi yang berkembang di masyarakat,” ujar Albert.
Sejatinya, pameran Circumstance ini merupakan upaya untuk melihat kembali persilangan budaya masyarakat pertanian masa lalu sebagai sebuah studi untuk memahami hari ini dan membayangkan masa depan.
Sebagai informasi bahwa, Circumstance ini merupakan pengembangan dari platform Daur Subur yaitu sebuah studi yang telah dikembangkan oleh Komunitas Gubuak Kopi dalam memperhatikan persoalan pertanian Solok melalui pendekatan seni.
Dalam prosesnya pun dilakukan dengan pendekatan kepada para warga Kelurahan Kampungjawa, melakukan diskusi dan juga mendengarkan bagaimana perspektif warga terkait dengan kebiasaan yang dilakukan dalam pertanian.
Termasuk tentang bagaimana memaknai hal-hal spiritual yang dianggap sebagai sesuatu yang penting dilakukan bersama.
Dalam prosesnya, proyek pameran ini melibatkan sepuluh seniman partisipan di Solok. Pameran ini juga tidak lepas dari kontribusi para warga Kelurahan Kampungjawa dalam menyikapi persoalan ekologi sesuai konteks yang ada di lokasi.
Contohnya seperti, melakukan residensi di Kampungjawa, melakukan diskusi secara rutin antara seniman dan para masyarakat pertanian, melakukan dokumentasi, melakukan pemetaan dengan pendekatan artistik, dan juga memperhatikan sudah sejauh mana seni dan kerja kolektif ini mampu mengakomodir persoalan para masyarakat.
”Riset dan residensi ini dituangkan dalam karya-karya seni. Hal inilah yang kita tampilkan dalam pameran Circumstance ini,” paparnya.
Tidak hanya menyoal perihal pertanian, Albert pun tak luput untuk menyoroti berbagai persoalan yang ada di Sumbar, baik itu sesuatu hal yang baru terjadi hingga yang sudah berlangsung lama. Contohnya masalah yang timbul akibat pandemi Covid-19.
Pandemi ini secara tidak langsung ‘memaksa’ para masyarakat untuk lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, lebih memprioritaskan kesehatan dan mendayagunakan media.
Tentunya persoalan yang lumayan besar ini tidak cukup dengan mengadakan satu pameran kecil saja. Dibutuhkan adanya pengorganisasian yang jauh lebih besar serta langkah yang sangat panjang dalam mengamplifikasikan persoalan tersebut, dan memastikan dapat memberikan dampak yang terukur.
”Dalam hal ini, kita melihat kerja-kerja kebudayaan menjadi salah satu perangkat strategis dalam memahami persoalan global dan sekitar, proyek Circumstance ini hanyalah upaya kecil dari ambisi besar tentang pemecahan masalah di sekitar,” pungkas Albert.