Mediatani – Semakin pesatnya pertumbuhan penduduk membuat pengalihan lahan pertanian menjadi bangunan perumahan terus terjadi. Padahal ketersediaan lahan pertanian merupakan salah satu kebutuhan utama untuk bercocok tanam.
Seorang petani, Muhammad Gunung Soetopo coba mengatasi hal tersebut. Ia berhasil mengubah lahan tandus atau istilah dia lahan marginal sebagai lahan yang dapat ditanami tanaman buah naga.
Berkat kepiawaiannya, Gunung berhasil mengubah lahan bekas tambang di Yogyakarta menjadi kebun tanaman Buah Naga dengan kualitas premium. Gunung bahkan dianugerahi gelar Doktor Kehormatan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) atas usahanya dalam berinovasi di bidang pertanian tersebut.
Dalam pidato ilmiahnya saat menerima pengukuhan gelar doktor kehormatan dari IPB , Sabtu (24/10/2020), Gunung menjelaskan empat kategori lahan marginal, yaitu satu lahan kering, dua lahan karst, tiga lahan gambut, empat lahan disposal tambang.
“Pengembangan lahan marginal ini bertujuan untuk lebih mendayagunakan sebagai budidaya tanaman agar lebih bermanfaat untuk ketahanan pangan,” tambah Gunung Soetopo.
Gunung mengungkapkan bahwa dirinya ingin disebut “bertani dengan hati”. Menurutnya dengan bertani dengan hati, jenis tanah dan lingkungan mampu diharmonisasi dengan tanaman yang ditanam.
Budidaya tanaman yang mampu beradaptasi di lingkungan tanah marginal serta dapat memproduksi hasil cukup banyak, kata dia, bisa mengembangkan ekonomi di suatu kawasan.
“Bertani perlu cara pengerjaan yang sederhana dan mudah dilaksanakan. Cara itu adalah kreasi dan inovasi yang saya singkat dengan krenova,” ucapnya.
Namun, sebelum bercocok tanam di lahan marginal, Gunung mengatakan bahwa kita harus mengetahui jenis tanaman yang cocok ditanam di lahan marginal. Menurutnya, tanaman tersebut mesti meminimalkan input biaya, tapi menghasilkan luaran yang maksimal.
“Semisal dengan tanaman hortikultura buah, yaitu buah naga,” bebernya.
Gunung juga membagikan beberapa tips-nya bagi para petani pemula yang ingin mengikuti jejaknya bertani di lahan marginal. Hal utama yang harus ditanamkan bagi petani pemula adalah tekad.
“Supaya berani memulai dan tidak ragu-ragu perlu penyemangat, yaitu niat dengan bekal ilmu dan krenova,” kata Gunung.
Gunung mengatakan bahwa petani pemula harus nekat yang diartikannya secara filosofis tidak ragu dalam memulai, mempunyai motivasi kuat dan dorongan menjadi berhasil, niat dan tekad.
“Kalau sudah memulai jangan ragu-ragu untuk maju mengkristal menjadi jargon jebred, jebred, jebred,” ucap Soetopo bersemangat.
Selain membudidayakan tanaman hortikultura di lahan kering, Soetopo juga dapat membudidayakannya di lahan tandus lainnya seperti di lahan kapur. Ia mengakui bahwa bertani di lahan kapur atau karst lebih sulit dibandingkan di lahan kering.
“Jujur saja, lahan karst ini yang paling sulit untuk dibudidayakan apalagi dengan tanaman hortikultura buah, maka di lahan karst kudu lebih berhati-hati,” katanya.
Meski demikian, ada sejumlah lahan karst yang berhasil diubahnya menjadi kebun tanaman hortikultura, seperti di Gunung Kidul, Yogyakarta.
Gunung Soetopo mendapatkan gelar Doktor Kehormatan dari IPB University pada hari Sabtu, (24/10/2020). Mendapat gelar yang sama, seorang pengusaha sukses yang bergerak dalam bidang pengolahan hasil laut, Ir Mohammad Nadjikh.
Penganugerahan gelar doktor kehormatan keduanya dibacakan oleh Sekretaris Senat Akademik IPB University, Muhamad Syukur dalam sebuah Keputusan Senat Akademik IPB Nomor 17 dan 18/IT3.SA/KP/2020 tentang Persetujuan Pemberian Gelar Kehormatan (Doktor Honoris Causa) kepada Ir Muhammad Gunung Soetopo dan Almarhum Ir Mohammad Nadjikh.
“Keputusan Sidang Pleno Senat Akademik Institut Pertanian Bogor Tanggal 27 Agustus 2020 memutuskan, menetapkan pertama, menyetujui pemberian gelar doktor kehormatan (Doktor Honoris Causa) kepada Ir Muhammad Gunung Soetopo dalam bidang Ilmu Tanah dan Ir Mohammad Nadjikh dalam bidang Teknologi Industri Pertanian,” ucap Muhamad Syukur.